5. Sadar Diri

585 173 23
                                    

-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-

-

"Kamu mau makan apa?" tanya Ibu Putri sembari membolak-balik buku menu sesampainya di restoran. Sebuah restoran mewah di dekat perumahan elit.

Putri meletakan ponsel ke permukaan, lantas menggeleng. "Yang kayak biasa aja, Mi. Kak Djuan mau makan apa?"

"Terserah kamu," jawab Djuan singkat selagi pandangannya fokus kepada pantulan dirinya dari kaca pembatas restoran. Sesekali dia melirik Putri dan ibunya diam-diam. Djuan menarik napas dalam-dalam sembari berusaha merapikan kemeja putihnya yang terlihat usang dan lecek dibanding milik Putri.

"Oke kalau gitu Kak Djuan samain aja, Mi. Kak Djuan kenapa?"

Djuan tersentak. Segera, dia menggeleng. Di hadapan Djuan, Ibu Putri mengamatinya lekat-lekat dari ujung kaki ke ujung kepala seakan sepemikiran dengan Djuan. "Mami pesenin dulu kalau gitu."

Seorang pelayan menghampiri meja mereka setelah Ibu Putri memanggil. Selagi ibu dan anak itu berdiskusi mengenai makan siang mereka hari ini, Djuan merasa tubuhnya kian menggigil. Bukan karena dingin ac sentral yang tepat berada di atas kepala, melainkan orang-orang yang berpakaian sangat rapi dan necis di sekitar Djuan. Djuan merasa berada di dunia lain.

"Jadi, nama kamu tadi siapa?" tanya ibu Putri mengagetkan Djuan.

"Djuan. Djuanda."

"Kamu teman sekelas Putri?"

Djuan menggeleng.

"Kak Djuan ini cowok yang sering aku ceritain itu loh, Mi. Mami ingat kan? Kakak kelas aku yang pinter, baik, dan ganteng yang pernah aku ceritain," terang Putri tanpa beban. Dia seakan tidak melihat kesan sungkan yang sedari tadi Djuan tahan kuat-kuat. "Ini orangnya."

"Oh... jadi kamu. Putri emang sering ceritain soal kamu," kata Ibu Putri sambil tersenyum tipis. Senyum yang sama sekali tidak membantu perasaan Djuan menjadi lebih baik.

"Kak Djuan juga pintar loh, Mi. Dia baru aja keterima PTN di Bandung tanpa tes. Keren, kan? Sayangnya di luar kota. Tapi Kak Djuan katanya enggak akan ambil karena dia enggak mau jauh dari aku."

Djuan melirik Putri kaget, tetapi air mukanya lebih cemas kala menemukan ada kesan lain di wajah ibu Putri ketika mengamati dia. Lebih-lebih kala Putri terus membicarakan tentang Djuan di depan sang ibu tanpa rasa bersalah. Beruntung, pesanan mereka segera tiba. Sehingga Putri terpaksa menghentikan ocehannya.

"Kamu tinggal dimana?" tanya ibu Putri tiba-tiba.

"Saya tinggal di Rawa Pasung," jawab Djuan pura-pura menikmati agli olio di piring untuk mengurangi gugup.

"Masuk ke dalam gangnya? Atau di pinggir jalan?" tanya ibu Putri lagi.

Djuan sontak mendongak kala nada pertanyaan ibu Putri seakan sedang menghina dirinya.

Coffee In The MorningWhere stories live. Discover now