Bag 59. Friendship solidarity

Beginne am Anfang
                                    

"Jax, biarin dia jelasin tujuannya ke sini!" sergah Aksa menarik tubuh Jaxen supaya menjauh dari Gandhy.

Jaxen menyentak tangannya karena kesal, kemudian sedikit menjauh dengan matanya yang nyalang menatap Gandhy. "Halah, ngentot, taik! Cuma buang-buang waktu dengerin dia gonggong kayak anjing!"

"Heh, mulut!" tegur Jeremy, sebagai lelaki dewasa, dia tahu betul kalau ucapannya terlampau kasar.

Jaxen tidak peduli, dia hanya memutar bola matanya malas kemudian sedikit menjauh dari mereka, memerhatikan dari jauh dengan duduk santai di sofa panjang dalam markas mereka. Melihat Sonya yang turut hadir, kembali memanggil emosi Jaxen, tapi berusaha dia tahan.

"No probs, wajar Jaxen marah sama gue, karena Harvey sahabatnya dari kecil," celetuk Gandhy, kemudian merapikan bajunya.

"Apa tujuan lo datang ke sini?" tanya Aksa berusaha ramah.

Gandhy diam sejenak, kemudian memutar kepalanya memandang Sonya. Rupanya kode kecil itu langsung membuat tubuh itu maju beberapa langkah di hadapan Aksa, sebelum bicara dia menghela napas panjangnya dahulu. Bagaimanapun juga, perbincangan selanjutnya sangat beresiko.

"It's okay kalau kalian mau benci gue, tapi tolong jangan benci Kak Gandhy, karena dia ngga salah."

Ucapan Sonya yang belum selesai itu, sontak menimbulkan amarah bagi lainnya.

"Maksudnya apa?" tanya Jeremy heran.

Sonya menelan salivanya susah payah, suasana dalam ruangan ini kembali memanas karena ucapannya. "Gue punya bukti percakapan Juliette dan Yohan, beberapa ada rekaman video. Selama ini Juliette sering ke markas Baewon ngebahas rencana mereka, maaf karena gue ngga langsung bertindak. Sejak awal tujuan gue ikut organisasi Kak Aksa, memang karena Juliette, tapi begitu tahu rencana licik mereka, gue takut sesuatu yang buruk terjadi ke Harvey."

Setelah mendengar penjelasan dari Sonya, kini mereka paham kalau kehancuran Harvey bukan sepenuhnya karena Baewon melainkan karena Yohanes.

"Lo bisa gunain rekaman ini untuk nebus Harvey, gue minta maaf atas nama Yohanes yang udah mempermalukan Baewon." Gandhy berusaha tersenyum ramah, meski sebenarnya sangat sulit. Tidak pernah terbayang dia akan meminta maaf pada kesalahan anggotanya, meski bermusuhan tapi bukan berarti Gandhy senang dengan cara Yohanes yang terbilang sangat licik.

Gandhy memang licik tapi dia bisa bermain peran dalam sikapnya sebagai seorang pemimpin.

"Ganja yang ditanam Yohanes awalnya ditanam di halaman belakang rumahnya, gue juga kaget bajingan itu sampai rela mindahin semua tanamannya ke markas lama kita." Gandhy melanjutkan, kemudian menyerahkan sebuah tap recorder yang berisi rekaman suara dan video tentang percakapan mereka ke Aksa.

"Lo bebas gunain rekaman ini, mulai sekarang Yohanes bukan bagian Baewon, dia bukan tanggung jawab gue lagi," lanjutnya kemudian bertolak dari ruangan itu seraya menarik tangan Sonya.

•••

Tanpa berpamitan, kaki itu melangkah keluar dari asrama Yohanes. Begitu kakinya di ambang pintu, sesuatu yang mengejutkan berhasil membuat pupil matanya terbuka lebar.

"Jangan terlalu cepat merayakan kemenangan," celetuk seseorang dengan sorot dinginnya.

Dalam sesaat tubuh Juliette membatu melihat sekumpulan lelaki itu, bibirnya kelu sekedar untuk berteriak hingga pada akhirnya Yohanes keluar setelah merasakan sesuatu yang aneh. Betapa terkejutnya dia, ketika melihat anak-anak Dandelion berada di depan asramanya.

Terlalu takut, Yohanes menarik tangan Adiknya masuk tapi gagal ketika dengan gerak cepat berhasil dihalau oleh Jaxen yang menjegal kakinya. Karena perbuatannya, dua manusia itu jatuh tersungkur dengan wajah yang mendarat lebih dulu ke lantai.

Belenggu | Haruto ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt