BuYoung Hong

248 3 0
                                    

Begitu berada diluar, Tan leng Ko bergegas menghampiri tempat dimana Khu Han Beng menambatkan kuda. Ia terlambat! ia sudah tidak melihat kuda Khu Han Beng maupun orangnya. Kesal juga ia dengan ulah gadis setan itu, usahanya menjadi berantakan. Dan apa boleh buat, Tan Leng Ko berhenti didepan jalan yang dimasuki Khu Han Beng tadi. Ia tertegun!... Ia sangat mengenal tempat ini.

Gang ini masih saja gelap dan sempit, hanya keranjang sampahnya yang kelihatan lebih tua, sebagian sisinya sudah hancur dimakan usia. Tapi bau busuknya tetap tidak berubah. Sekarang dia sudah tahu, Khu Han Beng adalah orang yang membuang gumpalan kertas Ouw Yang Ci To ke keranjang sampah, walau ia tidak mengerti kenapa dibuang. Yang sekarang benar benar diluar dugaannya, Khu Han Beng akan kembali kesini lagi!

Ketika ia menemukan gumpalan kertas tersebut, ia telah mencarinya dengan seksama. Tidak sejengkal tanahpun yang terlewati. Tapi tidak ada lagi yang lain, kecuali apa yang diketemukannya. Ia selalu berkeyakinan, jika seseorang membuang sesuatu yang mengandung sifat rahasia atau penting, tentu dilakukannya di tempat jauh jauh. Tempat yang tidak berhubungan dengan dirinya.

Misalnya, kau telah melakukan pembunuhan, tentu senjata membunuh yang dapat dijadikan bukti, tidak akan kau buang didalam perkarangan rumahmu. Kau akan berusaha membuang senjata itu, ditempat yang di luar dugaan orang lain. Semakin jauh semakin baik. Waktu itu, ia merasa orang yang membuang gumpalan kertas Ouw Yang Ci To, tidak akan kembali ke gang ini, sehingga tidak beralasan baginya untuk datang ke tempat yang berbau busuk ini. Dengan keyakinan itu, boleh dibilang dirinya tidak pernah kembali lagi ke gang ini. Dengan perlahan, Tan Leng Ko memasuki gang yang sempit itu. Di deretan sebelah kanan, rumah kedua yang berpintu biru, terdapat tulisan:

"Toko Buku Lok Yang. Menjual Buku Baru dan Buku Bekas".

Tan Leng Ko menyengir. Tulisan yang cukup besar itu, baru pertama kali dilihatnya. Ketika dulu ia memasuki gang ini, pikirannya berpusat pada kondisi perutnya. Sedangkan ketika ia keluar dari gang ini...boleh dibilang, ia sudah tidak dapat berpikir lagi. Toko Buku terbesar di kota Lok Yang ternyata tidak besar. Kentara sekali minat baca masyarakat Lok Yang yang rendah. Untuk banyak orang, ada dua cara yang cepat menimbulkan pusing kepala. Pertama adalah membaca buku dan yang satunya lagi meminum arak. Mereka beranggapan cara yang kedua adalah cara yang terbaik.

Kesan Tan Leng Ko tidak jelek, ketika ia berada di dalam toko itu. Toko buku itu persegi empat dengan sebuah pintu yang menutup lorong yang menuju ke belakang. Rak rak buku yang tinggi memenuhi dinding mengikuti bentuk segi empat itu. Sebuah papan kayu menempel di rak buku dan terulang dijarak tertentu. Papan kayu ini menerangkan tema dari buku yang tersedia pada rak itu. Ada sejarah, ilmu perang, syair, agama dan seterusnya. Toko ini sepi sekali, selain dirinya, hanya seorang pelayan tua yang sedang membersihkan buku dengan kebutan debu. Ia menoleh memandang Tan Leng Ko sekejap, kemudian kembali menekuni pekerjaannya.

Sambil menggendong tangan dibelakang punggungnya, Tan Leng Ko berjalan mengitari ruangan itu. Ia tidak melihat tulisan tangan Khu Han Beng diantara buku buku ini. Seperti umumnya calon pembeli, Tan Leng Ko mengambil beberapa buku secara acak dan membacanya sekilas. Seperti yang diduganya, buku buku ini hanya buku umum biasa, jenis buku yang bisa membuat pusing kepala bagi yang tidak suka membaca. Ia tidak melihat sesuatu yang luar biasa. Sambil meletakkan buku tersebut ketempatnya, Tan Leng Ko berpikir cara yang terbaik untuk bertemu dengan Gu-suko. Bagaimanapun juga, ia harus berusaha untuk bertemu dengan Gu suko, pemilik toko buku ini.

Bertahun tahun Khu Han Beng menerima atau membeli banyak buku dari toko buku ini. Begitu pula sebaliknya, Khu Han Beng sering membawa tumpukkan kertas ketika mengunjungi Gu-sukonya. Sulit bagi Tan Leng Ko untuk tidak mencurigai Gu-suko sebagai si Pemberi kitab kepada Khu Han Beng.

Mengenai bagaimana cara si Pemberi kitab itu meperoleh kitab kitab sakti itu, ia tidak ingin tahu. Hal itu bukan urusannya. Yang ingin ia ketahui, kenapa kitab kitab itu diberikan kepada Khu Han Beng? Apa maksudnya menyuruh Khu Han Beng menyalinnya?

Goresan Disehelai DaunWhere stories live. Discover now