BERTEDUH

42 5 1
                                    

Jarum merah pada jam itu terus berdetak seiring berpindah tempatnya dari titik satu ke titik berikutnya di setiap detiknya.

Udah jam delapan, jadi pergi gak nih?  Dita membaca pesan dari ponselnya lalu mendongak ke arah jam berwarna putih yang terpasang tepat di atas ranjang tidur, menunjukkan pukul 07.55.

Masih ada 5 menit lagi, gas otw sekarang.

Setelah membalas pesan, Dita meraih tas selempang hitam di sangkutan khusus tas-tas kecil. Melihatnya saja selalu bisa mengingatkan kembali, bagaimana senangnya saat membuka kotak berlapis kertas kado warna biru muda yang ternyata dengan sengaja temannya menaruh itu didalam tas sekolahnya. Itu pun Bella baru menyadarinya sudah berada di rumah saat membuka tas, ingin mengganti buku pelajaran untuk hari esoknya.

Jika ditanya perasaannya bagaimana? sudah dijelaskan jika senang sekali karena itu pertama kalinya Ia mendapatkan hadiah ulang tahun dari seseorang, tidak termasuk keluarganya. Kenapa pertama? karena Dita memilih untuk tidak memperbolehkan tanggal kelahirannya diketahui banyak orang. Apa gunanya? itu yang ada dipikirannya.

Dita segera memasukkan dompet; pelembab bibir; tabir Surya; tisu kecil dan tidak lupa ponsel. Merapikan baju didepan cermin hampir seukuran badan lalu bergegas ke depan rumah sambil membawa helm berwarna coklat tua bercorak tulisan. aesthetic menurutnya kala akan membeli helm itu.

"Loh?.. loh.. jangan ujan dulu dong please!"

Ya, Dita berdecak. Awan serta langit cerah yang di harapkan Dita tidak terkabulkan malah gumpalan awan-awan gelap itu telah merintikkan airnya, tidak terlalu kelihatan rintikkannya karena masih gerimis ringan.

Jika pun ditunda atau tidak jadi setidaknya Dita akan menenapati janji akan menghampiri, acaranya pun dapat diganti dirumah saja jika itu bisa menjadi opsi lainnya. Itu yang dipikirkan Dita selama seperempat perjalanan.

Harapan Dita kali ini juga pun belum mendapatkan restu dari yang di Atas. Sepeda motor yang dikendarainya harus berhenti didepan ruko yang masih tutup, meneduh dibawah atap teras ruko.

Sudah beberapa kali Dita mengumpat, sejak pagi mulai saat memilih baju yang ingin dikenakan ternyata masih belum dicuci lalu cairan sabun mandi yang habis saat mandi dan ini mengumpati kelalaiannya lupa membawa jas hujan.

Dita tidak akan mengumpati hujan yang tiba-tiba menderas ini, walaupun harus turun diwaktu yang tidak tepat sekalipun. Kalau ingin tahu, tanyakan saja kepada penikmat hujan termasuk petir dan kilatnya juga. Tapi tidak dapat dipungkiri juga jika ini membuatnya sedikit sebal.

Dita masih harus bersyukur kali ini, meskipun sedikit kehujanan airnya tidak menembus kepakaian utama. Jaket setia yang digunakannya saat berkendara memiliki fungsi menghindari panas matahari menyengat yang bisa saja membuatnya semakin hitam, dan dimusim hujan fungsi selain menghindari kebasahan di pakaian utama tadi tentu juga untuk menghindari kedinginan.

Dita akan mengabari jika Dia sedang terjebak hujan diperjalan. Sorry, Far. Kayaknya bakal telat hujan soalnya ini lagi neduh. Pesan ini Dita kirim setelah mengirim foto jika Ia benar-benar sedang berteduh.

Mendongakkan kepala Dita merasa jika hujan pagi ini akan lebih lama, lihat awannya rata berwarna abu-abu pucat juga pepohonan yang bergoyang menandakan adanya angin kencang. Tidak ada kursi untuk diduduki, terpaksa Dita harus berdiri melihat montornya kehujanan karena teras yang sempit.

Dan menonton drama Korea lewat ponsel adalah kegiatan yang dipilihnya. Tontonan yang sedang menunjukkan adegan perempuan dirangkul hampir terjatuh karena kesandung itu berhasil membuatnya terbawa perasaan. Baper istilahnya.

Cerpen [update masih berlanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang