...

Fayra sedang duduk santai bersama ayahnya di depan televisi rumahnya, biasanya sepulang sekolah seperti sekarang Fayra selalu memilih mengurung dirinya di dalam kamar, namun karena sekarang beda ayahnya di rumah jadi setelah berganti baju Fayra langsung kembali turun dengan semangat untuk menemui papanya.

"Pa" panggil Fayra pada laki-laki paruh baya yang sedang fokus dengan layar televisi di depannya.

"Iya nak?" Tanya Evan.

"Papa di sini berapa hari?" Tanya Fayra.

"Masih dua hari lagi kok sayang, kamu tenang aja" jawab Evan.

Mendengar jawaban papanya Fayra langsung cemberut, "kok cepet banget si pah" ucap Fayra.

"papa kan udah hampir seminggu sayang, masa masih rindu aja sama papa" goda Evan.

"Masih, papa kenapa nggak kerja di sini aja sih. Kenapa harus di Singapore?" Ucap gadis itu kesal.

"Ya kerjaan papa kan di sana sayang" jawab Evan sembari mengelus lembut rambut milik anak gadisnya.

"Fayra boleh ikut papa ke Singapore nggak?" Tanya Fayra.

"Boleh nak, tapi kamu kan masih harus sekolah. Terus sekolah kamu gimana dong kalau kamu ikut papa?" Ucap Evan.

Fayra menghela nafas panjang, "ya Fayra sekolah di tempat papa" jawab gadis itu.

"Kenapa nak? Kamu nggak betah sekolah di tempat pilihan kamu itu? Mau papa pindahin ke sekolah kakak kamu?" Tanya Evan berturut-turut.

Mendengar pertanyaan Evan Fayra langsung menggelengkan kepalanya pertanda semua pertanyaan papanya tidak benar.

"Ya terus kenapa nak kamu mau ikut papa?" Tanya Evan.

"Em" Fayra diam sejenak mencari alasan agar tidak terkesan tidak betah tinggal dengan mamanya.

"Fayra cuma nggak mau jauh-jauh aja dari papa" jawab gadis itu dengan sedikit terbata-bata.

"Aduh ada-ada aja alasan kamu itu, lagian juga papa kan sering pulang nak"

"Ih tapi beda pa" kesal Fayra.

Evan tersenyum simpul, Evan merasa anaknya seperti sedang ingin menjauhi sesuatu. Tapi tidak tau apa yang anaknya itu hindari.

"Emang kamu tega ninggalin mama disini?" Pertanyaan yang Evan lontarkan membuat Fayra langsung bungkam.

Fayra langsung menunduk, walau mamanya sering berlaku tidak adil padanya tapi Fayra amat sayang dengan wanita paruh baya itu, walau terkadang Fayra cukup tertekan dengan beberapa sikap yang mamanya lakukan, tapi rasa sayang gadis itu pada Aida melebihi apapun yang membuat gadis itu tetap bertahan dan menghormati mamanya.

"Papa pasti turutin kemauan kamu nak, tapi kamu harus benar-benar bulat dengan keputusan yang kamu buat" ucap Evan.

Fayra menarik nafas panjang, "Fayra di sini aja pa. Fayra mau nemenin mama sama kak Nancy," ucap gadis itu dengan suara yang pelan.

"Nak kamu sedang menyembunyikan sesuatu?" Tanya Evan.

Fayra menggeleng kuat.

"Kalau memang kamu ada masalah cerita sama papa nak, jangan sembunyikan apa pun. Papa sama mama akan selalu ada buat kamu nak," lanjut Evan.

"Pa Fayra sebenarnya ingin pergi dari sini pa, tapi Fayra tidak tega buat tinggalin mama" batin Fayra.

Fayra mengangguk

Evan pun langsung membawa anaknya itu ke dalam dekapannya, "kamu sedang menyembunyikan apa nak, papa khawatir sama kamu. Kenapa kamu seperti dalam tekanan," batin Evan sembari terus mengelus Surai hitam milik anaknya.

Tanpa mereka sadari ternyata Aida sedari tadi memperhatikan interaksi antara anak dan ayah itu dari lantai atas rumahnya.

"Berani sekali anak ini, kalau sampai mas Evan tau aku pastikan hidup gadis sialan itu tidak akan tenang" batin Aida dengan senyum menyeramkan sembari menatap keduanya.

...

Di markas aodra semua anggota inti aodra sedang menjalankan rencana, karena terdapat laporan kekacauan yang di buat oleh geng motor lain di markas ke dua aodra.

"Bagaimana bisa kita semua ke colongan, ada apa anak-anak aodra yang bertugas di sana sampai bisa lengah" seru El pada semua anggota inti yang kurang lebih ada lebih dari 10 orang tersebut.

"Kalau sampai Aska tau, gue yakin Lo semua nggak akan selamat, jadi sebelum Aska kembali gue mau Lo semua beresin kekacauan yang terjadi di markas ke dua aodra" putus El dan menatap tajam mereka semua.

"Lusa Aska sudah pulang, dan gue mau ke kekacauan ini tidak di ketahui Aska sebelum kita menjelaskan kronologinya pada dia" perintah El.

"PAHAM KALIAN SEMUA!" bentak El yang membuat mereka serentak menjawab apa yang El ucapan.

Setelah itu El menyuruh semuanya untuk kembali pulang dan melihat kondisi markas dua, dan di sini hanya tersisa Rion dan El saja. Gavin dan Jay juga El suruh untuk ikut dengan anggota inti yang lain untuk melihat kekacauan di markas dua.

"Gue yakin Aska bakal marah besar, baru kali ini kita kecolongan" ucap El dengan mata yang tajam menatap lurus ke depan

"Kita harus cari tau dalang dari kejadian ini sebelum Aska kembali" ucap Rion dengan datar.

"Lo kumpulin semua anggota aodra nanti malam, dan kita bahas masalah ini di tempat biasa kita" perintah El pada Rion.




Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now