Ace

4.1K 493 58
                                    

(Eross PoV)


Jadi begini kejadiannya.

Waktu gue lagi shock-shocknya dengan apa yang gue liat dan ngesot menjauh, punggung gue malah mentok ke sesuatu. gue pikir tembok. Tapi ternyata Reno.

Yes.

Moreno Giancarlo was there!

Baru datang dan pasang tampang kayak mau mati berdiri sambil kebakar-bakar ngeliat apa yang terjadi di dalam.

Tampang yang nggak Reno banget. Maksud gue, gue nggak nyangka Reno bakal punya tampang raksasa betulan gitu.

Dan yang terjadi selanjutnya, serem bukan kepalang. Buat gue, tentunya.

BAM! BAM! BAM!

Reno mukulin pintu kaca macam orang kesurupan. Matanya melotot super horror, terlebih waktu si cowok berambut item itu nyadar dan pasang muka kaget. Buru-buru buka kunci pintu dan Reno pun masuk.

"Siapa?"

"Pacar gue."

"What?!" tanya Reno nggak percaya, dengan nada yang berbisik tertahan. Mencoba tetap sopan karna bocah ingusan itu masih ngejedog disana. Duduk manis dengan tampang polos, sok nggak tau ada apa dan salah apa dia.

Reno keliatan bingung. Bingung dan marah dan kesal dan geram dan mencoba sabar dan entahlah. Yang jelas dia keliatan frustasi, ngeremes kepalanya sendiri dan nyibakin rambut gondrong pirangnya ke belakang.

"Marcello, seriously? She's—" kalimat Reno menggantung sebentar, melirik si cewek abege, dan memelototi cowok itu murka, "she's still young. Junior high school! Seriously?!"

"Senior High School, this year. Bentar lagi dia lulus," cowok yang dipanggil Reno dengan nama Marcello tadi lagi-lagi menyahutdengan nada enteng.

"THAT'S-NOT-THE-POINT!"

Gue cuma bisa tarik napas dan cekek kerah kaos gue sendiri saking ngerinya. Ini gila, bisa-bisanya Reno yang kemaren ramah supel baik riang kakak-able banget berubah jadi Torro Margen. Mungkin dia laper? Bisa jadi. Tapi yang jelas, cowok yang Reno kenalin sebagi 'temennya' itu memang bajingan. Dari tadi dia keliatan nggak ngerasa salah atas apa yang dia lakuin. Or at least, dia nggak ngerasa lagi diomelin!

Itu tampang pengen gue kecapin!

"How old are you?! Marcello, you're not a kiddo! Stop playing this shit!"

"Yea, offcourse. I'm 24. Geez, Ren, lo lupa minggu depan gue ultah yang ke 25?" Marcello tadi ketawa ngentengin. Reno ngedengus kesel.

Nggak ngomong lagi. Matanya ngelirik si abege bego yang masih cengo. Lalu ngelirik gue yang masih nangkring di lantai.

"Eross... maaf, ya..." katanya kemudian, terus nyamperin gue.

"E-Eh, iya... sori, gue yang sori..." gue jadi nggak enak. Ini ibarat gue Pak RT yang jadi penengah prahara rumah tangga gitu. Gue celingukan. Cari kentongan. Gue butuh pertolongan!

"Bukan. bukan. Maaf, boleh minta tolong?"

"Eh? I-iya?"

Reno menoleh ke arah si cowok sengak, "Kunci motor!"

Marcello bingung, tapi tetep nyodorin kunci motornya dari kantong, "Buat apaan?"

Tapi Reno lebih dulu merampas dari tangan Marcello dan nyerahin ke gue, "Tolong anterin adik itu pulang ya. Ke rumahnya. Pastikan sampai rumah."

"EH?"

Belom sempet nolak atau beralasan, Reno udah nyamperin tuh bocah duluan. Memasang wajah ramah dan meminta dia untuk pulang karena 'Kak Marcello harus kerja'

Through The LensesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang