Kata Elan (5)

23 5 0
                                    

Keretanya sudah berangkat sekarang. Getaran halus yang bahkan tak terasakan Elan, berikut laju kereta yang lamban namun mantap, mengisyaratkan, akhirnya, petualangan pelariannya dimulai dari platform Peron Tujuh. Dante yang aneh menghilang, hanya ada Nuka yang berceloteh di hadapannya. Namun, suara si gadis terdengar ramai dan ditingkahi sejumlah suara asing sekaligus.

Penumpang kereta api lainnya? Elan menoleh ke sekitarnya. Lehernya terpelecok, salah urat karena terlalu syok dan keliru pergerakannya. Kereta api ini rupa-rupanya penuh sesak oleh penumpang! Oke, tidak sangat sesak sebenarnya, tetapi penuh manusia segala jenis macam. Mulai dari pria, wanita, anak-anak, remaja, dewasa, manula, bayi merah, astaga, bahkan ada bayi orok merengek dalam gerbong kereta Elan dan Nuka. Neonatus. Bayi yang baru dilahirkan mungkin tak lebih dari tiga hari yang lalu.

Sesaat Elan jengah sendiri mengklaim gerbong ini sebagai gerbong Elan dan Nuka. Tadinya ia mengira mereka satu-satunya - atau dua-duanya - penumpang eksklusif dalam kendaraan massal ujicoba, yang sengaja diberi trayek rute yang janggal, semata untuk meme atau lucu-lucuan yang bakal terekspos luas di media internet. Pastinya dunia medsos yang keranjingan memviralkan berita-berita unik menyeleneh bakalan menyebarluaskannya.

Rupa-rupanya tidak ada eksklusivitas dalam hidupnya. Elan lagi-lagi berkeluh, merasa petualangan menariknya di hari Rabu tetap berakhir kira-kira begitu. Kira-kira tetap ambigu, tetap abu-abu, dan masih juga ragu-ragu. Mungkin ia keliru menumpang kereta, mungkin ia salah meninggalkan mobilnya di tengah kemacetan Jalan Tamblong, mungkin saja ia ...

Mungkin untuk satu hal saja ia tidak keliru. Nuka Tumiwa adalah alasan yang membenarkannya untuk lari sejenak. Enyah dari kebosanan yang menekannya hingga tak bernapas. Hengkang dari hidupnya yang beralur mapan tetapi tertebak kesudahannya. Pasti ia akan menua di balik meja kerja, eight to five menghabiskan waktunya, tidak menikah agar beban keluarga leluasa ditopangnya, dan menghabiskan sisa umurnya merenung dalam keadaan setengah lumpuh dan linglung. Asalkan satu hari saja dalam hidupnya punya warna, ia rela menukarkan seluruh waktunya untuk satu hari itu. Barangkali, boleh jadi, inilah satu hari yang dipintanya dalam doa dan terkabulkan baginya.

"Eh, astaga. Kereta ini mulai ramai penumpang ya, Bung. Kalau gerbong lain gimana? Terisi banyak orang tidak, ya?" Nuka mengedar pandangan dengan bungah dan berbunga-bunga.

"Bisa jadi penuh juga. Cuma satu gerbong yang terisi mungkin kereta tak bakal diberangkatkan, ya kan?"

"Hihihi. Bung ini pintar sekali melucu. Memangnya seperti angkutan kota atau bus dalam kota? Kereta api kan tidak mengejar setoran, Bung. Istilahnya tidak diisi penumpang pun kereta bakal jalan terus, kok." Nuka menumpukan siku pada meja bundar, menyendeng dagunya dengan punggung tangan, kelihatannya lebih ceria dari yang sudah-sudah.

Gadis itu tidak salah pendapatnya. Tadi Elan cuma berpura-pura lugu, demi memancing tawa dan obrolan dengan perempuan berpotongan pelancong yang tadinya mengaku selalu tidak beruntung dalam hidupnya. Namun, di mata Elan, pasti tidak ada perempuan yang lebih berbahagia daripada Nuka Tumiwa. Lalu kebahagiaan di mata Elan sendiri wujudnya seperti apa?

Elan kecil dulunya sering berhalusinasi, langit di atas kepalanya memiliki lautan yang amat luas. Ada lautan di atas langit kita, tulis Elan dalam buku hariannya. Burung-burung dan noktah kecil di langit itu ikan-ikan yang mampu terbang, mereka menyamar sebagai burung agar manusia tidak menaruh curiga. Ya, buku harian termasuk salah satu rahasia gelap Elan Adante. Kabarnya, memiliki buku harian itu haram hukumnya bagi laki-laki, entah yang masih kanak-kanak maupun yang sudah dewasa. Nyatanya, Elan pantang disebut banci meskipun ia diam-diam suka boneka anak-anakan. Agnes kesayangannya adalah cinta Elan yang tak tercapai.

Satu-satunya alasan Elan menyukai boneka Agnes adalah karena adik perempuan yang tak dilahirkan ibunya diperkirakannya berparas mirip Agnes di dalam mesin boneka gacha. Sepertinya tidak mungkin anak perempuan lain bisa sesempurna Agnes di dunia ini, dan Agnes adalah gambaran kerinduan Elan pada adik yang tak pernah dimilikinya. Hari di mana ia kehilangan Agnes - yang dimenangkan pemain gacha lainnya - barangkali mempertemukannya pada perempuan kecil yang kelak menjadi teman sepermainan sorenya.

Love Like You DoWhere stories live. Discover now