Khu Han Beng

214 3 0
                                    

Kamar Khu Han Beng kelihatan sepi sekali, Tan Leng Ko mengetuk pintu kamar perlahan. Seperti dugaannya, tiada jawaban! Tentu bocah ini pergi sedari tadi. Dengan keributan sejak tadi diluar, tidak mungkin ia tidak keluar. Tan Leng Ko juga tidak melihat Lo Tong, entah ia lagi mabuk dimana. Dibawah terangnya sinar bulan dan dinginnya malam, Tan Leng Ko berlari menuju ke bukit belakang.

Di lereng bukit kecil ini, terdapat sebuah gua yang didepannya masih banyak tumbuh bunga liar yang belum rontok di awal musim gugur ini. Tan Leng Ko yakin, ia akan dapat menjumpai Khu Han Beng disana. Dugaan Tan Leng Ko tidak salah, betul ia menemukan Khu Han Beng disini. Tapi bocah ini tidak sedang mencari kunang kunang seperti apa yang diduganya semula!

Bukannya mendekat, Tang Leng Ko malah bersembunyi diantara alang-alang yang tinggi. Soalnya ia ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan Khu Han Beng, sebab keadaannya sungguh aneh!

Khu Han Beng sedang berdiri jungkir balik dengan kaki diatas, kepala dibawah diatas sebuah batu. Tangan kirinya melipat didepan dada, tubuhnya tegak lurus ditopang telapak tangan kanannya. Bukan telapak tangan, melainkan jari tangan! Tubuh Khu Han Beng berjungkir balik ditopang hanya dengan sebuah jari telunjuk yang tegak lurus. Dibawah terangnya bulan, Tan Leng Ko melihat batu tersebut banyak lumutnya, tentu permukaannya licin sekali. Bahkan tempat dimana jari Khu han Beng berada, terletak dibagian yang miring. Tapi nampaknya, Khu Han Beng dapat menjaga posisinya dengan baik. Jari telunjuknya tidak menancap dipermukaan batu, melainkan seperti lengket menyatu dengan batu. Tiupan kencang angin bukit pun tidak membuat tubuhnya bergoyang, dan agaknya ia sedang....tertidur!

Yang membuat bingung Tan Leng Ko, 12 nadi penting dibagian depan tubuh Khu Han Beng dihiasi 12 helai daun yang tidak rontok ditiup angin kencang. Bahkan ketika halimun tipis berwarna putih menerpa tubuh Khu Han Beng, seperti menyibak ke kiri, ke kanan kemudian menyatu kembali di belakang tubuh Khu Han Beng. Tan Leng Ko menjadi ragu. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Kelopak mata Khu Han Beng yang tetutup, tiba tiba terbuka dengan lebar. Matanya menatap tempat Tan Leng Ko bersembunyi.

"Tan toako, kau kemarilah!" tegur Khu Han Beng sambil melentikkan badan, menggeliat di udara. Daun-daun yang melekat dibagian depan dan belakang tubuhnya terbang mengikuti arah angin. Tan Leng Ko menghampiri Khu Han Beng dengan pandangan penuh kagum. Tubuh Khu Han Beng melayang seperti daun kering, kakinya perlahan menyilang membentuk posisi bersila. Semua ini dilakukannya dengan lambat dan ketika ia masih melayang diudara!

Tan Leng Ko ikut duduk di atas batu di sebelah Khu Han Beng. Banyak yang ingin dia tanyakan, hanya bingung harus mulai dari mana!

Khu Han Beng tersenyum padanya, kemudian menoleh kearah dalam gua seperti seseorang mengajaknya berbicara. Tan Leng Ko ikut menoleh. Dia tidak melihat atau mendengar sesuatu dari goa yang gelap itu. Tapi dapat dilihatnya Khu Han Beng mengangguk kepala.

"Terima kasih, suhu" bisiknya lirih.

"Apa suhumu ada di dalam?" tanya Tan Leng Ko sambil ikut berbisik.

Setelah mendapati banyak hal yang aneh yang berhubungan dengan bocah ini, Tan Leng Ko mau tidak mau berkesimpulan, tentu locianpwee sakti itu yang menjadi guru Khu Han Beng. Hatinya girang, bocah ini mendapat seorang yang sakti luar biasa sebagai gurunya, berbareng kuatir karena ia tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari locianpwee itu. Betul locianpwee itu tidak berniat jelek bahkan sayang pada Khu Han Beng, tapi acap kali niat baik kadang tanpa sengaja, dapat menjerumuskan lebih dalam ketimbang niat jahat.

"Apakah toako ingin bertemu muka dengan suhu?" tanya Khu Han Beng.

"Tentu saja ingin!" jawab Tan Leng Ko. Banyak yang ingin ia tanyakan kepada guru Khu Han Beng. Terutama perihal salinan kitab-kitab sakti dikamar Khu Han Beng, apakah kitab aslinya diberikan oleh gurunya atau oleh Gu-suko pemilik toko buku Lok Yang. Atau guru Khu Han Beng dan Gu-sukonya sesungguhnya adalah orang yang sama?

Goresan Disehelai DaunWhere stories live. Discover now