Bagian 11 ❀

2.2K 425 32
                                    

Begitu sampai di kamar asramanya, Choi Han menghempaskan tubuh ke ranjang begitu saja. Dia terlalu lelah untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa menit melamunkan hal-hal yang sama seperti biasanya, perut Choi Han berbunyi. Perut yang kosong sejak pagi tersebut menuntut Choi Han untuk segera makan sesuatu untuk memenuhi rasa laparnya sendiri.

"Padahal aku sedang malas."

Mau tak mau, Choi Han keluar dari kamar dan pergi untuk mencari makan.

Kingdom Academy menyediakan pelayanan pangan untuk murid-muridnya, namun Choi Han, yang bukan merupakan bangsawan hampir tak memiliki hak.

Ini adalah bentuk diskriminasi yang biasa terjadi di antara murid bangsawan dengan murid penerima beasiswa, yang semuanya berasal dari keluarga tidak mampu. Sebab perbedaan kasta, kesombongan murid-murid bangsawan melambung tinggi.

Choi Han tidak takut pada diskriminasi tersebut. Hanya, Choi Han sudah terlalu lapar untuk bersabar.

Jadi, dibanding berdebat lama dan membuat cacing-cacing di perutnya semakin marah, Choi Han lebih memilih membeli makanan dari kios-kios pedagang yang ada di sekitaran pemukiman.

Selesai makan, Choi Han kembali ke academy dengan perut kenyang.

"Huh, suara apa itu?"

Ada gemerisik aneh dari arah semak-semak.

Kewaspadaan Choi Han terpancing. Dengan langkah pelan, pria Choi tersebut mendekat.

Clang!

Clang!

Suaranya semakin jelas dengan indera pendengaran Choi Han yang tajam dan sudah terlatih.

'Memangnya di academy ini perbudakan di perbolehkan? Memang dasar bangsawan kotor, tidak tahu malu.'

Bagi Choi Han, tak perlu melihat untuk mengetahui bahwa suara-suara aneh yang dia dengar berasal dari rantai.

Choi Han sudah menemukan banyak bangsawan yang memanfaatkan kekuasaan dan ketenarannya untuk memperbudak bangsawan atau orang-orang yang memiliki kodrat jauh lebih rendah.

Meski ketiga kerajaan telah berdamai, ada banyak bangsawan yang masih terpaku pada kebiasaan mendominasi khas bangsawan-bangsawan.

Mereka keukeh mengambil orang lain sebagai budak, entah itu untuk di pamerkan atau di siksa.

Tetapi ada juga budak dengan status yang di perlakukan lebih baik oleh majikannya, budak-budak ini di sebut 'budak resmi'.

Lebih tinggi daripada budak, namun lebih rendah daripada pelayan.

Sekiranya seperti itu, ಠ◡ಠ

Choi Han sudah bersiap untuk menerjang siapapun yang berada di balik semak-semak, tetapi tubuhnya mendadak kaku, rasanya seperti baru saja di sengat oleh sesuatu. Hatinya tergelitik.

'Perasaan ini ... '

Banyak cincong protagonis satu ini.

Choi Han melihat seekor naga hitam kecil. Di rantai, dengan sekujur badan penuh luka beserta darah kering, terlihat sangat kesakitan dan berusaha keras untuk melepaskan choker yang melilit lehernya begitupula rantai yang ada.

Tetapi bukannya menolong atau bagaimana, Choi Han justru termangu.

Dia kebingungan.

'Kok bisa?'

Sepertinya sebab membenturkan kepalanya sendiri ke batu keras sudah membuat otak Choi Han bergeser.

Karakter utama novel, yang suatu hari nanti akan mendapatkan gelar Black SwordMaster berkat kerja keras dan usahanya, bergeming, lengkap dengan wajah konyolnya yang sangat menggugah untuk di tampol.

[BL] 𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗲𝘀𝘁 𝗦𝘆𝘀𝘁𝗲𝗺Where stories live. Discover now