Bab 10

813 72 17
                                    

Ujian di mulai, semua murid melakukan ujian akhir sekolah dengan tertib. Namun kali ini murid duduk secara terpisah, Erlan duduk di bangku paling belakang. Erlan menjawab semua soal ujian dengan mudahnya, saat Erlan sudah selesai, Erlan mengumpulkan lembar jawaban nya di depan, tapi saat melewati Joe, Erlan memberi contekan di sebuah penghapus pensil.

Joe tersenyum dan mulai menyalin jawaban dari Erlan. Joe mengumpulkan lembar jawabannya, kemudian Joe keluar dan menghampiri Erlan. Joe tersenyum lalu berbicara. "Nakal, kenapa kamu memberiku contekan,hm?"

"Aku tahu kakak kesulitan di jawaban Nomor dua puluh lima dan Tiga puluh." sahut Erlan.

"Terimakasih, ke kantin yuk." Ajak Joe.

Erlan mengangguk, mereka pergi ke kantin dan makan bersama. Di kantin Joe memberikan Cincin tanda jadian mereka. "Aku membeli ini untuk kia berdua, setelah sekian lama aku baru sempat memberikan ini padamu. Kamu pakai yang ada namaku, dan aku pakai yang ada namamu."

Erlan mengangguk, ia sangat senang menerima hadiah itu. Tapi di satu sisi Raditya sangat iri melihat kemesraan Joe dan Erlan. Raditya tersenyum sinis, lalu terlihat kalau Raditya menelpon seseorang. Entah apa yang di bicarakan Raditya dengan orang itu, hanya Raditya yang tahu.

Semua murid kini selesai ujian pertama, sebelum ujian kedua mereka semua ke kantin. Setelah itu masuk ujian kedua, semua murid melakukan ujian dengan tenang. Kali ini Joe berhasil menjawab semua lembar ujian dengan baik tanpa bantuan Erlan. Erlan sengaja tidak mengumpulkan lembar jawaban duluan, ia lebih memilih mengumpulkannya di akhir. Sebenarnya jika semua guru menyadari kecerdasan Erlan, mereka pasti akan langsung meluluskan Erlan tanpa ikut ujian. Hanya saja, Angga pernah berpesan kepada Erlan bersikap selayaknya orang yang memiliki kecerdasan standart.

Semua murid sudah selesai menjawab soal-soal itu, Joe yang sudah keluar duluan menunggu Erlan. Erlan keluar dan menyapa Joe. "Yuk pulang..."

"Kenapa kamu lama sekali? Apakah soal kali ini begitu sulit? Maafkan aku karena tidak bisa membantumu, sebab posisi duduknya kita sangat jauh." ujar Joe.

"Enggak kok, malah sangat mudah. Hanya saja, aku sengaja tidak mengumpulkan lembar jawaban duluan." sahut Erlan.

"Ya sudah, ayo pulang. Siang ini kita makan di luar ya sekalian nonton." ujar Joe.

"Oke..." sahut Erlan.

Joe dan Erlan pergi ke sebuah Mall, sesampainya di Mall mereka langsung membeli tiket nonton. Dua jam lagi film yang akan di tonton mulai, sebelum mulai mereka pergi makan dahulu. Mereka makan di sebuah Restourant yang lumayan mahal yang ada di dekat bioskop, Erlan berbicara. "Kak, makanan di sini mahal-mahal. Kita cari tempat lain aja yuk."

"Gak apa-apa sayang, aku punya uang kok dan masih cukup untuk kita makan berdua." ujar Joe.

"Ya sudah, kalau begitu kita bagi dua bayarnya." ujar Erlan.

Joe hanya mengangguk, makanan yang mereka pesan pun datang. Joe dan Erlan memakan makanan itu, setelah selesai makan dan membayar makanan mereka. Mereka pun langsung pergi ke Bioskop, tapi yang mereka tidak sadari adalah ada dua orang yang mengintai mereka berdua. Firasat Erlan tidak salah, ia tanpa sengaja menoleh dan melihat ada dua orang yang diam-diam memotret mereka dan kemudian langsung orang itu seperti sedang menelpon seseorang.

"Kira-kira siapa ya mereka? Kenapa mereka mengikuti kami berdua? Bahkan diam-diam mengambil Foto kami?" batin Erlan.

Joe dan Erlan sudah masuk ke dalam studio, film yang di tonton pun sudah di mulai. Sepanjang film horor itu tayang, Joe mencengkram lengan Erlan sangat kuat. Erlan menahan tawanya, saat melihat Suaminya eh Joe ketakutan melihat film Horor itu. Ketika sudah selesai menonton dan sudah keluar dari studio, Erlan tertawa dan meledek Joe.

BL- HURTWhere stories live. Discover now