05 | Luka yang terpendam

Magsimula sa umpisa
                                    

     Bahkan Laksa sendiri bingung pada Tuhan, mengapa hidupnya tak pernah jauh dari cobaan.

     "Auw! Sakit!"

     Laksa terbelalak saat ia menemukan sosok anak kecil yang tersungkur lalu berjongkok memegangi lututnya. Bibir mungil itu terus saja meniup-niup lututnya yang nampak sedikit lecet.

     Buru-buru Laksa menghampiri Anak kecil itu, mensejajarkan tubuhnya. "Kamu gak apa-apa?"

     Sang anak kecil mendongak menatap Laksa, lalu beralih melohat lututnya. "Lututku sakit, Kak."

     "Sebentar, ya." Laksa nampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah plester lucu yang bergambarkan motif hewan.

     Sebelum itu Laksa meniup-niup luka anak kecil itu, hingga akhirnya menempelkan plester miliknya dengan hati-hati.

     "Sudah selesai," ungkap Laksa lalu membantu anak kecil itu berdiri.

     Sang anak pun menatap lututnya yang sudah terbalut plester. Lalu beralih menatap Laksa dengan gembira.

     "Yeay! Udah gak sakit lagi! Makasih, ya, kakak ganteng!" ungkapnya kegirangan lalu tubuhnya yang kecil lekas berhambur memeluk Laksa.

     Laksa pun terkekeh dan menguap surai hitam anak itu. "Sama-sama. Lain kali hati-hati, ya? Jangan lari, oke?"

     "Siap kakak ganteng!"

    "Yaudah, kakak pergi dulu, ya? Ingat pesan kakak tadi kalau jalan harus hati-hati."

     Anak kecil itu mengangguk penuh semangat. Dan Laksa sekali lagi mengusap surai hitam anak kecil itu sebelum melambaikan tangan dan berlalu pergi.

     "Juna! Kakak cariin tau! Kamu jangan bikin repot Napa!" sosok remaja lelaki lengkap dengan pakaian seragam khas anak SMA—berlari menghampiri anak kecil yang sempat di panggilnya. "Jangan bandel Napa, Dek!"

     Sang anak malah dengan girangnya memperlihatkan lututnya yang sudah terplester.

     "Heh, itu lutut kenapa?"

     "Kak Bian tau gak? Tadi ada kakak ganteng yang baik banget mau nyembuhin luka Juna!"

     Orang yang di panggil Bian pun mengernyit. "Siapa?"

     "Kakaknya juga pake seragam kayak kakak, lho! Semyumnya manis! Ganteng! Kak Bian kayaknya kakak itu juga habis sakit, deh ... Soalnya di tangannya ada bekas tusukan gitu kayak Juna!"

     Juna begitu antusias menceritakan kebahagiaannya kepada sang kakak. Sedangkan kakaknya sendiri hanya mengangguk-angguk seolah ikut bahagia.

     "Yaudah buruan balik ke kamar! Kakak telat, nih."

xxx

     Mobil itu sudah mendarat tepat di depan sekolah Laksa. Sebenernya Arshi tak menyetujui tindakan Laksa yang ingin lekas sekolah, akan tetepi adiknya tipikal orang yang tidak bisa meninggalkan sesuatu. Apalagi itu menyangkut sekolah dan masa depan.

     "Dek, nanti Abang lembur di kantor ... Kamu gak appa-apa, kan, pulang bareng Hanta?" kedua mata Arshi tersirat penyesalan karena hari ini ia tak bisa menjemput adiknya.

Laksa Dan LukanyaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon