FFTAB - 2

98 20 3
                                    

"Bukankah mereka seharusnya sudah berada di sini sekarang?" ucap Reg, berdiri dengan antisipasi yang menggelegak di pembuluh darahnya saat dia menunggu bersama Jenderal Ajax di teluk peluncuran.

"Mereka seharusnya," ucap pria raksasa di sisinya dengan nada yang terpotong. Rambut hitam gagak miliknya telah diselingi beberapa perak dari uban yang menandai usianya.

Reg mengerti keengganan pria itu untuk mengakui dirinya sebagai rekan, tapi sebagai duta penghubung yang telah resmi ditunjuk untuk kontak pertama dengan orang-orang Rix, Regina mengharapkan sedikit lebih banyak rasa hormat dari pria militer berusia empat puluhan itu.

"Anda yakin kita tidak mendapatkan beberapa pesan atau sinyal dari pesawat mereka?" Reg menatap ke pintu yang memisahkan teluk peluncuran dari luar angkasa di luar. Begitu pintu terbuka untuk mengakomodasi pesawat masuk, medan gaya akan aktif dalam waktu singkat itu akan menjaga ruang hampa menyedot mereka semua dan udara tetap. Manuver harus tepat, efisien, dan singkat. Medan gaya hanya akan bertahan begitu lama sebelum itu rusak.

"Kita tidak."

Sekali lagi jawaban singkat yang tidak banyak mengandung rasa hormat di sana. Reg menghela napas, tidak ada gunanya mencari sisi hangat dari pria itu. Alih-alih mengajukan lebih banyak pertanyaan, dia memilih untuk fokus pada pintu.

Peringatan lampu merah yang mulai berkedip, dan suara  yang berdering dari pengeras suara, mengumumkan bahwa pintu ruang peluncuran akan segera terbuka. Reg mulai tumbuh dengan gelisah lagi, jarinya mengetuk dengan ritme statis di pahanya hingga pintu logam sepenuhnya terbelah menunjukkan sebuah kapal luar angkasa dengan warna hitam, bentuk ramping dan tajam.

Itu bermanuver dengan mulus, memasuki teluk peluncuran tanpa banyak kesulitan sebelum dengan anggun berhenti di hanggar, berhenti tepat di sisi pesawat yang membawa Regina ke stasiun luar angkasa Orion.

"Mereka di sini, jangan mengacaukan ini. Kita akan menjadi wajah pertama manusia untuk mengesankan mereka."

Reg ingin memutar bola matanya, dia mungkin magang dan belum berpengalaman, tapi dia bukan idiot. Dia tidak ingin mengacaukan pertemuan pertama ini. Pengalaman pertamanya untuk melakukan kontak langsung dengan ras asing. Tentu ini bukan pertama kalinya manusia menemukan bentuk kehidupan cerdas di luar sana, beberapa ras lain telah secara aktif menjalin kerjasama dengan manusia, tapi Bumi sendiri masih belum terbuka secara umum untuk masyarakat Intergalaksi. Jadi melihat Alien masih asing untuk kebanyakan orang, bahkan bagi Reg.

"Tentu Jenderal," balas Reg dengan sama dinginnya, jika dia tidak bisa menghangatkan hubungan di antara mereka, maka dia baik-baik saja dengan jarak yang sangat jelas ingin ditunjukkan Jenderal.

Sebelum pria itu bisa membalas kata-katanya, pintu pesawat luar angkasa terbelah untuk mengakomodasi tangga pendaratan. Regina tidak yakin apa yang sebenarnya dia harapkan. Tentu dia telah melihat gambar baik dua dimensi maupun tiga dimensi dari orang-orang Rixian, tapi semua gambar itu tidak dapat dibandingkan dengan melihat mereka secara langsung.

Jelas ukuran mereka jauh lebih tinggi dan besar dari manusia manapun, dan meskipun mereka bisa dibilang humanoid; dua tangan, dua kaki, dua mata, mulut, hidung, hanya sejauh itu kesamaan di antara kedua ras.

Sementara kulit manusia bervariasi mulai dari cokelat gelap hingga putih gading. Kulit mereka berwarna gelap kelabu yang identik di balik armor logam mereka. Mata mereka tidak memiliki pupil melainkan bola oker yang bercahaya, mengingatkan Reg pada lampu sorot yang tajam. Namun fitur yang paling menonjol adalah tanduk yang melengkung di kepala mereka. Reg tidak tahu apakah tanduk berfungsi sama seperti tanduk binatang di bumi tapi satu hal yang pasti, itu bisa digunakan sebagai senjata.

Menarik napas yang menenangkan dan memunculkan senyum ramah di bibirnya, Reg berjalan ke arah lima Rixian besar yang baru saja turun dari pesawat mereka.

"Selamat datang di Stasiun Luar Angkasa Orion. Kami senang menyambut kalian di sini," ucap Regina dengan bahasa Rixian yang telah diunduh ke perangkat penerjemahnya. Tidak mengulurkan jabat tangan karena kontak fisik tidak biasa di antara Rixian.

Keheningan jatuh di atas mereka. Tidak satu pun dari Rixian yang membalas kata-katanya. Sampai satu yang terbesar dan berada di tengah menjepitnya dalam tatapan yang tidak ramah. Regina menahan tatapan itu, dia telah belajar bahwa itu bisa menjadi tantangan dan ujian tergantung bagaimana konteksnya. Ketika Rixian besar itu tidak menyerangnya dan hanya memberinya satu anggukan, Reg mengambil napas lega.

Pada awalnya Reg hanya fokus pada satu yang jelas- jelas menjadi pemimpin dari rombongan itu sampai salah satu Rixian yang berada di ujung paling kiri barisan mulai merubah warna kulit yang sebelumnya hitam abu-abu kusam menjadi warna perak cair. Reg berkedip ke arahnya sebelum perhatiannya ditarik sekali lagi pada Rixian yang berdiri tepat di depannya.

Rixian itu menghela napas dengan sangat keras seolah dia tidak bisa menahan rasa malunya. "Beberapa dari kita benar-benar kesulitan mengendalikan aliran emosi. Kazir adalah yang termuda di antara kami, dia masih belajar mengendalikan perubahannya. Tidak ada maksud untuk menyinggung, kami dengar manusia tidak terbiasa dengan kebenaran yang keras dan lebih senang dengan banyak manuver manipulasi."

Reg mengangguk dengan sopan, tertarik tapi tetap menjaga gerakan diplomatis dengan tenang. Perubahan warna dari hitam ke perak adalah tanda ketidaknyamanan dan kecurigaan. Reg telah diberitahu bahwa Rixian mengubah warna kulit mereka sesuai emosi yang dirasakan. Kata-kata Rixian entah tulus atau dimaksudkan sebagai penghinaan, Reg tidak akan tahu. Bagaimanapun juga dia tidak akan naik ke umpan.

"Secara pribadi aku lebih suka kejujuran, Tuan Hal." Reg mengangguk dan tersenyum pada Rixian yang sekarang mulai berubah warna menjadi lebih emas, tanda lain bahwa dia malu karena telah gagal menjaga emosinya saat temannya yang lain jelas tidak mengalami kesulitan. "Namuku Regina, tapi aku harap kalian akan nyaman memanggilku Reg, begitulah semua temanku memanggilku. Selama masa tinggal kalian di Orion, aku akan menjadi duta penghubung Rixian dengan Manusia. Selama tiga bulan yang telah disepakati sebelum kalian melakukan perjalanan ke Bumi."

Pemimpin Rixian itu mengangguk dengan pengakuan singkat. "Kami akan menghargai itu."

Itu adalah kata-kata terakhir sebelum Jenderal Ajax mengambil alaih dengan menjelaskan peraturan, kebanyakan larangan dan acaman selama masa tinggal yang seharusnya ramah. Itu membuat Reg menekan bibirnya menjadi bentuk garis keras.

Apa pun rasa hormat yang telah dia kumpulkan padam saat itu, saat dia memperhatikan mata oker dari kelima Rixian menatap tajam pada Jenderal Ajax.

Siapa yang bilang magang ini akan mudah?

Falling For the Alien BoyWhere stories live. Discover now