10.) tidak selalu membenci

2.1K 109 7
                                    

" Eumh bajingan kau Alex!!!!"

Jika kalian pikir setelah itu akan ada adegan pukulan .

Eits salah.

Setelah teriakan pria dewasa yang menggema di penjuru ruangan alex, Arin terbelalak sadar dengan cepat Arin menggelap bibirnya dengan kasar berkali kali .

Ini tidak adil .

Dasar Alex gila!!.

Eh tapi kan memang gila .

Arin melirik ke arah suara teriakan, maniknya melotot ketika ia dapati 2 orang laki-laki beda umur kesayangannya.

" Mama !!" Bocah kecil itu berlari kecil ke arah Arin dengan senyum manis terpatri di wajah tampannya.

Pria dewasa itu berjalan dengan tangan yang masih mengepal ke arah Arin mengikuti bocah kecil itu .

" Jangan lari Dery nanti jatuh " Arin memperingati ketika bocah kecil yang ia panggil Dery itu sampai ke pelukannya .

Dery hanya menyengir yang menampakkan giginya yang belum sepenuhnya tumbuh.

" Mama tenapa sama om jelek itu".

Alex yang semula mematung saat Dery memanggil Arin mama pun tersadar dan menatap  dingin Dery .

" Dia milik om".

Dery berteriak tidak terima.

" Mama nas punya Dery tama papa, bukan punya om" tangan Dery bergerak hendak memukul Alex .

Namun perkataan papanya menghentikannya.

" Dery sayang jangan di pukul dong kasian om nya".

Oh my Gosh.

Mana tadi yang mengumpat dan beteriak dan ingin membunuh Alex .

Omong kosong sekali papa muda ini.

Pria itu menyodorkan tangannya.

" Hallo perkenalkan saya Arlan suami Arin" senyum kemenangan terpatri pada wajah Arlan ketika melihat wajah pias Alex.

Alex hanya bisa diam dengan pikiran melayang entah kemana.

Perlahan Alex menggelengkan kepalanya pelan ,namun lama kelamaan betempo cepat.

" Bohong bohong ini semua bohong" gumaman itu terus terdengar .

Arin panik langsung menekan tombol pasien Alex .

Sekarang ia tidak ada tanggung jawab lagi dengan Alex, jadi jika Alex terjadi apa² itu bukan tanggungannya.

Dery yang melihat itu takut dan memeluk erat Arin.

Sedangkan Arlan hanya tersenyum kemenangan atas apa yang menimpa Alex .

Namun, Arin tidak tinggal diam dengan Dery yang masih dalam pelukannya ia mencegah tangan. Alex untuk memukul kepalanya lagi .

Hingga suara dobrakan pintu mengalihkan semuanya.

" Arin kamu boleh pulang biar dia yang kakak tangani" muncul keempat kating Arin yang masih terengah-engah berlari untuk mencari Arin tadi.

Ketika Arin ingin menjawab . Hal itu di cegah oleh Arlan.

Oh tidak jika Arin terlalu lama disini si manusia gila itu akan tambah gila jika ada Arin.

" Ayo pulang aja Arin"

" Tapi Alex-"

" Hiks mama pulang dery takut" tangisan Dery membuat keputusan Arin berubah dan menggendong nya dengan erat.

" Maaf ya nak, ya udah aku balik dulu ya kak permisi" Arin membukukan badan sedikit dan pergi untuk pulang .

Arlan merangkul mesra Arin .

Mengabaikan suara Alex yang berteriak untuk Arin berhenti.

Dengan santai ia mengacungkan jempolnya pada keempat kating Arin .

Kini Arin, Arlan dan Dery sudah berada di mobil Arlan .

" Sini biar kakak aja yang bawa Dery" Arlan mengulurkan tangannya untuk menggendong Dery .

Namun tangannya di cekal Arin.

" Biarin aja kak kasian  Dery" Arin mengelus sayang Dery

Kasian sekali bocah kecil ini .

Di umur nya yang ke lima tahun harus kehilangan ibunya ,yang meninggal karena kanker otak .

Tak kalah malang , Arlan kakak kandungnya harus menelan pil pahit saat ia di tinggal dengan cinta pertamanya dan bertanggung jawab sebagai ayah dan ibu sekaligus untuk Dery .

Namun Arlan cukup beruntung di karuniai adik yang lembut dan pencinta anak², Arlan lebih mudah mengurus Dery, hal itu juga yang membuat Dery sering terlepas dan memanggil Arin mama.

" Maksud kakak apa tadi ngaku suami aku?" Tak ada expresi marah ataupun kesal namun hanya ada expresi bertanya pada Arlan.

Arlan menatap Arin lembut .

"i know all"

Arin terpaku .

Jadi kakaknya sudah mengetahui semua .

"Semua?"

" Ya dan semua luka fisik kamu".

" Oh ya bukan cuma itu , semua trauma kamu kakak tau itu"

this all comes from youWhere stories live. Discover now