A Bad Incident.

1 1 0
                                    

2013, Agustus 20

Apes, hari ini hari apesku. Hari ini ada pemeriksaan tas yang dilakukan kesiswaan sekolah. Sekarang kini giliran tas ku yang akan diperiksa. Ku keluarkan semua isi tasku.

"Astaga, Namira!"

Sekarang aku sedang berada di luar kelas, aku kena hukuman. Aku dihukum bersama dua teman kelasku yang melanggar. Kami dihukum dengan cara jongkok setengah badan sambil memegang barang yang dilarang dibawa ke sekolah tapi kami malah membawanya. Barang yang ku bawa adalah CD film yang diinginkan oleh Hans. Tiba-tiba saja Hans jalan keluar dari kelasnya dan berhenti di hadapanku. Dia menatapku sejenak dan langsung mengambil barang hukuman yang ku pegang. "Makasih, ya." katanya sambil tersenyum seolah meledeku.

Malam hari nya...

Sekarang aku sedang menjaga toko rental CD milik ayahku. Jaga toko sambil makan ramen, rasanya bagaikan nikmat dari surga yang langsung turun langsung menghampiriku.

Kring.. Kring...

"Selamat dat-" sambutku kepada pelanggan yang masuk dengan terkejut. Aku terkejut karena pelanggan yang masuk adalah Kanes dengan Hans. "Dia temanku" kata Hans. Member bakalan dapat diskon, kan?" lanjutnya sambil tersenyum. Aku masih diam membeku, tidak dapat mencerna apa yang sedang terjadi. "Y-ya, ya benar tunggu sebentar." Jawabku

Aku mengambil secarik kertas dan pulpen untuk meminta Kanes menuliskan nama serta tanggal ulang tahunnya. "Tolong tulis namamu, tanggal lahirmu, dan.." pintaku. "Lo bisa dapet satu satu film gratis kalau lo tulis nomor telepon lo." Lanjut Hans secara tiba-tiba. "Iyakah?" jawab Kanes.

___

          Kini aku telah mengenal Kanes lebih banyak berkan bantuan dari Hans. Aku akan sangat berterima kasih kepada Hans, karena ia telah membantuku demi Amara. Sekarang aku dengan kedua sahabtku -Jessie dan Helena- dan ada beberapa murid dari sekolah yang sama dengan kami. Sekarang kami sedang berada di time zone dekat sekolah. Helena sedang bermain di depan mesin dance, aku dan Jessie hanya melihat Helena bermain. "Woi, ada yang berantem sama geng sekolah sebelah!" teriak salah satu murid. "Benarkah?" tanya murid lainnya. "Iya! Ayo lihat!"

         Aku langsung menarik tangan kedua temanku dan mengajaknya berlari untuk melihat siapa yang sedang terlibat perkelahian. Aku melihat Kanes sedang beradu mulut dengan murid sekolah lain. "Lo godain cewek gue, kan?" kata murid itu yang aku pun tak tahu namanya. "Lo gak bakalan ngelakuin itu, kalo lo tahu siapa gue, kan?" lanjutnya dengan nada sombong. "Gue Xavier, si Ketua Taekwondo dari Dago. Beraninya lo godain pacar gue. Mati lo sekarang."

         Aku yang melihatnya sedikit khawatir kepada Kanes. "Astaga! Gue yang suka sama Kanes! Gue sudah malu karena ditolak dia." ucap perempuan dari pacar Xavier. "Kak, maafin saya. Tapi, jangan pacaran sama dia. Pacarilah pria yang baik." Selak Kanes dan berbicara kepada perempuan tersebut. 'Oke." Jawab perempuan itu.

"Maksud lo apa bilang begitu?" tanya Xavier kepada Kanes sambil memegang botol kaca yang hendak ia lempar ke wajah Kanes. Dengan sigap aku menendang botol tersebut hingga jatuh pecah ke tanah.

        Xavier semakin marah, ia tak dapat mengontrol emosinya. "Siapa itu? Tangkap cewek itu!" perintah Xavier kepada temannya. Aku semakin merasa takut dan terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Xavier. Beruntung, ada Hans yang menyelamatkanku dengan menyiram Xavier dan teman-temannya. "Ayo lari!" ajak Hans sambil menggenggam tanganku dan Kanes.

         Kami bertiga dengan cepat berlari menghindari geng Xavier. Kami berhasil menghindari dari kejaran geng tersebut. Kami duduk di sebuah taman untuk menetralkan detak jantung kami. Aku rasa tempat ini sudah aman untuk bersembunyi. "Lo semua sudah gilakah? Lo gaktau itu Xavier? Lo ingin mati gara-gara lo berurusan sama dia?" omelku kepada Kanes dan Hans. Bukannya mencari alasan, tetapi Hans malah menanyakan apakah keadaanku baik-baik saja. "Lo gak apa-apa?" katanya sambil melihat ke arah kaki ku. Aku tak sadar bahwa kaki ku luka karena telah menendang botol tersebut.

         Kini aku berada di rumah sakit yang tak jauh dari taman tersebut. "Tidak apa-apa?" tanya Ayahku. "Ayah ajarin kamu taekwondo biar bisa melindungi diri. Tapi kamu malah berkelahi dengan para pria! Siapa yang mau pacaran sama kamu kalau kamu tomboy begini?" lanjut Ayah. "Banyak pria yang suka sama aku!" jawabku. "Halah, omong kosong. Jangan beritahu Ibu mu terluka karena perkelahian. Dia akan khawatir. Kamu tahu Ibu mu mudah panik". "Aku harap semua pria seperti Ayah". "Tampaknya kau punya selera yang bagus. Yaampun.".

Century GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang