Chapter 4 : Sparring

Start from the beginning
                                    

"Apa yang dia katakan?" tanya Lora bingung.

Nieva menatap Lora dan berucap, "Omong kosong."

***

Mobil-mobil mewah masih melintasi jalan meski waktu sudah menunjukkan larut malam. Salah satunya, kendaraan roda empat limosin hitam dijaga beberapa kendaraan lain dari kejauhan. Mayoritas kegelapan dikalahkan terangnya berbagai lampu bangunan, kesunyian dikalahkan oleh mobilitas para insan di kota tersebut.

Pria yang dibutuhkan di berbagai belahan dunia lantaran kecerdasannya akan mengelola bisnis itu menopang dagu, menatap pemandangan di kaca mobil, menampilkan beragam kehidupan manusia. Hingga kendaraan tersebut memasuki kawasan perumahan elit. Tepat di sebuah mansion megah di mana roda ban mobil berhenti berputar.

Pintu mobil dibukakan oleh seorang pria berjas sebagai bentuk pengabdian pada sang bos. Sepatu mahal mengkilat itu menapak jalan beraspal sebagai jalur mobil menuju beranda mansion.

Semua orang terkejut mendapati mobil kesayangan sang bos hancur tidak karuan bentuknya tepat di depan teras, seolah-olah dihancurkan dengan sengaja menggunakan benda tumpul. Kap mobil berbentuk tidak jelas, kaca mobil pun pecah parah, kendaraan mahal yang benar-benar hancur.

Pria berkebangsaan Amerika-Russia itu mengerutkan dahi, tentu ia marah pada siapa pelaku yang begitu berani padanya. Ia mengedarkan pandangan, bertepatan saat itu pula tongkat bisbol jatuh dari balkon atas dan mendarat tepat di kendaraan mewah yang telah dirusak tersebut.

Pria berahang tegas itu mengarahkan pandangan ke atas dan mendapati adik kembarnya. Saudaranya tersebut melempar tatapan tajam permusuhan, lalu masuk ke dalam mansion, tanpa peduli kemarahan kakaknya.

"Tuan," panggil sang asisten yang membuat pria tampan itu mengalihkan pandangan. "Hal ini dapat memperburuk klaimmu atas The Greatest, jika kau diam saja maka orantg-orang akan berpikir bahwa Tuan Ansell benar dan kau—"

"Shut your mouth," potong Anver tajam, membuat asistennya langsung menunduk dalam lantaran takut. Ia mengedarkan pandangan, semua orang terlihat tegang dan suasana malam semakin mencekam. "Burn it, don't let anyone see this," perintahnya langsung masuk ke dalam mansion.

Anver tidak bisa membiarkan kelompok lain tahu bahwa Double G berada dalam masa perpecahan dan musuh mereka akan mengambil kesempatan untuk menghancurkan The Greatest dengan menghasut Ansell agar melawannya. Terlebih, hal ini memang salahnya.

Anver bergegas masuk dan mencari keberadaan Ansell dengan bertanya pada para pelayannya yang mengatakan bahwa adiknya itu berada di lapangan penerbangan. Pria berambut cokelat gelap itu membuka pintu lapangan penerbangan dan terkejut begitu mendapati adiknya mengarahkan pistol padanya.

"What do you want?" tanya Ansell tajam.

"Kau mau ke mana?" tanya Anver mengerutkan dahi. Melihat adiknya enggan menjawab, ia pun mendekati.

"Stay away or I'll shot your fucking ass," ancam Ansell setengah sabar. Namun, seperti biasa, Anver tidak mendengarkan, membuat Ansell semakin diambang kesabarannya. "Anver!" bentaknya.

Anver berhenti melangkah. "Where the fuck you want to go?"

"Apa lagi yang kau inginkan dariku, Anver?!" bentak Ansell kesal. "Aku muak kau perlakukan seperti bawahanmu! I'm Stone, I'm your fucking brother, stop tell me what the fuck to do!"

"I didn't—"

"Fuck you, Anver. Kau mengajakku bertaruhan dan menjebakku sehingga aku mengikuti kemauanmu! Ini idemu lalu mengapa aku yang harus melakukannya? Aku bukan bawahanmu."

Anver tidak mampu membalas, semua yang dikatakan adiknya benar dan ia tidak sepantasnya membela diri. Ansell pergi dengan helikopternya, menjauh dari mansion mereka. Anver mengusap wajahnya frustrasi dan mengumpat, "Wanita berengsek!"

Entah bagaimana hal ini dapat terselesaikan, masalah bukannya berkurang tapi malah semakin bertambah. Lagi, ke mana Ansell akan pergi? Jika orang tahu bahwa kedua ketua The Greatest mengalami perpecahan, maka habislah Anver. Namun, ia tidak boleh berlarut-larut dalam emosinya, ia harus tenang dan memikirkan segalanya dengan sadar sepenuhnya.

Anver menatap para bawahannya yang memerhatikannya dan langsung menunduk begitu ditatap, segera ia pergi ke kamarnya. Namun, begitu pintu terbuka, ia kembali dibuat kesal lantaran tempat pribadinya itu begitu berantakan. Ah, adiknya benar-benar gila sekarang. Anver benar-benar lelah baik batin maupun raganya, namun tempat peristirahatannya pun dibuat sebegini berantakannya. Jangan tanyakan mengapa tidak ada pelayan yang membersihkannya, sebab Anver tidak suka siapa pun masuk ke kamarnya di saat dirinya tidak ada.

"Damn brother," umpatnya melepas gagang pintu, membiarkannya terbuka dan membuat Alfred melirik dan segera memerintahkan pelayan membersihkannya. 




#To be Continue...





301022 -Stylly Rybell-
Instagram: maulida_cy

Queen in SuitWhere stories live. Discover now