Bab 14

68 2 0
                                    

POV AUTHOR

Zaki masih memandangi jasad sang istri yang terbujur kaku diranjang Rumah Sakit. Tatapanya kosong, sama seperti hatinya saat ini. Wanita yang dia cintai, wanita yang telah merubah hidupnya menjadi sempurna. Wanita itu kini hanya tinggal nama. Separuh jiwa Zaki sudah hilang bersamaan dengan kepergian sang istri.

"Nak, ayok kita lihat Tiara. Biar Nina, Adi urus," ucap Darmi lembut.

Sambil menyeka air mata, Darmi berusaha sekuat mungkin menenangkan Zaki.

Zaki, dengan langkah yang begitu berat. Mencoba untuk perlahan meninggalkan mayat istrinya. Wajah Nina masih terlihat begitu cantik baginya, seperti hanya tidur saja. Bibirnya sedikit mengukir senyuman meski banyak lebab dipinggirnya.

Air mata Zaki tak mampu terbendung kala melihat malaikat kecilnya kini sudah tak ber Ibu.

Melihat puteranya menangis sejadinya memeluk sang cucu, Darmi tak tahan hingga terduduk dilantai.

"Sa-sabar, Nak!" ucap Darmi terbata.

Tangis kedua anak dan Ibu itu pecah disana. Mereka sama-sama tak kuasa menahan kesedihan yang begitu mendalam.

Hari sudah mulai pagi, kini mereka tengah menyiapkan kepulangan. Adi yang akan menemani Nina diperjalanan. Sedangkan Darmi dan Zaki masih mengurus kepulangan Tiara.

Setelah Dokter memperbolehkan Tiara pulang, Darmi segera mempersiapkan barang-barang. Ketika ia melihat baju Nina, ia menciumnya sambil berderai air mata.

Krettt ...

Bunyi seperti ranjang dinaiki seseorang, membuat Darmi melongak kearah Tiara. Tiara sedikit merengek, gegas  Darmi menghampiri cucunya.

"Ada apa, Sayang?" tanya Darmi sembari mengelus pucuk kepala Tiara.

Ia menyadari sesuatu, farfum khas Nina menyeruak disekitar ruangan. Darmi menoleh kearah kiri dan kanan, air matanya kembali bercucuran. Tanganya memegangi kuat jemari Tiara. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak Nina. Jangan bawa anakmu. Biar Ibu yang urus dia!" ujarnya sambil memejamkan mata.

Tiara menangis, namun pelan. Darmi yang berada disampingnya pun akhirnya beranjak. Ingin memanggil Dokter, tapi tak bisa meninggalkan Tiara sendirian. Sedangkan Zaki tengah mempersiapkan jenazah Nina.

Disisi lain Zaki dan Adi sudah membawa jenazah Nina kedalam ambulan. Adi tatapanya begitu tajam kearah tempat duduk samping Jenazah. Entah apa yang dia fikirkan kemudian dia berlari sembari menarik tangan Zaki.

"Ibu!" seru Adi saat telah sampai diruangan Tiara.

"Nak, to-tolong, tolong panggilkan Dokter," ucap Darmi panik.

"Ada apa, Bu?" tanya Zaki bingung.

"Ngga tau ini Tiara kenapa, kok kayak kesakitan ... Hiks" Darmi tidak dapat menahan air matanya.

Adi hanya terdiam dia menunduk, kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sedangkan Zaki, dia berlari bak kesetanan untuk memanggil Dokter.

Setelah Dokter tiba ia segera memeriksa keadaan Tiara.

Tiara menggeliat, kakinya didorongnya lurus, badanya kejang. Tangisnya tertahan, seperti tengah begitu kesakitan. Dokter, dan beberapa perawat sudah berusaha semaksikmal mungkin. Darmi, dan Zaki yang hanya menyaksikan kejadian itu begitu tegang. Berbeda dengan Adi, ia hanya terduduk denga tatapan kosong. Seperti sudah tau apa yang akan terjadi.

Badan Tiara yang tadi kejang, perlahan kembali terkulai. Badanya yang kemerahan, perlahan berupah pucat pasi. Bersamaan dengan itu Dokter mengambil nafas dalam.

"Ma'af, kami tidak bisa menyelamatkan cucu, Ibu!" ujar Dokter lirih.

Bagai disambar petir berkali-kali dalam sehari, Zaki hanya bisa termenung. Dia hanya diam mendengarkan kata-kata Dokter. Air mata yang belum kering saat kepergian Nina, kini harus terkuras lagi dengan kepergian putri semata wayangnya.

"Tidaaak!" teriak Darmi, kemudian berlari kearah Tiara.

Bayi mungil itu benar-benar tak bergerak. Tubuhnya pucat pasi. Darmi terus terisak disamping tubuh mungil itu.

Zaki, jangan tanyakan dia. Dia jatuh tersungkur kelantai, seakan tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini.

Dia hanya berharap bahwa semua ini hanya mimpi, ketika ia bangun esok semua akan baik-baik saja. Namun apa daya, harapan itu hanya khayalan semata.

Setelah beberapa saat terisak, akhirnya Darmi pingsan. Segera Dokter dan Adi membawa dia kepembaringan yang sebelumnya digunakan Nina.

Sedangan Zaki, dia lagi-lagi menangis terduduk dilantai. Ia meringkuk melipat kaki, dan menenggelamkan wajahnya diantara dua lutut. Air mata yang terasa kering hanya menyisakan isakan. Bayangkan, kedua orang tersayangmu, pergi secara bersamaan. Tiada obat untuk rasa sakit seperti ini.

"Hiks ... Hiks ... Tuhan, sakit sekali ujianmu!" lirihnya disela-sela isakkan.

***

Mendengar kabar Nina meninggal, beberapa warga bersama Sukaji, datang kerumah sakit untuk menjemput mereka.

Mereka juga mendengar kabar bahwa Tiara juga tiada setelah beberapa saat Nina tiada.

Setelah melewati drama yang panjang, akhirnya rombongan itu telah tiba dirumah duka. Satu mobil ambulan membawa dua mayat sekaligus, mayat anak dan Ibu yang menjadi gempar didesa ini.

"Ih, itu pasti Tiara kena sawan mayit, tu. Nina kan kemarin sempat datang pas ninggalnya Mba Yanti," ucap salah satu warga setelah ambulan itu datang.

"Iya, apalagi kan yang megang Buku ilmu hitamnya Mbah Darmo udah datang," timpal warga lainya.

Iya Mbah Darmono adalah ayah dari Darmi. Dahulu kala ia adalah sesepuh yang disegani warga sekitar. Konon ia memiliki peliharaan berupa iblis yang besarnya lima kali lipat manusia biasa yang mampu mewujudkan apa yang dia mau asal ada tumbalnya.

Kenyataan bahwa ilmu hitam itu ada, dan dapat dipelajarj oleh seseorang yang mau mempelajarinya.

Dulu, Darmono adalah seseorang lelaki taat agama. Namun, sejak istrinya meninggal saat melahirkan puteranya, adik dari Darmi. Darmono berubah alur, ia menjadi pemuja ibis demi membangkitkan arwah istrinya. 

Hingga ia harus menikahi wanita yang masih perawan. Raga gadis yang masih perawan, akan digunakanya untuk tempat bagi kebangkitan roh istrinya. Namun naas, setelah berhasil masuk kedalam raga gadis itu, Darmo malah harus kehilangan anak laki-laki yang seharusnya menjadi pewarisnya.

Konon katanya, anak laki-laki Darmo dihabisi oleh ruh istrinya yang menetap pada gadis itu. Sebab, anak kecil berusia dua tahun itu ditemukan meninggal dalam keadaan tanpa organ dalam.

Namun, Darmo menyangkal jika itu dilakukan oleh istri barunya. 

Entahlah, yang jelas itu hanya cerita terdahulu.
Sekarang semua itu hanya bisa dijadikan pelajaran. Bahwa menyekutukan Tuhan adalah perbuatan musyrik yang hanya aka membawa malapetaka bagi kita sendiri?

***

Nanti bakal ada cerita tentang Darmono yang menyebah iblis itu. Nantikan kisahnya ya❤

Jangan lupa tap love nya ya😍🤗😘



JANGAN BAWA BAYI SAAT MELAYATWo Geschichten leben. Entdecke jetzt