Chapter O2 : Zernice.

Mulai dari awal
                                        

"LU BUKAN ADEK GUA!!"

"KEMBARAN GUA UDAH LAMA MATI!!"

Mendengar itu membuat Zeva tidak bisa tidak tertawa. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya dan rasa remuk di seluruh badannya. Zeva, Gadis itu tertawa tapi bukan tawa kebahagiaan.

Sampai akhirnya, Gadis itu terisak.
Zeva menangis, Bukan pura-pura seperti sebelumnya. Ia benar-benar menangis saat ini.

'Zeva, Alva jahat'

Hatinya benar-benar sakit. Memang bukan dia, Tapi kalimat menyakitkan itu untuk sahabat nya. Dan Ia sangat menyayangi Zeva. Bagaimana tidak terluka?

'Dia bilang Lo udah mati, Zev'

Gadis itu tertawa, Tapi kemudian menangis lagi dan tertawa lagi. Sampai akhirnya, Tidak ada suara lagi.

Zeva yang tadinya menunduk. Mengangkat wajahnya menatap semua orang di depan nya dan berhenti pada Alva.

"Della, Lo pemenangnya hari ini"

Gadis itu menarik sudut bibirnya.
"Adella Amaira Pratama, Sudah puas?"

Della yang di tatap langsung menundukkan kepalanya. Gadis itu masih di samping Gavin.

Zeva menatap alva dengan tatapan tajam.
"Lo gak pernah nganggap gue adek"

"Dan gue gak masalah soal itu."

"Gue bukan adek Lo, Alva Lo benar"

"Lo benar, Zeva udah lama mati."

"Dan gue, Yang berada di depan Lo ini.
Yang tinggal di kediaman Pratama selama 10 tahun ini, Gue bukan adek Lo."

Zeva terkekeh kecil. "Gue bukan Zeva, Gue sahabat Zeva" Ucap nya berterus terang.

"KALIAN SEMUA BODOH HAHAHA"

"KALIAN BODOH SAMPAI KALIAN TIDAK TAU BAHWA GUE BUKANLAH ALZEVA!!"

Gadis itu menatap Della, "Lo pikir gue bodoh, hah?" Ia mengeluarkan smirk andalannya membuat Ngeri semua orang.

"Gue bahkan membodohi seluruh keluarga Pratama selama 10 tahun, Kecuali Kakek."

"Seharusnya Lo sadar Diri, Adella.. Lo itu cuma orang yang gak jelas asal-usulnya di bawa masuk ke kediaman Pratama oleh Mama nya Alva."

"Sedangkan gue? Selama 10 tahun berperan sebagai Zeva dan tinggal di kediaman Pratama. Bahkan gue dengan mudah masuk tanpa ada yang tau. Sedangkan Lo? Lo harus mendonorkan satu ginjal Lo untuk Ziva demi menjadi bagian dari Pratama."

"Dan Lo berhasil di cap Malaikat oleh mereka, Bukan?!"

"Padahal Lo itu iblis!"

Zeva terkekeh melihat Della mengepalkan tangan nya. Ia tau pasti gadis itu sedang emosi saat ini.

Tapi mana mungkin dia membuka topeng nya? Bisa-bisa ketahuan tidak sepolos wajahnya. Dan suatu saat, Dia sendiri yang akan membuka topeng nya itu.

Zeva pastikan gadis itu tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Zeva tidak akan membiarkan orang yang membuat sahabat nya di benci oleh keluarga nya karena gadis sialan itu.

'Kenapa takdir tidak berpikir pada Lo, Zev'

Miris.

Sahabat nya itu benar-benar Menyedihkan.
Bahkan bisa di bilang Ia juga. Tak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua Zeva semenjak menggantikan sahabatnya itu.

Tapi Ia juga bangga pada dirinya sendiri karena tidak ketahuan selama 10 Tahun lamanya menggantikan Zeva.

"Gue gak nyangka, Ternyata gue hebat ya"
Puji nya pada diri sendiri dengan senyum yang di paksakan.

Zeva kembali terisak.
"Zeva, Hiks—Gue hebat kan?
Lo harus kasih Gue penghargaan artis paling hebat mendalami peran."

"Hiks—Kenapa?" Zeva menjambak rambut nya. "Kenapa harus gue? Kenapa harus Lo?"

"Kenapa harus gue yang berkorban? Kenapa harus gue yang sakit hati padahal semua kalimat jahat itu buat Lo. Kenapa mereka jahat sama Lo zevaa?"

"Bang Alva berubah" Lirih nya yang bisa di dengar Alva. Entah, hati laki-laki itu berdenyut nyeri melihat gadis yang ia benci menangis terisak dengan kepala yang berdarah karena ulah nya sendiri.

Alva merasakan kekosongan.

"Dia gak lagi sayang sama kita"

"Dia lupa sama gue, Zev.
Padahal dulu kita sering main bertiga"

"Dia nampar gue, Dia dorong gue.."

"Hiks—Zev, D-dia yang buat Lo pergi.."

Deg.

Gavin yang saat itu berada disana merasa nafasnya tercekat. Laki-laki itu terlalu cuek dan bahkan tidak peduli dengan Zeva.
Namun, Kali ini.. Ia merasakan hal yang aneh di dalam hatinya.

Tapi bukan itu yang paling membuat ia penasaran. Zeva yang sekarang tapi bukan Zeva asli ini ternyata sahabat Zeva asli.

Lalu kemana Zeva asli?

Saat Gavin ingin mendekati Zeva.
Laki-laki itu menghentikan langkahnya saat mendengar Zeva berucap lagi.

"Bang Alva yang buat Lo gak disini"
Ucap gadis itu dengan sangat pelan tapi masih bisa di dengar.

Karena hanya Zeva yang bersuara di kantin.

"Dia yang buat masa remaja gue tanpa Lo"

Benar, Jika bukan karena kejadian itu. Mungkin saat ini Zeva ada disini. Mereka bisa belajar bersama dan bermain bersama. Juga bisa membicarakan cogan-cogan yang mereka sukai. Mereka bisa bercerita banyak hal.

"Gue benci dia." Ucapnya dengan menatap Alva penuh dendam.

Alva masih terdiam mematung, Bahkan laki-laki itu seakan tidak bisa menggerakkan tubuhnya. "Gue benci Abang lo"

"Kalaupun gue mati hari ini, Gue gak bakal biarin orang yang nyakitin kita hidup dengan tenang. Mereka harus merasakan lebih dari ini."

"Akh—"
Zeva memegang kepalanya yang berdenyut.

Melawan rasa sakitnya, Gadis itu sempat-sempatnya menatap Gavin yang juga menatapnya.

"Gavin.."

"Gue Zee.."

"Gue sayang sama Lo, Gav"

Itulah kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum kesadarannya menghilang.

"ZEVA!!" Teriak Dilan si ketua kelas Zeva.
Yang langsung menghampiri Zeva dan membawanya pergi.

Sedangkan Gavin? Laki-laki itu masih syok dengan pengakuan seorang Zeva yang bukan Zeva.

To be Continued..

.

.

.

Jangan lupa Vote yaa..

Tandai typo.

Makasih<3 ✨🌼🦋

LAREINA [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang