bab 18 End

90 6 0
                                    

"Kamu, ngga papa?" tanya Nindy pada Zaki.

"Ngga, aku baik. Ma'af ya kemarin aku menuduh kamu" ujar Zaki merasa bersalah.

Nindy hanya mengangguk. 

"Jadi, apa yang bakal kamu lakuin setelah ini?" tanya Nindy.

"Ngga tau. Ibu bilang kita ngga bisa bawa kasus ini keranah polisi, sebab mereka ngga akan percaya. Lagipun kita ngga ada bukti," ucap Zaki lirih.

"Sementara waktu, Mas Adi bawa Mba Lilis kerumah Ibu. Sambil dikurung dan diawasi, soalnya Mba Lilis ngga mau ngaku dimana tempat persembunyianya selama ini," timpalnya.

"aku turut prihatin ya, Mas."

Disisi lain Adi, tengah memandangi sang istri yang tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Ia sebenarnya sudah waspada dari saat sebelum pergi keluar negeri. Namun, sungguh ia tak menyangka bahwa istrinya benar-benar nekad melakukan ini semua.

Dahulu, Lilis yang dia kenal adalah Lilis yang sangat pendiam, pemalu ternyata dibalik itu semua dia bisa senekad ini.

Malam besok adalah malam Jum'at kliwon. Biasanya, pada malam itulah orang yang menyembah iblis akan melakukan sebuah ritual, sebab itu, besok malam Adi akan melepaskan istrinya agar mengetahui dimana tempatnya bersembunyi selama ini. 

Nyatanya Lilis bukan orang bodoh. Setelah Adi tertidur didekatnya, ia langsung kabur dengan mudahnya.

Mendengar Lilis kabur Zaki langsung mengamuk menyalahkan sang Kakak yang teledor, namun Nindy berhasil menenagkan dia.

"Kamu yang sabar, Mba Lilis belum mencapai tujuanya," ujar Nindy setelah menenagkan Zaki.

"Maksud kamu?" tanya Zaki menautkan alisnya.

Nindy menarik nafas dalam.
"Kalau mau tau jawabanya, nanti malam kamu datang ke Hutan Rimba desa sebelah. Desa tempat aku tinggal, kamu akan tau segalanya disana" ucap Nindy seraya tersenyum.

Adzan sudah berkumandang, setelah menyelesaikan shalat, Zaki segera keluar. Ia mencari kesana kemari sang Ibu, namun tak menjumpai.

"Dimana Ibu?" gumamnya.

Karena tak menjumpai sang Ibu, ia segera bergegas mengendarai motor matic yang biasa digunakan Nina ketempat yang dikatakan Nindy.

Hutan Rimba adalah tempat keramat didesa kami, kata orang tetua didesa kami disana ada ular besar yang berkepala katak dan memiliki dua kaki diantara kepala. Sampai saat ini, tempat itu tetap dijadikan hutan karena tidak ada orang yang mau membuka lahan disana.

Setelah tiba disana, Zaki segera menghidupkan lampu senter untuk menerangi jalan. Suasana begitu mencekam, dengan riuh angin dan suara hewan malam membuat bulu kuduk meremang. Zaki memberanikan diri memasuki kawasan hutan, sungguh jika bukan karena Nina dia tak akan mau sampai sejauh ini. 

Lama Zaki mengitari kawasan hutan ia tak menemukan apapun disana, petunjuk atau bahkan jejak manusia. Untuk sesaat ia curiga, apakah Nindy membohonginya. Atau jangan-jangan dia bersekongkol dengan Lilis?. Langkahnya terhenti sejenak, menatap kawasan hutan yang gelap mencekam. 

Zaki duduk dibawah pohon besar yang begitu banyak akar, ia lelah sudah hampir satu jam berkeliling, tapi tak menjumpai apa pun.

Setelah beberapa menit bersandar dipohon besar itu, tiba-tiba wangi kemenyan meneruak disekitaran pohon itu. Bau wewangian bunga bahkan aroma busuk juga tercium disana. Zaki menoleh kekanan kirinya, mencari sumber aroma menyengat tersebut.

Bukanya menemukan sumber aroma, justru sekarang mata Zaki terasa berat. Tak dapat menahan kantuk akhirnya Zaki tertidur dalam posisi bersandar.

***

Zaki mencoba membuka mata, meski terasa begitu berat. Ia mencoba menyesuaikan pandangan, melihat sekeliling. Hal pertama yang dia lihat, langit malam tertutupkan daun pepohonan. Suasana di sini juga sangat terang, beberapa lampu petromaks tertempel dipepohonan, lilin, dan juga ublik membuat jelas pengelihatan, tidak seperti saat dia tertidur tadi.

Mata Zaki membulat tatkala menyadari kini tubuhnya telah diikat, dengan mulut bersumpalkan kain. Ia mencoba memberontak, namun kekuatanya tak cukup melawan tali yang mengikat begitu kuatnya.

Ia mencoba melihat kanannya, matanya lagi-lagi membulat tatkala melihat seorang anak kecil yang tengah berbaring dengan tubuh dipenuhi belatung.

Kemudian saat dia melihat kekirinya, terlihat Lilis tengah menyeringai kearahnya dengan menggunakan pakaian serba hitam.

"Bagaimana rasanya, menggantikan posisi istrimu?" tanya Lilis sambil memainkan sebilah pisau ditanganya.

"maksud kamu apa!" teriak Zaki dengan suara tak jelas sebab mulutnya tersumpal.

"Sebenarnya, seharusnya yang disini Nina, tapi karena dia udah mati duluan, ya kamu, deh. Dari pada nanti aku yang mati," ucap Lilis.

"Gila! Kamu gila Lilis!" ucap Zaki tak jelas.

Lilis hanya menanggapinya dengan tertawa, kemudian ia meletakkan pisau diatas tubuh Zaki. Ia mengambil sebuah tongkat dan memukul kaki Zaki sebanyak tujuh kali.

"Aaakkhhh" teriak Zaki mengaduh kesakitan disetiap pukulan Lilis.

Setelah memukul, Lilis tertawa terbahak-bahak. Kemudian mengambil pisau yang tadi ia letakkan diatas tubuh Zaki.

"Sudah siap dengan permainanya, Adik Ipar?" tanya Lilis sembari memegangi rahang Zaki.

Tangan Lilis terangkat keudara, siap menusuk tubuh Zaki.

Doorrr

Suara tembakan membuat Lilis menghentikan aksinya, ia melihat kearah bunyi suara.

"Angkat tanganmu!" seru seorang polisi.

Lilis kebingungan saat dibelakangnya berdiri lima orang polisi yang sudah mengarahkan pistol kepadanya.

Bukanya meletakkan pisau yang dipegang Lilis justru berbalik dan menusuk Zaki, melihat aksi itu polisi terpaksa menembak kaki Likis dua kali.

"Aakhhh" teriak Lilis saat kakinya tertembak polisi.

"Sakit, Bu!" teriaknya sembari menangis.

Tak butuh waktu lama untuk polisi menangkap Lilis, sebab ia tak bisa bergerak karena kakinya terluka.

"Zaki!" teriak Darmi saat tiba dilokasi. Ia terisak melihat keadaan puteranya.

***

Diruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan, Zaki tengah disuapi dengan manja oleh sang Ibu.
Beruntung tusukan yang diberikan Lilis kemarin tak terlalu dalam.

"Terus Lilis gimana, Mas?" tanya Zaki pada Kakaknya.

"Dia dipenjara, dapat pasal berlapis percobaan pembunuhan dan pembunuhan anak dibawah umur," ujar Adi tersenyum.

Kemudian Adi menceritakan bahwa ini semua rencana Nindy untuk membantunya dan juga kakeknya. Kakeknya lah yang berperan penting, dia yang tahu tempat persembunyian Lilis selama ini. Kemudian meminta Nindy membantu Zaki.

Sedangkan Adi, ia sudah tau sejak kepulangan dari luar negeri. Namun, dia berusaha memberi pengertian pada sang istri, dan menghentikan ini semua. Berharap istrinya mau mendengarkan dan kembali kejalanya, melepaskan Nina dan Tiara. Namun, ternyata itu semua tak berhasil hingga mereka berua tiada.

"Jadi, hubungan Kakak sama Lilis gimana?" tanya Zaki lagi.

"Kakak sudah jatuhkan talak kedia, Kakak mau nemenin kamu aja jadi Duda," ujar Adi, kemudian disambut tertawa semua orang.

Mereka bertiga akhirnya saling berpelukan, saling menguatkan dan yakin mampu melewati semua dengan tenang. 

TAMAT❤

Terkadang ucapan orang tua ada benarnya. Jangan terlalu beranggapan bahwa orang tua jaman dulu banyak aturanya, mereka melakukan itu juga demi kebaikan kita. Sekian cerita ini saya buat. Terima kasih pada Bude (a) yang sudah mau menjadi narasumber. Al-fatihah buat Mba (RA) dan adek (SE) semoga amal ibadahnya diterima oleh yang maha kuasa. Semua nama diatas telah disamarkan sesuai permintaan narasumber.

JANGAN BAWA BAYI SAAT MELAYATWhere stories live. Discover now