10. Sticky Note Merah Jambu

492 85 5
                                    

-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-

-

Sesampainya di kosan, Djuan membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Kamar kosannya tidak begitu besar, hanya terdiri dari lemari pakaian, kasur, dan meja belajar. Kamar mandi berada di luar kamar. Tempat yang seringkali menjadi sengketa saat kelas pagi dengan anak kost lain.

Setelah seharian beraktivitas, Djuan langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan perasaan letih yang amat sangat.

Mata Djuan hampir terpejam ketika pandangannya tertuju pada sesuatu yang menarik perhatian. Sebuah kantung karton cokelat yang menyembul dari dalam tas. Kantung karton cokelat pemberian--Riana. Kalau Djuan tidak salah ingat.

Djuan kemudian bersila di atas kasur. Penuh rasa penasaran, Djuan langsung membalik kantung itu dan mengeluarkan isinya. Semua isi di dalam kantung berjatuhan ke atas kasur. Sebuah buku yang masih disampul plastik, plastik obat dengan logo salah satu apotek dekat kampus, dan amplop bertuliskan uang ganti rugi di bagian depan.

Bibir Djuan mengembang tipis. Dia mengingat kejadian beberapa waktu lalu di kedai kopi. Mimik serba salah, gelagat kikuk, dan senyum takut-takut milik perempuan itu. Rupanya Riana serius ingin meminta maaf dan mengganti semua kerugian tempo hari.

Perhatian Djuan lantas beralih pada plastik transparan dengan logo apotek. Sementara, sticky note merah jambu menempel di permukaannya.

Buat insiden kemarin dan kejadian di kedai kopi. Saya benar-benar minta maaf. Semoga ke depannya kita bisa ketemu tanpa harus ada kejadian konyol lagi. Di plastik ini ada plester dan obat buat luka kamu. Kalau luka kamu belum juga sembuh, hubungi nomor saya di sini. Saya bakal tanggung jawab.

Riana.

081277876xxx

Lengkungan di bibir Djuan makin lebar kali ini. Dia menyadari bahwa meskipun seringkali dia mendapatkan sial saat bertemu dengan Riana, sikap perempuan itu tidak begitu buruk. Djuan kemudian menyambar ponsel dari atas kasur dan menyimpan nomor ponsel Riana di sana.

Sempat ragu beberapa saat, Djuan akhirnya menekan tanda telepon. Setidaknya sebuah ucapan terima kasih harus Djuan sampaikan kepada Riana. Belum ada satu menit berlalu panggilan itu pun diangkat.

"Halo." Suara Riana terdengar lembut dari balik telepon. "Ini siapa ya?"

Sesaat, Djuan terdiam kala ragu kembali menghampiri. "Halo, Ria. Saya Djuan."

"Djuan?!" seru Riana spontan. Djuan sampai menjauhkan ponselnya dari telinga. "So--sori. Saya cuma kaget kamu tiba-tiba telepon. Kenapa? Luka kamu makin parah? Mau saya antar ke klinik?"

Coffee In The MorningWhere stories live. Discover now