Kata Elan (13)

9 2 0
                                    

Elan menyaksikan kebetulan yang mengingatkan akan masa lalunya. Kebetulan, kereta api yang semula tak berpenumpang dipenuhi bocah-bocah kecil berbusana bersih seputih para malaikat cilik, di antaranya nampak bayang-bayang Elan kecil yang pernah berbusana sangat serupa. Saat itu Elan sepuluh tahun, dan kakaknya empat belas tahun usianya. Keduanya menghadiri Misa Pagi di gereja, dalam rangka menerima Komuni Kudus Pertama, yang menyatakan mereka bagian resmi anggota gereja Katolik Roma. Misa pendewasaan yang disambut Elan penuh sukaria.

"Kak, pssstt. Aku mau nanya dikit, nih. Artinya setelah misa ini selesai, kita berdua sudah boleh makan roti kudus, ya?" Elan berpaling pada kakaknya, selagi mereka duduk di deret bangku terdepan bersama tiga puluh anak berbusana bak malaikat lainnya.

"Hush. Bukan roti kudus, tetapi hosti kudus. Itu perlambang tubuh Kristus, dan wine atau anggur adalah perlambang darah-Nya untuk menebus dosa-dosa umatnya. Paham kamu?"

Roti kudus yang dimaksudkan Elan tak lain hosti, roti sakramen dalam tradisi gereja Katolik Roma, gereja Ortodoks, dan gereja-gereja Timur lainnya. Bukan betul-betul roti seperti yang kamu bayangkan umumnya, tetapi hosti berupa wafer tak beragi yang wujudnya bundar dan pipih, diolah dari tepung gandum dan air saja, sederhana dan bersih, melambangkan kesucian Kristus Tuhan yang bangkit dari kematian salib, demi silih atas dosa-dosa manusia ciptaan-Nya. Elan sudah tak sabar untuk mencicipi "rotinya" yang pertama, karena selama satu tahun ia giat belajar setiap akhir pekannya, sebagai peserta "Kursus Komuni Pertama" yang taat dan antusias.

Kakak Elan yang empat tahun lebih tua menegur istilah "kursus" yang kurang tepat, dan lekas mengoreksi adiknya bahwa pembelajaran akhir pekan itu adalah pembekalan calon penerima komuni pertama, karena sebutan itu lebih menghormati Ritus Romawi yang memandang pembagian hosti suci adalah esensi dari perayaan misa itu sendiri. Kursus itu pembelajaran yang duniawi sifatnya. Tutur kakak Elan yang begitu religius kesehariannya, namun oleh suratan nasib mesti mengulang Upacara Komuni Pertamanya sebanyak lima kali sejak empat tahun silam di usia sepuluh tahunnya.

Di antara anak-anak berbaju jubah putih-putih, kakak Elan paling jangkung dan paling tua usianya, dikarenakan empat kali insiden terjadi, kegagalan Misa Komuni Kudus Pertama yang berkaitan dengan kesehatannya. Insiden pertama terjadi di usia sang kakak yang sepuluh tahun. Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tahun itu, kakak Elan gagal mengikuti misa penerimaan komuni pertamanya, karena mendadak demam tinggi dan nyaris pingsan di dalam mobil. Berturut-turut, tiga insiden lainnya menyusul, berkaitan dengan kesehatan mental kakaknya yang mendadak kumat pada setiap "hari-H nya". Istilah Elan yang juga ditegur sang kakak yang menganggap "hari-H" melecehkan makna kudus Komuni Pertama, yang akhirnya berhasil diterima sang kakak di usia 14 tahun.

Pada tahun mereka berbusana serupa putih-putih itu, Elan dan kakaknya membawa lilin yang berukir nama baptis mereka masing-masing. Elan bernama baptis Eustakius dan kakaknya Epifanius, dan mereka berbaris berdekatan dalam lajur yang sama ketika menyerahkan lilin mereka pada pastor kepala, yang lalu meletakkannya di bawah altar, setelah menyerukan nama mereka secara lengkap. Bacaan Alkitab dikumandangkan, homili atau khotbah pastor dibawakan khidmat, sebelum seluruh umat berbusana malaikat putih putih dikumpulkan kembali untuk berbaris di hadapan pastor dan prodiakonnya, yang siap dengan roti hosti bercelup anggur murni, tergantung di ujung jemarinya.

Prosesi kudus berjalan lancar sesuai gladi resik yang diajarkan pada pembekalan terakhir di minggu sebelumnya. Elan merasa bahagia luar biasa, berkesempatan merasakan hosti kudus yang dibasahi wine diletakkan pada lidahnya. Ia sempat menanyakan pada guru Sekolah Minggunya, apakah cukup santun menjulurkan lidah di hadapan pastor ketika menerima tubuh dan darah Kristus. Jawabannya, tradisi membenarkan cara tersebut, agar tangan yang berdosa tidak menyentuh langsung hosti pertama yang kita terima, apalagi wine atau anggur yang membasahi hosti tidak boleh tersentuh tangan menurut sang guru yang suaminya seorang prodiakon atau asisten pastor.

Love Like You DoWhere stories live. Discover now