Bab 7

63 6 0
                                    

Tidak terasa hari sudah mulai pagi, semua orang sudah memulai aktifitas harian mereka. Aku yang masih menggendong Tiara diteras, memandangi warga yang berlalu lalang.

Entah ini perasaanku saja, apa memang iya. Beberapa warga yang lalu, pasti akan memandangiku dengan tatapan yang sulit diartikan. Ibu juga melarangku keluar rumah sampai Mas Adi, kakak suamiku pulang.

Mas Adi akan tiba disini lusa, sebab mengurus kepulangan ke Indonesia ternyata lebih rumit.
Selama Mas Adi belum sampai kesini, maka aku dilarang keras keluar rumah.

Hari sudah menjelang malam, aku seharian hanya duduk mengurus Tiara, sedangkan segala keperluan rumah sudah ibu yang melakukanya. Sebenarnya aku merasa tidak enak, tapi bagaimana lagi ibu mertuakulah yang memaksa.

"Nduk, wedang angete wes diombe?" tanya ibu.
(Nduk, air hangatnya sudah diminum)

"Mpun, Bu," jawabku singkat.

Ibu duduk disampingku, kemudian meraih Tiara kegendonganya.
Aku melihat seperti ada rasa kekhawatiran diwajah ibu. Meski ia mencoba menutupinya dengan senyuman, tapi itu masih terlihat jelas diwajahnya.

"Bu, Nina boleh tanya?" ujarku lirih.

"Tanya opo, Nduk?" jawab Ibu singkat. Wajahnya tidak mau menatapku.

"Sebenarnya ada apa to, Bu. Kok kayaknya ada yang Ibu sembunyikan," ucapku, mataku terus menatap lekat kearah wajah ibu.

"Maksud, kamu. Gimana to?" ibu justru balik bertanya.

"Jujur, waktu kewarung kemaren sore. Nina denger, mereka bilang ada yang bangikitkan roh. Mereka bilang juga, kalau nyawa Nina, dalam bahaya"

"Sebenernya, Nina ngga percaya sama begituan, Bu. Tapi kejadian akhir akhir ini, keluarnya makhluk menyeramkan itu, membuat Nina takut," sambungku dengan air mata yang mulai berderai.

Ibu hanya diam menunduk. Tanganya mengusap jejak air mata.

"Dulu, kakek Zaki, ayah ibu. Penganut ilmu hitam, Nduk," ujarnya.

"Dia percaya bahwa ketika kita menyembah iblis, maka iblis akan mengabulkan permintaan kita yang mustahil sekalipun. Ilmu itu harus diturunkan pada anak laki-lakinya, namun bapak tidak punya anak laki-laki," sambung ibu.

Ibu menghentikan ceritanya. Air matanya berurai deras, hingga membuatnya menangis sesegukan. Aku sungguh tidak tega melihatnya.

Aku mengelus tangan Ibu agar ia sedikit tenang.

"I-ibu tidak bisa ce-cerita, bi-biar Mas Adi, saja na-nanti yang cerita," ucap ibu terbata, sebab menangis sesegukan.

"Iya sudah, Bu. Jangan diteruskan, nanti Nina ikut nangis jadinya," ujarku, sembari terus mengelus punggung tanganya.

Hari sudah mulai gelap, tidak ada tanda tanda Mas Zaki pulang. Kilirik jam dinding telah menunjukan pukul 09.30, ini sudah lewat dua jam dari waktu dia biasa pulang. Hatiku cemas hingga hanya bisa mondar mandir didekat pintu.

"Ayok tidur, Nduk. Sudah malam," ajak Ibu.

Ibu yang baru saja menyiapkan popok untuk Tiara menghampiriku yang masih gelisah didepan pintu.

"Ibu, duluan saja, ya. Nina, mau tunggu Mas Zaki," tolakku.

"Wes ngga usah ditunggu, nanti juga pulang. Ibu, ndak bisa ninggalin kamu sendirian," ujar Ibu, kemudian duduk disofa.

Aku yang mendengar itupun lalu menyusul ibu duduk di sofa.

"Loh, memangnya kenapa, Bu?" tanyaku.

"Sudah ibu, bilang. Nanti biar Mas kamu saja yang ceritakan."

Ibu tertunduk, tanganya mempermainkan ujung bajunya.
Sungguh, aku semakin mumet, memikirkan semua ini.

Tak lama kemudian terdengar suara deru mobil memasuki halaman, aku yakin bahwa itu Mas Zaki.
Gegas aku bangkit dan membukakan pintu untyknya.

"Kok, mukamu lesu gitu, Mas?" tanyaku setelah mas zaki masuk rumah.

"Mas tadi dijalan, nemuin hal janggal, Dek."

Ucapan Mas Zaki membuat aku dan ibu berpandangan.

"Hal janggal apa, Le?" tanya Ibu.

Mas Zaki bercerita, bahwa saat dia akan pulang, ia bertemu kakek-kakek berbaju serba hitam memakai sorban. Kakek itu minta diantar pulang. setelah sampai dirumahnya, kakek itu berpesan Mas Zaki harus waspada sebab ada bahaya yang mengintai keluarga kami. Kakek itu juga bilang, bahwa bahaya itu sosok pemegang ilmu hitam.

"Ah, ngga mungkin ada yang seperti itu kan, Bu. Ilmu hitam apa? Santet? Guna-guna? Zaki ngga percaya hal begituan, bu!" seru Mas Zaki, kemudian berlalu meninggalkan kami.

Aku dan Ibu lagi-lagi hanya saling pandang, terlihat mata ibu mulai berkaca-kaca.

Apa yang sebenarnya terjadi?apa memang ilmu hitam itu ada? Siapa gerangan pemegang ilmu hitam, yang ingin menyelakai kami?

Jawabanya di bab selanjutnya😪

***
😁

JANGAN BAWA BAYI SAAT MELAYATWhere stories live. Discover now