31. Susah senang bersama?

6.5K 1.2K 233
                                    

Narasinya puanjang yaaa.

Sesuai prediksi Raka dan Uwi, toko bahan kue Mama menjadi lebih ramai sejak empat bulan masa pindah. Didukung juga oleh promosi dari instagram Raka dan Uwi yang memiliki jumlah followers yang cukup banyak.

Dalam waktu singkat, omset toko Mama meningkat drastis. Kini Mama bisa menggaji dua karyawan dari keuntungan toko. Bahkan bisa merekrut dua karyawan yang lain.

Perlahan kehidupan keluarga Uwi mulai stabil. Selain omset toko yang menanjak, utang KPR serta utang sisa kebangkrutan Papa dan Mama akhirnya lunas setelah belasan tahun. Tentu berkat campur tangan Uwi dan Raka. Uwi bersikeras untuk membebaskan Mama dari segala utang piutang, baru dia bisa tenang hidup terpisah dari Mama.

Empat bulan hidup terpisah dari Mama, segalanya terasa lancar dan damai. Goal hidup Uwi untuk membeli apapun tanpa melihat tag harga sudah terwujud. Bahkan setiap moodnya jelek, Uwi hanya tinggal membuka m-banking dan menatap sepuluh digit angka yang nggak pernah berkurang di sana, otomatis moodnya kembali membaik.

Kemajuan terbesar hubungannya dengan Raka adalah...Uwi akhirnya bisa merasakan sisi Raka yang menyebalkan. Bukan lagi sosok Raka yang penurut dan berusaha menyenangkan semua orang.

Mumpung hari Sabtu, saatnya Uwi mempraktekan masakan yang seminggu terakhir sudah dia pelajari dari buku resep, yaitu sayur asem. Menu yang sangat dia kuasai adalah telur dadar yang tinggal kocok-kocok dan dituang ke teflon, juga makanan apapun yang hanya menggunakan bumbu cepat saji.

Ilmu memasak Uwi yang dia praktekan selama di Munich entah mengapa menguap begitu saja. Mungkin karena dulu dia lebih sering mendapat tugas food preparation ketimbang masak memasak yang dilakukan oleh Lily.

"Apa ini Ruisha?" tanya Raka yang sudah menunggu di kursi makan. Uwi baru saja menaruh semangkuk besar sayur di atas meja. Bersanding dengan tempe dan ikan kembung panggang untuk Raka.

"Sayur asem, Ka. Ayo cobain." Uwi menuang sayur tersebut ke dalam mangkuk kosong di hadapan Raka.

Meskipun beberapa bulan terakhir masakan Uwi pasti mengejutkan rasanya, Raka tetap memakannya tanpa rasa curiga. Begitu kuah sayur tersebut menyentuh lidahnya, Raka langsung mengernyitkan dahi. "Asin banget, Ruisha," komentar Raka diiringi ledakan tawa. Sebetulnya Raka sedang menertawakan kelucuan Uwi, tapi yang yang Uwi tangkap adalah ejekan yang mengesalkan.

"Aku udah masak sesuai resep, Ka. Mana sini aku cobain." Uwi mengambil alih sendok di tangan Raka, lalu menyuap untuk dirinya sendiri. "Hueeekk. Apaan nih!" Uwi berlari menuju kitchen sink untuk meludahkan kuah sayur yang terlanjur mengisi dinding mulutnya.

Setelah minum segelas air putih, Uwi duduk terlunglai di sebelah Raka.

"Ini sih bukan sayur asem, tapi kuah garem." Uwi menghina masakannya sendiri. Nyaris dia mengeluarkan ponsel untuk memesan sayur melalui gofood, tapi ucapan Raka mengurungkan niatnya.

"Masih bisa ditambah air kok, Ruisha. Biar aku yang koreksi rasanya." Dengan tawa yang belum reda, Raka meninggalkan Uwi sembari mengangkut sayur asin gagal buatan istrinya.

Bak penyelamat, beberapa menit kemudian Raka membawa sepanci sayur gagal yang sudah dia rombak rasanya. Kini sayur asem yang mereka cicipi terasa normal seperti sayur asem pada umumnya. Makan siang Raka dan Uwi nggak jadi gagal.

"Ruisha, makasih udah masak. Tapi biar Bi Odah atau aku aja yang masak menu yang susah-susah. Setiap orang punya kelebihan sama kekurangan. Kalau kamu kan ahli banget masak mie instan," ujar Raka begitu menghabiskan makan siangnya.

"Ngeledek ya kamu?" Uwi melotot.

Raka terbahak lagi. "Nggak semua orang punya keahlian itu Ruisha. Jago masak mie instan itu anugrah."

Memetik Bulan [Completed]On viuen les histories. Descobreix ara