1. A little wild won't hurt

1K 45 0
                                    

Warning!
Bad words

~

“Nichiiii!!!!”

Teriakan menggema dalam rumah itu membuat sosok yang bernama Nichi kaget dan langsung terbangun dalam posisi duduk.

“Aaa... Kepala gue,” gumamnya dengan suara yang serak sambil memegang kepalanya.

Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang perempuan yang langsung naik ke atas kasur.

“Chi, lo kudu harus tau! Usulan gue diterima. Diterima. Minggu depan gue mau berangkat.”

Nichi berdecak pelan. Makhluk yang berada di depannya itu mendapat tendangan dari Nichi hingga ia jatuh dari kasur. “Kepala gue sakit, sat! Lo harus teriak-teriak kayak di hutan gitu? Goblok!”

“Anjing! Sakit, goblok!” Umpat perempuan itu sambil mendesis pelan dan berusaha berdiri.

Sedangkan Gantari Nichi tidak peduli. Ia kesal saat ini. Nichi sangat tidak suka bangun dalam posisi yang terkejut, tapi sepertinya wanita berambut bob itu lupa atau tidak peduli.

“Lo yang goblok. Minggir lo.” Nichi berdiri lalu mendorong Reyna ke samping dan mengabaikan teriakan minta maaf dan makian sahabat baiknya itu.

Di dalam kamar mandi Nichi mengikat rambutnya yang acak-acakan itu. “Keluar lo dari kamar gue!” Teriak Nichi sebelum menyikat giginya. “Sialan! Merusak mood aja!” Gumamnya pelan lalu memulai ritual paginya.

Tidak lama, hanya sepuluh menit dan kini Nichi terlihat berjalan menuju dapur. Ia mendapati Reyna yang duduk manis di ruang tengah namun tidak diacuhkannya. Ia kasihan tapi kekesalannya masih belum hilang.

Nichi membuka lemari es untuk mengambil sekotak susu dan sereal, meletakkannya di atas meja pantry. Kabinet yang berada tepat di sebelahnya dibuka lalu meraih sebuah mangkok berukuran sedang, setelahnya ia menuangkan sereal dan susu. Menarik bangku yang ada lalu duduk dan memakan sarapannya dalam diam.

“Chi, maaf ya. Gue salah.” Reyna kini sudah berdiri di depan Nichi sambil memasang tampang memelas yang justru mengesalkan bagi Nichi.

“Lo tau gue nggak suka dibangunin kayak gitu dan masih lo ulangin lagi! Lo bego apa gimana sih?!” Ucap Nichi dengan pedas tanpa memfilter kata-katanya.

“Ya.., gue ‘kan lupa. Maaf. Jangan marah lagi lo sama gue.” Reyna berkata dengan selembut mungkin. Berusaha membujuk sahabatnya itu.

Nichi tidak mengacuhkannya. Ponsel yang berada di meja pantry diambilnya lalu dengan cepat menelpon seseorang.

“Lo ke sini jemput Reyna. Gpl!” Katanya tanpa basa-basi dan langsung memutus sambungan telpon itu.

“Eh, eh. Kok lo gitu sih! Lo tahu gue lagi berantem sama Tri.” Reyna yang tahu siapa yang dihubungi Nichi langsung mencak-mencak di tempatnya.

“Terus gue peduli gitu?” Nichi melirik sinis sambil kembali memakan serealnya.

“Nichi, bangsat! Gue emang salah tapi bisa nggak usah telpon Triginometeri ‘kan? Lo tahu sendiri gue lagi males ketemu dan liat muka dia!” Kelembutan yang tadi seolah sirna dan kini terganti dengan kata-kata kasar.

Reyna menatap Nichi dengan tajam namun tidak dipedulikan gadis berambut sepunggung itu. Sesekali tingkah kekanakkan Reyna harus ditindak dengan tegas. Semakin lama perempuan yang berlabel sahabatnya itu semakin melunjak jika dibiarkan saja.

“Siap-siap lo dijemput Tri.” Setelah berucap begitu Nichi melengos begitu saja dan kembali ke kamarnya karena sarapannya telah habis.

Nichi yang tak acuh itu membuat Reyna geram. Tak lama kemudian terdengar suara pintu rumah terdengar cukup keras yang pertanda pintu dibanting. Reyna memilih kabur dari pada harus bertemu dengan Trigo.

Little Things [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang