Chapter 1

14K 617 23
                                    


"ini sudah ketiga puluh delapan kalinya kamu memecat sekretarismu begitu saja! oh, ayolah sayang. jangan seenaknya saja seperti itu kepada bawahanmu" ucap wanita yang baru saja masuk kedalam ruangannya dan berjalan mendekat

"sudah sering ku katakan. kalau mereka memang ingin bekerja di perusahaanku, mereka harus bekerja seperti yang ku minta tanpa ada kesalahan sedikit pun. tidak ada toleransi mom kalau aku melihat sedikit saja ada yang kurang dalam laporannya" jawabnya tegas tanpa mengubah fokus dari layar laptop dihadapannya

"lagipula, anak perempuan dari teman arisan mama yang mana lagi yang akan mama tunjuk untuk menggantikan Jane setelah ini? lihatlah hasilanya, tidak ada yang berguna satupun!" lanjutnya

mendengar protes dari sang anak, ia hanya terdiam memasang wajah sebalnya. menopangkan dagunya pada telapak tangannya yang kosong dan terbuka. memikirkan cara agar bagaimana anak lelakinya itu harus fokus pada kerjaan dan pada satu sekretaris dalam jangka waktu yang lama. pada titik akhirnya, memang ia yang harus mengalah.

"huh, baiklah. mulai saat ini kamu bisa memilih sendiri sekretaris mana yang menurutmu pantas untuk bekerja disini tanpa campur tangan mama"

anak lelaki dihadapannya hanya tertawa renyah dengan jemari tangan kanannya mengetuk sisi meja "good idea ma, akhirnya mama tau juga apa yang aku mau"

"mama sudah tau sifatmu yang tidak suka diatur dan dipaksa. yasudah, kembali bekerja! mama sudah hapal dimana pintu keluar dari ruangan ini berada. kau tidak perlu melirik ku bergantian dengan pintu disana. seakan mengusirku secara halus saja" rajuknya seraya beridiri dan keluar dari ruangan sang anak

Giorgino Alven Franders. putra tunggal dari pemilik perusahaan IT terbesar di Asia. usianya kini sudah menginjak 26 tahun. sang ayah, Aldion Franders, pengusaha yang namanya sudah menjadi bahan perhitungan dan persaingan sejak usianya muda lah yang memaksa sang putra tunggal untuk melanjutkan kedudukan dirinya di perusahaan miliknya sendiri.

keras kepala sudah mendarah daging pada diri Alven. namun seseorang pernah berkata, like father, like a son. bagaimana Alven adalah cerminan dari Aldion. sekeras apapun Alven menolak, sekeras itupula Aldion terus mendesak putranya hingga Alven lah yang harus menutup akhir perjuangannya dengan menanda tangani surat diangakatnya dia menjadi CEO di perusahaan.

---

*Alven POV*

manusia memang diciptakan dan ditakdirkan untuk menjadi makhluk sosial. yang memerlukan orang lain dalam menjalankan kehidupannya.

tapi tetap saja tidak! sepertinya memang tidak untuk diriku! tidak semudah itu menerima kehadiran seseorang dalam kehidupanku. tak terkecuali orang terdekat sekalipun.

normal? ya, aku masih sangat normal! bawa aku ke dokter kejiwaan jika kalian memang masih meragukannya.

kedua orang tuaku sudah berulang kali mempertemukanku dengan putri dari teman bisnis papa atau teman arisan mama. entah sudah berapa banyak wanita yang mereka undang untuk makan malam bersama. atau sudah seberapa tebal tumpukan foto anak wanita itu yang sengaja mereka taruh diatas nakas.

usiaku memang tak lagi muda. 26 tahun sebenarnya sudah cukup untuk menjalin sebuah hubungan serius terlebih menjurus pada keluarga kecil atau seorang istri lebih detilnya. tapi untuk kali ini aku masih belum ambil pusing untuk itu. walau memang sesekali aku masih terus memikirkan calon istriku kelak yang masih terus saja disembunyikan oleh tuhan.

"giorgino alven franders, lihatlah.. wajahmu tampan. kekayaanmu sudah melimpah tak terhitung. lalu dimana lagi kekuranganmu? hahaha betapa kasihannya dirimu. apakah kau baru saja amnesia sementara? jam sudah menunjukan istirahat makan siang. lalu dimana kekasihmu? dia tidak mengantarkan makanan untukmu siang ini? atau kau tidak mengendarai mobil dan menjemputnya untuk makan siang bersama denganmu sekarang? oh ya ya, bagaimana bisa? kekasih saja kau tak punya!"

Be Mine? [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang