42. Pertemuan

23 2 0
                                    

Back to storry GARIS LURUS!!!

.

Happy reading...

Rasanya pengen hilang, hilang aja gitu tapi bukan mati. Ngerti ga?¿

...🦋...


Deby menatap kertas yang ada di tangannya dengan senyum kecil. Sekarang, ia sedang berada di pasar untuk membeli stok bahan makanan satu minggu kedepan. Dia dan sang Ibu memang rutin pergi ke pasar secara bergantian, karena jarak pedagang dan rumah Deby jauh, jadi dia selalu belanja sekaligus. Maklum saja, rumahnya jauh dari jalan raya dan jarang sekali ada pedagang yang berkeliling di tempat tinggalnya.

Setelah memastikan semua bahan sudah di beli dengan lengkap, langsubg saja dia bergegas pulang. Keadaan pasar agak becek, mungkin di sebabkan karena tadi malam hujan lebat.

Gadis berusia 17 tahun itu celingak-celinguk mencari angkot yang lewat. Ini baru jam sembilan pagi, tapi kenapa angkot tidak ada yang lewat; pikirnya. Deby menghembuskan napas ya pelan. Kalau begini, bagaimana ia bisa pulang? Ibunya pasti sudah menunggunya.

Pandangan Deby teralihkan kala mendengar seseorang berteriak. Gadis itu menatap seorang wanita paruh baya berbaju putih yang sedang menarik tas dari seorang pereman pasar yang terkenal karena selalu membuat gaduh. Tunggu-tunggu! Jangan bilang kalau wanita itu sedang di copet?

Deby menatap sekeliling. Hanya ada Bapak-bapak tua yang sedang duduk di becaknya dengan wajah ketakutan. Ya tuhan, bagaimana ini?

Dengan langkah lebar, langsung saja Deby menghampiri wanita itu lalu mendorongnya agak kencang membuatnya agak terhuyung ke belakang.

"Tante gak papa?" Tanya Deby. Gadis itu memegang tangan wanita tadi yang tampak gemetar dengan pelan, berusaha menenangkan.

"Jangan sentuh saya!" Wanita paruh baya itu menyentak tangan Deby, lalu berjalan mundur dengan menjambak rambutnya dengan erat. Wanita itu tampak frustasi.

"Jangan ikut campur lo Bocah!" Ucap pereman itu marah. Dia berjalan ke arah wanita paruh baya, berusaha mengambil kembali tas itu. Namun, dengan sigap Deby mengambilnya.

"Jangan Bang! Ini bukan milik Abang!"

"Halah, lo jangan jadi sok pahlawan. Kasih sama gue tas nya, kalo lo mau selamet!"

Deby menyembunyikan tas itu di belakang tubuhnya. "Nggak! Abang gak boleh ambil tas ini. Ini bukan milik Abang!"

"Bacot lo sialan!"

Brak!

Deby memegang kepalanya yang terasa sakit. Pereman itu baru saja mendorongnya dengan kencang, hingga kepalanya mengenai batu. Pusing, ia benar-benar pusing sekarang, pandangannya mulai buram. Namun, ia masih bisa melihat saat pereman itu berjalan ke arahnya hendak mengambil tas itu kembali.

"TOLONG! TOLONG!" Hanya teriakan itu yang terucap dari mulutnya.

"Diem lo bangsat!" Pereman itu membekap mulut Deby dengan kencang. Matanya menatap liar sekitar, takut ada yang melihat aksinya.

"To-tolong!"

"DIEM!"

Bugh!

Deby terhuyung ke tanah. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit dan ngilu. Ada sesuatu yang basah di pelipisnya. Bukan, itu bukan keringat, tapi darah. Ini pasti karena kepalanya mengenai batu tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GARIS LURUSWhere stories live. Discover now