Seangkot.

4 2 0
                                    


|Let's Read|

Pagi ini Belova sedang menyiapkan beberapa buku untuk kesekolah habis ini. Ia akan berangkat lebih pagi karena mau membeli topi untuk upacara bendera, sebab sekarang adalah hari senin.

Topi yang biasanya ia gunakan hilang, bukan hilang tapi ia lupa menaruh topi tersebut dimana, jadi lah sekarang ia bingung mau memakai topi apa.

"Brengsek kemana sih ni topi."

"Awas aja kalo ketemu gue bakar lo."

Mendengus lelah, ia membuka pintu kamarnya dengan kuat. Menatap kebawah ternyata masih sepi hanya ada mamanya dan mbak Ani yang sedang menyajikan masakan yang telah jadi diatas meja makan.

"Maa!." panggil Belova dengan berteriak dari atas sana.

Mama Belova yang tengah mengelap meja yang sedikit kotor karena tumpahan kuah masakannya pun mendongak keatas saat Belova memanggilnya.

"Apa?!."

"Liat topi aku ngga?."

"Topi apa sih Bel?!."

"Ya topi sekolah ma.. gitu aja gatau."

Sedangkan Ririn menatap Belova dari atas sambil berkacak pinggang, ini yang sekolah dirinya atau anaknya? kenapa nanya topi kepadanya? tidak habis pikir melihat Belova.

"Kamu ini, yang sekolah itu kamu atau mama, hah?!!"

"Makanya naruh topi itu yang bener. Jangan apa-apa dilempar."

"Kamu pikir mama itu pembantu kamu apa?!! naruh barang sembarangan, terus orang tua yang beresin. Durhaka kamu itu."

Belova yang mendengar omelan dipagi hari pun tersenyum terpaksa. Ia lupa jika mamanya itu titisan nyai blorong, yang pasti jika ada apa-apa selalu marah-marah.

"Duh.. ada apa sih, pagi-pagi udah  rame aja."ucap Rico selaku papa dari Belova dan Bevaro yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.

Papa Belova bekerja sebagai DPR yang bertugas merancang UU atas ajuan dari DPD.

Melipat lengan kemejanya dan menarik kursi makan untuk melakukan sarapan dipagi hari.

"Anak kamu tuh gimana."

Papa Belova mendongak keatas melihat anaknya yang masih melihat kearah bawah.

"Kenapa Bel?."

"Itu.. papa liat topiku ngga?."

"Soalnya sekarang upacara." lanjutnya.

"Hmm.. kamu taruh mana emang? coba inget lagi."

"Udah pa. Tapi lupa."

"Yaudah beli lagi aja. Atau ngga tanya adek kamu, siapa tau ada cadangan." yang diangguki Belova.

Belova masuk lagi kekamarnya untuk mengambil tas sekolah dan berjalan keluar.

Saat melewati kamar Bevaro, ia langsung saja membuka pintu kamar itu. Dilihatnya Bevaro yang tengah tidur pulas, memang Bevaro jika tidak dibangunkan tidak akan bangun dari tidurnya.

"Bev."

"Bevvv, bangun anjinggg." sambil menarik kaos Bevaro.

Sedangkan Bevaro masih tetap pada pendiriannya yaitu tidur tengkurap. Merasa tidak dihiraukan Belova pun mencari topi dikamar adiknya.

"Mana sih."

"Yaelah gaada juga."

Berkacak pinggang Belova memutuskan untuk beli saja, dari pada ia susah-susah mencari tapi tidak ada hasilnya sama saja buang-buang waktunya.

"Bev, gue udah bangunin lo ya. Kalo lo telat bukan salah gue."

Belova pun keluar dari kamar Bevaro tidak lupa dengan menutup pintu dengan kencangnya. Hal tersebut membuat sang empu kamar terbangun karena kaget.

"Astaghfirullah!."

"Belova anjinggg!!!!." umpatnya.

Menuruni anak tangga dengan menyampirkan tasnya ke bahu kanan. Belova berjalan menuju dapur untuk pamit, ia skip sarapan pagi hari ini.

"Sarapan bel." ucap sang papa saat Belova melewati meja makan.

"Iya." jawabnya.

Mama dan mbak ani yang sedang membuat bekal untuk Belova dan sang suami pun dibuat terkejut, karena Belova tiba-tiba menyodorkan tangan kanannya di depan dada sang mama.

"Ngagetin aja!."

Belova hanya mendengus, memang mamanya ini memiliki ke sensian diatas rata-rata jika menyangkut dirinya.

"Loh loh.. kamu mau kemana?."

"Ya sekolah lah ma, mama liat aku pake apa sekarang." jawabnya.

"Kamu ngga sarapan dulu?." 

"Gausah.. udah ayo aku mau berangkat. Sekalian mau beli topi dikopsis."

Mencium tangan sang mama dan mbak Ani sambil mengambil bekal dan susu kotak kesukaannya untuk ia makan disekolah saat istirahat nanti.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Ati-ati!." ucap sang mama dan mbak Ani.

Berjalan kearah sang papa untuk berpamitan ke sekolah.

"Kamu ngga sarapan Bel?." tanya sang papa.

"Ngga entar telat lagi kalo sarapan, mau beli topi soalnya."

"Tapi udah bawa bekal kan?."

"Udah.. ini. Aku berangkat dulu pa." ucapnya sambil mencium tangan sang papa.

"Oh uang saku aku mana." tagihnya.

Rico menatap datar anaknya. Kalo urusan uang saja terdepan sama seperti istrinya. Ia pun mengambil dompet yang berada di atas meja yang sebelumnya memang ia letakkan disana karena jika ia letakkan dikantong belakang akan mengganggunya duduk.

"Perasaan udah papa transfer setiap bulan." ucap sang papa sambil menyerahkan uang 100 ribu.

"Hehe.. kan buat keperluan tiap hari pa."

"Makasih pa.. aku berangkat. Assalamualaikum." pamitnya.

"Waalaikumsalam."

Kenapa Rico tidak bertanya Belova naik apa? dan kenapa tidak mengajaknya berangkat bareng? jawabannya karena Belova itu sangat suka naik angkot, ia rela berdesakkan dengan orang-orang karena katanya saat naik angkot ada kepuasan tersendiri. Dan membuatnya bisa bebas untuk melakukan apapun. 

Sekarang Belova sudah berada didalam angkot, tetapi angkotnya belum berjalan. Sang sopir dan kernet sedang menunggu penumpang lain untuk berangkat bersamaan.

Belova menatap keluar melalui jendela angkot. Ia menunggu sambil melihat-lihat diluar sana untuk menghilangkan kebosanannya.

"Hmm." gumamnya.

Asik menatap keluar jendela, ia tidak sadar saat seseorang tengah menunduk kan kepala untuk masuk kedalam angkot karena memang atap angkot tersebut yang tidak terlalu tinggi membuatnya harus membungkuk.

Saat orang tersebut sudah mendapatkan tempat duduknya barulah orang tersebut sadar jika didepannya adalah Belova.

Orang tersebut Melotot kaget. Ia kira tadi salah melihat orang ternyata benar, yang dilihat benar-benar Belova.

"Bel?."

☘️☘️☘️

Jangan lupa Vote dan komen, thankyou.

Belove first AskaryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora