33 24 33 15

1.7K 143 4
                                    

Keyla membuka matanya lebar-lebar, turun dari motor besar milik Dewangga, langsung menyerahkan helm yang sudah dirinya lepas. Menatap tidak percaya dengan tempat yang mereka datangi. Dewangga seakan tahu keinginan Keyla hari ini.

Dewangga yang selesai memarkirkan motornya itu merangkul Keyla dengan menoleh ke kiri, ke wajah sumringah gadis itu. "Gimana? Lo suka gak gue ajak ke sini?" tanya Dewangga.

Tanpa menoleh ke arah sang kakak, Keyla menganggukkan kepala. Kemudian, gadis itu melepaskan rangkulan Dewangga dan berjalan masuk ke tempat tersebut tanpa mengindahkan keberadaan kakak tirinya itu.

Gramedia.

Satu nama tempat yang sangat diidamkan seorang pembaca seperti Keyla untuk mencari dan membeli novel kesukaannya. Lihat saja gadis itu, yang mana sudah berdiri di depan rak novel dengan genre fiksi remaja, kesukaannya.

Dewangga yang sejak tadi mengikuti adiknya hanya mampu berdecak. Ketika sudah di sebelah Keyla, lelaki itu bertanya, "Lo mau novel?"

"Mau banget. Boleh, ya, Kak?"

Keyla sudah mengambil dua buku yang sudah sejak lama ia incar. Namun, Dewangga malah mengusap puncak kepala gadis itu dengan senyum tipis. "Mending lo beli buku Akuntansi buat belajar, Key. Ingat! Lo sekolah di ESENBI di mana saingan lo anak ambis semua."

Keyla memberengut. "Orang gue gak mau ambis."

"Ck, jangan bandel. Ntar kalo kita gak belajar pembukuan dan lanjut kuliah manajemen ekonomi, gimana kita bisa nerusin AM Corp sama butik Mama?"

"Ya, lo aja yang nerusin. Gue pengen jadi komikus aja. Emm, penulis novel juga boleh. Tapi mager. Ah, jadi pengacara yang banyak duit. Pengangguran banyak acara." Keyla menjawab dengan santainya, membuat Dewangga menjitak pelan kening gadis itu hingga mengaduh.

"Bawel," celetuk Dewangga, lalu menghela napas kasar. "Ya udah, karena gue kakak yang baik, pilih aja buku yang lo mau tapi satu aja."

Mata Keyla langsung saja berbinar. "Oke. Makasih, Kak."

Setelahnya, mereka berdua berpisah karena Keyla memilih novel yang benar-benar ia inginkan, bukan dua novel yang tadi ia tunjukkan kepada Dewangga, karena mungkin kapan-kapan Keyla bisa membelinya. Namun, ada satu novel yang memang lebih dari sekadar ia incar.

Keyla mencari buku di bagian rak khusus novel, sedangkan Dewangga pergi ke rak buku-buku nonfiksi bertema bisnis. Lelaki itu memang membutuhkannya, memperdalam ilmu yang selama ini sudah ia dapatkan dari sekolah.

Dunia ini selalu menyangkut bisnis, 'kan? Jadi, mau tidak mau Dewangga harus mempelajarinya.

"Gue ambil buku ini aja kali, ya? Kalo yang mahal banget kasihan Kak Angga-nya juga," gumam Keyla sembari membaca blurb yang terpampang di sampul belakang novel yang dirinya pegang.

Mengangguk memastikan apa yang dipilihnya adalah yang terbaik, gadis itu pun mulai keluar dari area rak khusus novel untuk mencari kakaknya. Dilihatnya sekeliling, bahkan sampai menelusuri rak-rak yang lain, tetapi Keyla serasa kehilangan jejak Dewangga.

Matanya terus menyapu sekitar, hingga tidak sengaja punggung yang sangat Keyla kenali itu menjauh dari Gramedia dan keluar dari sana.

Alhasil, gadis yang baru saja merasakan gembira karena ditraktir buku oleh sang kakak segera mengejar kakaknya itu dan saat dirinya sudah sampai di ambang pintu, ia dicegat oleh penjaga Gramedia.

"Maaf, Kak. Silakan bayar dulu buku yang Kakak pegang," ucap lelaki berpakaian kaos hitam berkerah dengan senyum ramah.

Keyla berdecak, kembali masuk dan membawa buku tersebut ke kasir terlebih dahulu untuk ia bayar. Untung saja dirinya membawa dompet, jadi tidak memalukan diri karena terlalu percaya kepada Dewangga yang katanya akan membelikan ia sebuah novel.

The Crazy ClassWhere stories live. Discover now