Bagian 1

11 2 0
                                    


Kecelakaan baru saja terjadi pukul 10 malam tepatnya di jalan gambang lintas barat. Mobil polisi dan ambulans sedari tadi berlalu lalang untuk segera menolong korban. Kecelakaan beruntun ini terjadi antara mobil sedan, pengendara motor dan sebuah bus kota yang cukup besar.

Hujan yang tiada hentinya seperti ikut berduka atas tragedi malam ini. Tidak ada yang tahu dengan pasti apa penyebab kecelakaan, namun yang dapat di selidiki bahwa saksi mata adalah korban itu sendiri. ramai-ramai warga datang membantu dan sebagian lagi hanya ikut melihat dari jarak jauh di depan rumahnya.

Salah seorang polisi tak sengaja menemukan handphone dari pengendara motor yag juga mengalami kecelakaan. Ternyata handphone dalam keadaan hidup namun dikunci dan hanya bisa di buka dengan sandi saja. Untuk sementara polisi menyimpannya dan akan dijadikan barang penyelidikan.


Tiba dirumah sakit, pasien dengan luka berat dan luka ringan dipisah ruangannya. Rumah sakit dan segenap perawat sibuk berlalu lalang dengan wajah serius, berlari ke sana kemari untuk menyelamtkan pasien dengan segera. Perawat juga tetaplah manusia bukan malaikat yang memiliki titisan kekuatan, bahwa ada beberapa pasien yang meninggal karena tidak tertolong lagi.

“ sus, pasien segera membutuhkan donor hati…dan nyawanya masih bisa di selamatkan. Tolong segera hubungi dokter di ruang lain!” sebuah pembicaraan dokter dengan perawat dari kamar 102 yang kini tengah berjuang menyelamatkan hidup seseorang.
Segeralah suster bergegas mengambil telepon dan menyaan beberapa dokter yang juga sedang merawat pasien. Dokter pertama tidak bisa membantu dengan alasan bahwa pasiennya ingin tetap hidup.

Dokter kedua pun juga sama. Lalu dokter ketiga, awalnya juga menolak namun karena permintaan pasiennya bahwa hatinya ingin dia donorkan didapatlah keepakatan bersama bahwa hati tersebut akan didonorkan segera.
Satu jam setelah operasi pun di laksanakan dan berjalan lancar kurang lebih 4 jam lamanya. Dua remaja putri itu bertukar nasib hidup dengan salah satu mengorbankan nyawanya. Sebuah kisah hidup yang tiada terduga dan penuh dengan goresan.


Satu tahun berlalu dengan lancar. Mengubur kisah tragedi malam yang menyesakkan. Pagi ini Amara terlihat sangat buru-buru, mungkin karena ada kelas pagi yang mendadak di beritahu dosen. Masalahnya jarak rumah Amara ke kampus lumayan jauh dan berita menjengkelkannya adalah harus menunggu bus lewat di pinggir jalan yang datangnya tidak bisa ditebak. Ketika ditunggu bus akan terasa lama. Ketika tidak ditunggu bus akan terasa berlalu lalang  di setiap menitnya. Dan tepat dimenit ke 35 pada jarum jam 6 sebuah bus datang. Dengan segera Amaran melambaikan tangan dan busnya pun berhenti. Begitu lega perasaan Amara ketika sudah duduk di dalam bus.

Tiba dikampus Amara berjalan beberapa menit untuk menuju kelasnya. Amara memang tidak punya teman atau lebih tepatnya tidak terlalu suka dengan dunia pergaulan meskipun sebenarnya membangun relai dengan orang-orang sekitaar adalah hal yang penting juga untuk kita nantinya. Namun Amara akan hanya bergaul ddalam batas yang wajar baginya. Saling sapa dan melempar senyum saja itu sudah cukup bagi Amara.

Amara tahu, di tahun ini ia satu angkatan dengan Tama namun beda fakultas. Terhitung sudah 2 kali ia berpapasan dengan Tama dan terlihat jelas ekpresi tidak suka dari Tama. Amara juga merasa risih namun ia berusaha untu tidak bertemu dengan Tama untuk yang ketiga kalinya. Amara tahu, mungkin sebab Tama tak menyukainya adalah operasi yang terjadi satu tahun lalu. Pendonor yang memberikan hatinya pada Amara adalah adik perempuan satu-satunya Tama. Sebagai seorang kakak laki-laki tentu Tama tidak terima apalagi itu tanpa persetujuan darinya langsung.

Kelas Amara baru saja selesai. Dan amara memutuskan untuk pulang karena tidak ada kegiatan lagi ataupun jadwal organisasi. Sambil menunggu bus datang Amara mengecek handphonenya untuk memeastikan tidak ada kelas lagi setelah ini. Ketika Amara hendak menyimpan handphonenya di tas, seorang laki-laki tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya.

Wajah amara seketika menegang dan reaksi kagetnya membuat Tama jadi melihatnya. Perasaan Amara jadi tidak karuan, kakinya mengambil langkah kecil menjauhi Tama. Napasnya seperti ada diruang hampa dan keringat dingin ikut mnyertai. Amara berdoa semoga ini bukan tanda peringatan untuk dirinya.

AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang