Serangan Malam

201 3 0
                                    

Lekas ia menghampiri Tan Leng Ko dan ikut membaca tulisan singkat yang berbunyi: "Bos Lok Yang memiliki Mustika Kemala Pelangi" Giok Hui Yan menghela nafas, katanya perlahan: "Pernah kulihat tulisan di kertas semacam itu sebelumnya" Tan Leng Ko memandang Giok Hui Yan dengan tajam. "Dimana?"

"Ketika aku singgah di Kanglam"

"Apakah kertas itu kau temukan juga disela sela buku?"

Giok Hui Yan menggeleng, "Kamar tempat penginapan itu memiliki pot bunga kamelia yang indah. Kertas itu terselip diantara bunga..." Tiba tiba terdengar suara, pintu kamar penginapan itu terbuka lebar. Seorang pelayan melangkah masuk dan berdiri terkesima melihat kehadiran mereka berdua.

"Siapa kalian...? Seharusnya kamar ini kosong, tidak berpenghuni!"

"Siapa kau?" tanya Tan Leng Ko galak.

"Aku yang bertugas membersihkan kamar ini" jawab pelayan yang ciut melihat wajah Tan Leng Ko yang garang.

"Siapa yang menaruh kertas ini. Hayo jawab!" kata Tan Leng Ko sambil menarik baju pelayan itu.

"Aku tidak tahu!" jerit pelayan itu ketakutan.

"Kau pasti tahu, bukankah kau yang bertugas disini!"

"Mungkin... mungkin bhiksu yang menginap disini beberapa hari yang lalu"

"Bagaimana ciri orangnya?"

"Kurus tinggi, mengenakan mantel merah"

"Ada ribuan bhiksu yang berciri seperti itu!" dengus Tan Leng Ko.

"Bhiksu itu memelihara rambut, bahkan cukup panjang hingga dikuncir!" kata pelayan itu pucat. Giok Hui Yan yang terdiam sedari tadi, mendadak wajahnya ikut menjadi pucat.

"Bukan saatnya kau memikirkan darimana datangnya kertas itu. Kita harus segera pulang ke

Lok Yang Piaukok!"

Tan Leng Ko melepaskan pelayan itu dan menggertaknya pergi. Ia memutar badannya, memandang Giok Hui Yan dengan heran, "Kau tidak perlu kembali kesana, bukankah kau harus pulang ke Mi Tiong Bun?"

"Lok Yang Piaukok bukan daerah terlarang bagiku. Lagipula sekarang bukan saatnya untuk berdebat denganku!" Tanpa memperdulikan Tan Leng Ko, Giok Hui Yan melayang turun dan berlari secepatnya. Terdengar suaranya yang menjauh, "Kau harus ikut aku, jika tidak kau akan menyesal!" Tan Leng Ko yang menjadi bingung, mau tidak mau ikut mengerahkan ginkang, ia berbarengan disebelah Giok Hui Yan. "Sebenarnya apa gerangan yang terjadi?"

"Lok Yang Piaukok dalam bahaya!"

"Darimana kau tahu?" tanya Tan Leng Ko dengan cemas.

"Apa yang kau lihat sekarang?"

Tan Leng Ko menghentikan larinya, sambil berdiri ditengah jalan, ia memandang jalanan utama kota Lok Yang yang diterangi sinar obor disepanjang jalan. Ditikungan remang-remang diujung sana, nampak dua orang berjalan dengan terhuyung mabuk. Tanpa melihat dengan jelaspun Tan Leng Ko dapat mencium bau arak murah dari badan mereka yang terbawa angin.

Selain kedua orang itu, yang sedang lalu lalang bisa dihitung dengan jari, itupun tidak terlihat seperti orang kangouw! Setelah yakin, Tan Leng Ko menoleh kebelakang, dimana ia juga tidak melihat sesuatu yang luar biasa, kecuali.. "Sepi! Tidak banyak orang...!" leher Tan Leng Ko seperti tercekik. Giok Hui Yan yang terpaksa menghentikan larinya dan berdiri tidak jauh darinya, cepat menceritakan kepergian orang rimba persilatan yang terburu-buru dari rumah makan Se Chuan Koan.

"Dan kau menduga berita mustika pelangi telah tersebar luas"

"Kukuatir mereka telah mengunjungi Lok Yang Piaukok satu jam yang lalu, kita terlambat!" seru Giok Hui Yan kemudian melesat pergi. Dengan gugup bercampur kuatir, Tan Leng Ko mengerahkan seluruh tenaganya mengejar Giok Hui Yan.

Goresan Disehelai DaunWhere stories live. Discover now