MIMPI BURUK

90 6 4
                                    

"harusnya gak sesulit ini," perempuan berkaos putih kebesaran itu mendengus pasrah, meregangkan jari melepas bolpoin biru diatas kertas.

"haiss... udah lama ga healing ya gini." gumannya lagi memijat pelipis kirinya lalu menoleh kebelakang.

"sibuk gue, ga usah ganggu deh,'' ia sedikit berteriak, tahu siapa dibalik yang menggedor pintu kamarnya itu. sayangnya Dania lupa untuk menguncinya.

"dih sok sibuk Lo," Rena telah memasuki wilayah khusus milik Dania melempar kantong plastik putih diatas kasur.

"apaan tuh?" tanya Dania ingin tahu.

"kepo, buka sendiri." ujar Rena merenggang keluar. Dania menggidikkan bahu memindahkan posisi badannya tengkurap diatas kasur membuka kantong plastik.

matanya membinar melihat sekotak roti bakar rasa coklat kacang sesuai kesukaannya, sebelum perhatiannya teralih oleh suara notifikasi pesan dari ponselnya.

mendapati pesan dari seseorang, Diana tersenyum langsung beranjak cepat membuka tirai jendela kamar, melihat seseorang berjaket hitam menyender mobil didepan pagar rumahnya.

"kamu ke Blitar gak bilang - bilang. kan aku bisa jemput di stasiun,"

Jean menatap Diana lalu tersenyum simpul. "kok senyum - senyum sih," tanya Diana lagi.

liat Diana masih tidak bisa menangkap senyuman kekasihnya itu dengan tenang. Diana salah tingkah.

apalagi dengan ini. Jean mengecup dahi Diana sekilas dan berbisik, "aku kangen," lalu mendekapnya.

"kamu juga bikin aku kangen terus," ujar Diana malu - malu

jean menikmati tingkah Diana. "aku baru dateng, gak mungkin juga bikin kamu nunggu lama di stasiun malam-malam gini,"

benar ini sudah larut malam, "tapi itu kan beda..."

"aku mau ngomongin sesuatu," ucap Jean tiba-tiba

"Apa?"

"aku mau ke London."

udara di malam itu sangat dingin, dan ucapan Jean membuatnya lebih kedinginan. Sontak Dania kaget, yang benar saja dia telah 8 tahun lamanya bersama pria ini tetapi hanya bisa bersapa dua Minggu sekali, atau bahkan sebulan dua tiga kali saja setelah lulus SMA dan berbeda perguruan tinggi serta tempat bekerja.

"aku mau lanjut study," lanjut Jean. "ini bakal memperbagus karirku kedepannya apalagi aku juga di percayai untuk di pindah tempatkan cabang perusahaan perusahaan disana. Dengan tawaran posisi yang aku ingini selama ini,"

apalagi dengan alasan itu? mungkin bisa di perkirakan akan seberapa angka untuk bertemu. perempuan itu hanya menatapnya diam tidak bersuara.

melihat tidak ada respon, Jean menghembuskan nafasnya melirik ke bawah kaki. "aku dapet beasiswa. Aku gak mungkin nolak udah tanda tangan juga, kamu gak perlu khawatirin ada cewek lain," Jean merangkup telapak tangan Dania. "only you in my heart. only you"

"love you,"

tentu saja ucapan Jean cukup menenangkan perasaannya tapi tidak pikirannya. "semangat," balas Dania melepas tangannya. tidak membalas kalimat terakhir Jean.

Cerpen [update masih berlanjut]Where stories live. Discover now