3. Jatuh Berkali-kali

516 117 7
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading


💗💗





Qinara merasakan tubuhnya jauh lebih ringan begitu ia membuka mata. Tidur dua jam ternyata sangat ampuh untuk menghilangkan lelah yang dirasakannya.

Seharusnya ia tidak ingin tidur, tapi tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak bekerjasama. Tubuhnya membutuhkan istirahat. Buktinya ia langsung tertidur begitu berbaring di atas ranjang. Istirahat memang cara yang paling ampuh untuk mengembalikan kembali kesegaran tubuh dan Qinara bersyukur menuruti keinginan Papanya untuk pulang.

Qinara merenggangkan tubuhnya, ia melihat jendela dan tersentak ketika melihat langit sudah sepenuhnya gelap. Lampu-lampu taman di luar sana sudah dinyalakan. Itu artinya ia tidak tidur hanya dua jam, kan?

Dengan cepat Qinara menyambar ponsel di atas nakas, dan kembali dibuat terkejut ketika melihat jam yang tertera di ponselnya. Pukul tujuh malam!! Bagaimana mungkin ia tidur begitu lama? Ia bahkan tidak mendengar alarm yang dipasangnya beberapa jam lalu. Sial!!

Qinara langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan bergerak turun ketika suara dingin itu memenuhi pendengarannya.

"Akhirnya putri tidur kita sudah bangun."

Qinara langsung mengalihkan tatapannya ke sudut kamar dan kembali dibuat terkejut dengan kehadiran sosok pria yang tidak pernah terpikirkan akan ada di kamarnya lagi.

Qinara bisa melihat pria itu dengan jelas. Lampu-lampu taman yang masuk ke kamarnya melalui jendela yang tidak tertutup tirai membuat Qinara dengan leluasa bisa melihat sosok itu. Pria itu duduk santai di atas sofa dengan manik abu yang menatap tajam ke arahnya. Tatapannya seolah....

"Sudah puas tidurnya?" tanya Arkaan dengan nada dingin yang sangat tidak disukai Qinara.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?"

"Menurutmu?" Arkaan mengangkat alis. "Melihat kau yang masih tidur sampai saat ini, aku yakin kau tidak ingat kalau aku sudah mengatakan akan menjemputmu tiga jam kemudian. Seharusnya aku tidak membuat janji denganmu karena kau memang tidak bisa diandalkan. Kau membuat jadwalku berantakan. Kau benar-benar pengacau yang handal."

Qinara mengepalkan tangan mendengar ucapan Arkaan. "Aku mengacaukan jadwalmu? Seingatku aku tidak pernah setuju kau menjemputku."

"Aku tidak membutuhkan persetujuanmu, Qinara. Aku juga tidak mau menunggumu jika aku tidak diminta Papamu untuk kembali mengantarmu ke rumah sakit."

"Seharusnya kau pergi saja dan tinggalkan saja aku saat kau tidak menemukanku. Aku bisa ke rumah sakit dengan supir atau naik taksi. Semudah itu."

Arkaan mendengkus. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Qinara. Mengabaikan tubuh bagian atas Qinara yang hanya tertutupi bra berwarna hitam yang membuat kulit kecoklatannya terlihat indah, Arkaan berdiri menjulang dihadapan Qinara hingga membuat Qinara terpaksa mendongak hanya untuk bisa melihat wajah Arkaan yang kini juga sudah menunduk untuk melihatnya. "Apa kau tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan padamu?"

Qinara tidak menjawab karena ia tahu Arkaan juga tidak membutuhkan jawabannya. Jadi yang dilakukannya hanyalah membalas tatapan tajam Arkaan yang terarah padanya.

Sejujurnya Qinara sangat merindukan Arkaan. Ia bahkan harus menahan diri agar tidak menghambur memeluk Arkaan ketika melihat pria itu untuk pertama kali setelah satu tahun mereka tidak bertemu. Dan sekarang Arkaan berdiri di depannya, sangat dekat hingga aroma pria itu memenuhi indera penciuman. Membuat perut Qinara melilit karena keinginan untuk memeluk Arkaan semakin besar.

(Tamat) Qinara (Sequel Of Nanda) Where stories live. Discover now