Sebuah Kebiasaan

206 4 0
                                    


Lo Tong Bukan Suhu Khu Han-beng Yang Sebenarnya! Sepotong kalimat sederhana ini berulang-ulang kali terngiang di kepala Tan Leng-ko

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lo Tong Bukan Suhu Khu Han-beng Yang Sebenarnya! Sepotong kalimat sederhana ini berulang-ulang kali terngiang di kepala Tan Leng-ko. Tidak dapat dipungkiri lagi, Lo Tong merupakan penjaga sebenarnya dari salinan kitab-kitab silat itu, yang Tan Leng Ko tidak habis mengerti dengan kesaktian Lo Tong, kenapa ia rela hanya menjadi seorang kacung-buku? Jika ia berniat untuk menyusup masuk, dengan kesaktiannya ia dapat keluar masuk memperoleh apa yang diingininya tanpa diketahui oleh seorangpun.

Lalu urusan apa yang menahannya hingga ia tinggal bertahun-tahun di Lokyang Piaukiok? Lalu siapakah jati diri si naga sakti yang sebenarnya? Apakah ia juga termasuk salah satu penghuni Lokyang Piaukiok? Pening Kepala Tan Leng Ko memikirkannya, hatinya terasa bimbang, mukanya semakin pucat. Terlampau banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya dan terlalu sedikit jawaban yang memuaskan hatinya.

Perlahan ia menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan batin dan menghibur diri. "Urusan ini, toh aku dapat mencoba bertanya langsung padanya. Sedangkan mengenai si naga sakti, bagaimanapun juga aku telah berhasil menangkap ekornya" gumamnya sendirian.

Bagaimanapun juga si naga sakti atau locianpwee yang tempo hari pernah ditemuinya di taman belakang toko buku itu tidak berbohong kepadanya ketika mengunakan istilah 'kami'. Yaa, Bagaimanapun saktinya locianpwee itu, tidak mungkin ia memiliki ilmu memecah diri. Pencurian kitab-kitab tujuh perguruan jelas tidak mungkin dapat dilakukan oleh hanya satu orang, seharusnya sedari dulu ia telah memikirkan hal ini. Seingat Tan Leng Ko penanggalan yang tercatat di punggung salinan kitab Kun-lun-pay Hui-Liong Cap-Sa-Sik yang dilihatnya tempo hari di kamar Khu Han-beng, tidak terpaut terlalu lama dengan tanggalan yang tertera di salinan kitab Thay-Kek-Kun milik Butong-pay. Sedangkan lokasi ke dua tempat itu terlampau jauh, jelas pencurian kitab perguruan besar tersebut tidak dapat dilakukan hanya oleh satu orang, melainkan harus dilakukan oleh sekelompok orang, dan Lo Tong jelas merupakan salah satu dari kelompok mereka. Sekaligus juga merupakan buntut baginya untuk melihat kepala sinaga sakti.

Puas dengan analisanya, Tan Leng Ko menutup buku jurnal kerja yang dipegangnya. Tanpa ia sadari, tangannya berhenti bergerak ketika matanya membaca sesuatu yang sempat membuat mulutnya mengeluarkan suara tawa kecil. Mendadak suara tawanya tenggelam ditelan desingan nyaring pedang yang sedang dicabut dari sarungnya. Sesosok bayangan manusia tampak berkelebatan masuk, dan dengan kecepatan bagaikan kilat menyerangnya dengan ganas!

Pedang orang itu bagaikan seekor ular beracun yang keluar dari liangnya langsung mematuk, menusuk ke dada Tan Leng-ko. Belum cahaya pedang yang berkelebat tiba, Tan Leng Ko dapat merasakan hawa dingin yang sangat tajam menyayat tubuhnya.

Tentu saja serangan mematikan itu membuat Tan Leng Ko terkejut, cepat ia melempar buku jurnal yang dipegangnya menyambut tusukkan pedang itu. Dalam sekejap buku kerja itu hancur berkeping-keping terkena hawa pedang. Tapi bukan lemparannya tidak berguna, sesaat hawa pedang tersebut melemah, memberi kesempatan yang cukup bagi Tan Leng Ko untuk menjatuhkan diri berguling kesamping.

Goresan Disehelai DaunWhere stories live. Discover now