PROCAST [Prolog and Cast]

151 18 1
                                        

Warn 21+
Be wise readers


— Flashback —

Ruangan bernuansa gelap dengan lampu sorot yang berputar membuat seorang gadis di ujung meja bartender berdengus kesal. Tempat ini terlalu ramai dan bising untuk dirinya yang lebih menyukai kamar tercintanya ditemani oleh musik pengantar mimpi dan lampu penerang ruangan di sudut kamar. Tubuhnya yang indah terbalut dress berwarna merah ketat dengan potongan dada yang sedikit rendah sehingga memamerkan tulang selangka miliknya yang sangat indah. Walaupun dirinya sedikit lebih menyukai kesendirian, bukan berarti ia adalah gadis yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.

Bukan tanpa alasan gadis itu datang ke tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam aroma minuman beralkohol. Perayaan hari jadi sahabat dekatnya dan sang kekasih menjadi penyebab dirinya menginjakkan tempat ini.

Hampir lima menit gadis itu duduk manis di atas kursi pelanggan. Tak jarang banyak mata lelaki yang menatap ke arah dirinya dengan tatapan lapar. Namun, gadis itu mencoba abai dan lebih menebalkan keberaniannya. Selagi para lelaki yang sudah kehilangan kesadarannya tidak mengganggu dirinya, gadis itu merasa aman.

Seseorang menepuk bahu telanjangnya dari arah belakang. Gadis itu menoleh dan melihat siapa yang berani menyentuh dirinya dengan tangan kurang ajar itu. Terkejut dengan seseorang di hadapannya, yakni seorang pria yang selama ini haus akan perhatian darinya. Segera raut kesal terpampang nyata dari gadis itu.

"Aster suruh aku buat jemput kamu. Mereka semua ada di ruangan vip. Yuk," ajak seseorang tersebut dengan tangan yang terjulur. Berharap sang gadis akan membalas julurannya.

Gadis itu mengabaikan uluran tangan dari pria itu. Segera dirinya bangkit dan meninggalkan pria itu tanpa sepatah kata.

Langkahnya terhenti tatkala tangan milik seseorang melingkar di atas pinggulnya.

"Lepas," ujar gadis itu.

Pemilik tangan tersebut mengencangkan rangkulannya dan menggelengkan kepala. Pertanda tak setuju dengan ucapan sang gadis.

"Kalau aku lepas, mereka disana—" tangannya menunjuk ke arah kumpulan pria yang berdiri di lorong ruangan vip, "Aku pastikan mereka ganggu kamu," lanjutnya.

Lagi. Gadis itu mengabaikan peringatan dari pria di sampingnya. Bukankah pria ini yang justru menganggu dirinya dengan merangkul pinggulnya? Meraup kesempatan di dalam kesempitan, pikirnya.

Sang pria mengembuskan napasnya dan menatap tajam punggung gadis itu. Keras kepala, ucapnya dalam hati. Sengaja ia sedikit memberi jarak antara mereka guna memperlihatkan pada gadis itu bahwasannya ucapannya tak pernah salah.

Baru saja gadis berpakaian dress merah itu sampai di pintu lorong, seorang pria berkepala plontos menghampirinya dengan tatapan lapar. Sontak, ia melangkahkan kaki untuk mundur. Keberanian yang sejak tadi mengumpul seketika menguap bersamaan dengan seringaian dari pria botak itu.

"Hades," panggilnya lirih.

Pria yang di panggil namanya itu segera mendekat dan merangkulkan tangannya di atas pinggul sang gadis. Kali ini, tak ada penolakan. Hades menatap tajam pria botak itu dan melemparkan senyuman sinisnya. Seolah lawannya paham dengan arti tatapannya, pria botak itu sedikit memberi jalan.

"Masih nggak percaya sama perkataan aku?" bisik Hades di telinga sang gadis.

Dan lagi, tak ada jawaban dari gadis itu. Tak terasa langkah mereka telah sampai pada ruangan vip. Keduanya di sambut oleh Aster dan Gyan sang pemilik acara.

DETERMINEWhere stories live. Discover now