"Anjing!" racau Harvey seraya meremas rambutnya kesal.

Harvey sudah menduga kalau itu kerjaan Juliette, dalam satu Minggu ini hidupnya aman tentram dari gangguan wanita gila itu. Ternyata bukan karena introspeksi diri, melainkan sedang menyiapkan masalah besar.

Netra tajam Harvey tiba-tiba saja beralih pada dua Polisi yang jalan ke arahnya, pupilnya mendelik sempurna memikirkan kebetulan yang seperti di sengaja. Spontan tubuhnya langsung memutar membelakangi Polisi tersebut, dadanya naik turun dengan detak jantungnya yang bergerak tak karuan.

Satu hal yang Harvey minta saat ini, dia dapat mengalihkan rasa paniknya dari obat-obatan. Sejauh ini dia tak pernah merasakannya lagi, hidupnya sudah berdamai dengan masa lalu, oleh karenanya ketika terjadi serangan panik secara mendadak dia tak tahu cara mengatasinya.

"Hei ... Sayang," celetuk wanita bersuara familiar seraya merangkul pundak lelaki itu.

Harvey mengalihkan pandangannya, lalu menurut menyingkir dari area parkir menjauhi dua Polisi tadi. Mereka pergi menuju mobil putih yang terparkir tidak jauh, itu adalah mobil Cleobee. Hari ini mereka berangkat dengan kendaraan masing-masing, tapi begitu jam istirahat mereka memutuskan memakai mobil itu.

"Kamu kenapa?" tanya Cleobee.

Harvey merasa jauh lebih baik sekarang, ia senang dengan kedatangan kekasihnya, telat sedikit tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Sebelum menjawab pertanyaan itu, dia menepuk-nepuk pelan wajahnya untuk menetralkan pikirannya kembali.

"Ada narkoba di dalam tas aku," jawabnya seraya mengeluarkan dua bungkus plastik kecil yang di dalamnya masing-masing kokain dan ganja kering.

Mata Cleobee terbelalak kaget karena benda itu, buru-buru ia merebutnya secara paksa lalu menyimpannya.

"Tapi, itu bukan punya aku ... Tiba-tiba ada di dalam!" oceh Harvey. "Pasti juliette! Pasti perek itu yang diam-diam masukin narkoba itu ke dalam tas aku!"

Cleobee tak habis pikir dengan rencana Juliette kali ini, tiba-tiba saja teringat semua ocehan Juliette tentang balas dendam. Lalu, apa sudah waktunya  wanita licik itu menjalankan rencana liciknya? Dia bahkan tidak tahu apa rencana Juliette, membuat Cleobee ikut frustasi memecahkan masalahnya.

"Gi-gimana kalau sampai Polisi tadi tahu aku bawa narkoba, mungkin aku di penjara!" racau Harvey.

Cleobee menggelengkan kepalanya, lalu meraih kepala lelaki itu supaya memandang wajahnya. Secara perlahan ia mengarahkan Harvey supaya bernapas dengan rileks, agar pikirannya kembali tenang.

"Sayang ... Kamu yang tenang ya, ini bukan barang kamu! Jangan takut ... Ada aku di sini, tolong tenangkan pikiran kamu dulu."

Harvey sendiri bingung, mengapa secara tiba-tiba dia menjadi sangat takut pada hal yang tidak dia lakukan. Secara perlahan matanya terpejam pelan seraya menarik napas panjangnya, lalu membukanya kembali bersama perasaan yang jauh lebih tenang. Dia merasa lebih baik, ketika membuka matanya ada wanita yang sangat ia cintai tersenyum getir memandangnya.

"Sampai sekarang aku ngga tahu alasan cewek itu ngusik hidup aku. Kenapa? ... Apa setelah yang semua aku lalui, aku ngga berhak bahagia?"

Cleobee menggelengkan kepalanya, semua orang berhak mendapatkan kebahagiaan, termasuk Harvey. "Siapa bilang? Kamu berhak, hanya orang-orang yang iri melihat keberhasilan kamu sampai akhirnya ngusik hidup kamu."

"Kalau cewek itu iri, dia bisa rehabilitasi supaya berhenti ngonsumsi narkobanya."

"Kita ngga pernah tahu pikiran manusia, kamu bisa orang lain belum tentu bisa."

Harvey tak menghiraukan ucapan kekasihnya, dia diam lalu tersenyum manis tanpa alasan. "Aku bangga punya kamu, Ay. Makasih banyak."

"I'm more proud to have you."

Belenggu | Haruto ✔Where stories live. Discover now