Ketiga

395 45 1
                                    

"Rafa, itu siapa? Ganteng!" tanya Lily, teman sekelas Rafa yang cantik.

Rafa melirik malas, tahu siapa yang dimaksud Lily, "Oh, kacung baru gue!"

"Hah? Pembantu apa supir???" tanya Lily.

"Bodyguard! Udah Ly ah, gua lagi males!" Rafa memilih duduk di bangku kelasnya.

Dafi melirik sekilas dari jendela, lalu mengirimkan pesan chat pada Hanung. "Rafa masuk ke kelas, Pak"

Dafi menunggu Rafa di bangku taman depan kelasnya. Sambil menghilangkan bosan, dia pun turut melihat-lihat arsip instastorynya.

Ada banyak kenangan digital tertinggal disana. Dafi tersenyum memandangi beberapa foto dan video saat ia masih bersama orang itu. Gadis cantik yang begitu memukau. Dengan bola mata yang lugas tersenyum penuh candu ke arah kamera ponsel, bersama dengan Dafi saling menempel pipi.

Dafi termenung ketika melihat arsip itu tertera pada 2 tahun yang lalu.

"Itu cewek lu?" tanya seseorang dari belakang Dafi seketika.

Dafi terkesiap dan refleks mematikan layar ponselnya. "Loh, kamu bukan harusnya di kelas?"

Rafa lalu memutar bola matanya, "Liat tuh, gada guru! Jamkos!"

"Oooh, yaudah, masuk aja lagi. Tungguin gurunya dateng!"

"Gurunya gak masuk! Sakit!"

"Tau darimana?"

"Ya taulah!" Rafa sedikit nyolot.

"Oh. Terus?"

"Gue mau ke kantin"

"Rafaaa..."

"Kenapa lo? Mau ngelarang-larang gue?" tanya Rafa, ketus.

"Bukannya gitu. Tapi lebih baik kamu di kelas aja. Gausah cari masalah. Nanti di undang lagi ke BK"

"Bacot! Gue laper! Gue aus! Dan inget! Tugas lo itu cuma ngejagain gue di sekolah, itupun baru sampe pulang sekolah. Bukan ngatur-ngatur gue!" tegas Rafa pada Dafi sambil berlalu meninggalkan Dafi.

Dafi menghela napas sabar, ini pertama kalinya dia berurusan dengan bocah berusia 17 tahun tersebut. "Saya belikan saja. Kamu mau apa? Tunggu saja di kelas"

Rafa hanya heran dan geleng-geleng kepala. Lalu dia melengos beranjak dari tempatnya menuju kantin.

Dafi menghela napas sambil diam-diam mengikuti langkah Rafa.

Rafa duduk di meja kantin dan dengan terang-terangan memasang rokoknya di sana.

Dafi terperangah melihat kelakuan Rafa saat itu juga. Lalu dia segera berjalan menghampiri Rafa disana. "Rafa!!!" Dafi langsung mengambil rokok yang terpasang di mulut Rafa.

Rafa terkesiap namun tetap dalam posisi duduk santai. "Apa-apaan sih lo?"

"Ngapain kamu ngerokok?"

"Apa? Mau ngaduin juga ke bokap? Gue udah dari lama ngerokok. Udah berapa kali keciduk. Fine fine aja"

"Saya aja gak ngerokok pas SMA, Rafa"

"Pantes idup lu boring banget"

"Rafa. Saya sebenarnya gak peduli kamu perokok atau enggak, tapi ini sekolah! Kamu mau ketauan guru terus di undang ke BK lagi?" tanya Dafi.

Rafa tertawa remeh, "Siapa yang berani cepuin gue emangnya? Palingan juga elo! Mana sini rokoknya!" Rafa mengambil langsung dari tangan Dafi.

Bersamaan dengan itu salah satu guru melihat kejadian tersebut dan langsung berteriak, "RAFA PANGERAN PRADIPTAAA!!!"

FIX YOU (18+)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt