"Gak akan mereka jauhin lu, coba lu jujur sama mereka."

"Tapi gue takut Gat.."

"Tenang nanti gue yang bantu jelasin ke mereka berdua," ucap Jagat dan dingguki Rangga.

Akhirnya mereka berdua sampai disekolah, sekarang ia sedang berada diparkiran sekolah setelah sudah memarkirkan mobil. Jagat mendekat kearah Rangga.

"Lu duluan aja gue mau ngasih kunci mobilnya Jordan." Ucap Jagat dan diangguki Rangga, Rangga pergi meninggalkan Jagat diparkiran dan pergi mencari dua temannya yang entah kemana.

Rangga masuk kedalam kantin dan mencari keberadaan temannya apakah mereka berada dikantin. Setelah mencari akhirnya Rangga melihat orang yang ia cari. Dia berjalan kearah Elang dan Dion. Dia mendudukan dirinya di kursi yang kosong disamping Dion.

"Ga, katanya tadi lu kesakitan pas main? Terus mata lu kenapa?" tanya Elang yang melihat mata Rangga yang sedikit merah. Pertanyaan itu membuat Rangga gugup seketika dan langsung merubah ekspresi wajahnya.

"Kagak papa," Jawab Rangga datar.

"Tapi katanya—

"Banyak nanya lu, mending beliin gue makanan." Ucapnya.

"Yakan gue tuh khawatir sama lu," Ucapan Elang diabaikan oleh Rangga.

Jagat berjalan mendekat kearah meja mereka bertiga, dan menduduki kursi yang tersisa disamping Elang.

"Kalian besok sibuk?" Tanya Jagat to the point.
Rangga langsung menatap Jagat seakan berucap "lu serius?" dan Jagat yang memang menatapnya pun mengangguk. Percakapan antar mata itu sama sekali tidak disadari oleh mereka berdua.

"Kagak, kenapa emang?" Tanya Dion balik.

"Nanti lu berdua kebasecamp."

"Ada apaan sih keknya penting banget?"
.
.
.
Esok harinya mereka berdua sekarang sedang berada diperjalanan menuju basecamp. Setelah sudah sampai ia turun dari motor milik Dion. Lalu masuk kedalam basecamp dan mendapati Rangga yang sedang bermain hp dan jagat yang sedang tiduran dengan melihat televisi.

"Widih, gercep juga lu berdua," ucap Elang. Dion yang berada dibelakangnya hanya diam. Ucapan Elang membuat mereka berdua langsung menatap sumber suara.

"Lama amat sih lu?!" Sewot Rangga kearah Dion dan Elang.

"Ya maap Ga, ini nih sih kunyuk lama banget!" Ucap Dion sedikit ngegas kearah Elang.

"Oya, ada apaan lu kemaren nyuruh gue kesini?" Tanyanya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama kalian berdua." Ucap Rangga dengan nada serius.

"Ngomong apaan keknya penting banget?"

"Kalo gue—

"Kalo gue apaan sih, lu kalo ngomong yang jelas dong,"

"Ya mangkannya lu dengerin dulu njing! Jangan asal potong aja bangsat!" Sewot Rangga. Elang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan cengengesan canggung.
Dan Rangga melanjutkan ucapannya yang terpotong.

"Kalo gue.....,Hamil." ucapnya dengan nada pelan masih bisa didengar jelas dan menunduk menatap lantai basecampnya.
Elang, Dion langsung melotot mendengar ucapan Rangga.

"Lu bercandakan, nggak lucu sumpah bercandanya?!" Ucap Dion yang masih syok dengan berita itu.

"Dia nggak bercanda." Ucap Jagat datar melihat Ekspresi yang terlalu berlebihan.

"Lah lu tau Gat?!" Tanya Elang dengan bingung Jagat mengangguk.

"Kenapa lu kagak kasih tau ke kita juga Ga?! Kalo lu hamil?!"

"G-gue takut lu ngejauhin gue.." ucap Rangga dengan menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis didepan teman temannya.

"Kita gak akan jauhin lu Ga," ucap Elang dan diangguki oleh Dion, Elang mendekati Rangga  dan duduk disebelahnya, lalu merangkul pundak Rangga.

"Tenang gue gak akan jauhin lu, malah gue seneng mau punya ponakan," ujarnya dan ingin memegang perut Rangga dan langsung disingkirkan oleh Rangga.

"Gak usah pegang pegang! Gue gak mau anak gue sawan," ucap Rangga pura pura marah.

"Yaelah kalo pun sawan juga kaga papa kali kan gue ganteng," balas Elang dengan percaya diri.

"Dih najis pede lu!" Sewot Rangga kepada Elang.

"Ga, bapa dari anak yang lagi lu kandung tau kalo lu lagi hamil anaknya?" Pertanyaan Dion membuat Rangga menunduk dan menggeleng pelan.

"Lu harus kasih tau bapanya biar tanggung jawab." saran Dion agar Rangga segera memberi tahukan berita itu.

"Emang dia mau tanggung jawab?"

"Ya harus mau lah, masa dia mau enaknya aja!"

"Gue takut dia nggak mau tanggung jawab." Ucapnya dengan menunduk.

"Lu coba dulu ngomong kedia. Kalo dia gak mau tanggung jawab, biar gue yang nyuruh." Ujar Dion menyakinkan Rangga untuk segera memberi tahukan berita itu.

"Emang siapa bapanya Ga?" Pertanyaan Elang membuat Rangga menegang.

"Iya Ga, siapa bapanya?" Tambah Dion.

"Em....itu...,K-ketua geng sebelah." Jawaban Rangga membuat mereka bertiga mematung.

"Anjing?! Maksud lu Arsen?!" Teriak Elang.

"Ga, Beneran Arsen?" Ucap Dion memastikan.
Rangga hanya mengangguk pelan.

"Kok bisa dia? Setau gue lu gak pernah akur sama dia?" Pertanyaan Dion membuat Rangga teringat dengan malam panasnya itu dengan Arsen.

"Ekhm." Dehem Rangga agar menyesuaikan suaranya yang sedikit serak.

"Itu...pas malem geng kita damai."

"Jadi kalian naninuan pas malem itu? Dimana itu lu juga hilang?" Elang berpikir keras.

"Ah gue tau jadi lu hilang itu..... karena diculik Arsen. Terus kalian—
Mulut Elang dibekap oleh Rangga agar tidak melanjutkan ucapannya.

"U-udah nggak usah diperjelas," ujar Rangga dengan wajah merah padam karena malu.

"Jadi bener itu anak Arsen?" Tanya Dion memastikan lagi. Dan ia dapat anggukan kecil oleh Rangga.

"Bonyok lu tau?" Akhirnya sekian lama, Jagat berucap kembali yang tadinya hanya menyimak pembicaraan itu, Jagat pun ikut hanyut dalam rasa penasarannya.

"Belum, gue takut kalo mereka marah dan nyuruh gue buat gugurin nih bayi. Gue gak mau.." Ujar Rangga dengan sedikit bergetar.

"Yaudah lu ngomong dulu ke Arsen kalo lu hamil anaknya seudah itu kalian berdua berunding buat bantu ngomong kebonyok." Saran Dion.

TBC

See you next part(⁠◠⁠‿⁠◕⁠).....

13.12.22

Janin menyatukan kita berdua Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt