9.) apa pantas di beri kesempatan?

2.1K 105 7
                                    

Arin terpaku .

Pelukan nya melonggar ketika Alex mengatakan hal yang sangat ia hindari.

Dengan cepat Alex mengeratkan pelukannya pada Arin .

Namun tanpa Arin sadari Alex menyuntikkan obat tidur pada lengan Arin yang ia dapatkan ketika perawat yang menjaganya lengah.

Arin begitu terkejut hingga tanpa sadar ia terlelap tidur dengan masih di pelukan Alex .

Mata Alex menatap sendu Arin.

Ini bukan kemauannya namun ini adalah satu² nya cara selangkah lebih dekat dengan Arin.

" Arin, Alex sayang banget sama Arin ,bahkan tak terkira biarin Alex satu kali lagi egois " dengan darah yang masih menetes pada kepalanya ,ia menggendong Arin dengan bridal .

Sedangkan kating Arin sudah berlari dengan terbirit-birit .

Dasar Alex sialan!!!.

Jangan dia pikir orang berpengengaruh dan semena² seperti ini

" Alex sialan" iren terus mengumpat di sela sela berlari .

Shinta mengeraskan rahang ia sangat emosi sekarang,hal itu tak jauh beda dengan kedua Kating yang lain.

              ______&&&______
Alex membawanya pada ruangan pribadi nya ,atau tepatnya ruang khusus yang ayahnya buatkan untuk nya di rumah sakit.

Perlahan Alex meletakan Arin dengan pelan pada ranjang yang tak terlalu besar.

Mata Alex menelisik setiap inci wajah Arin ,matanya yang sipit hidungnya yang kecil dan bibirnya yang tipis tak berubah sejak dulu SMA.

"Arin bolehkah Alex egois satu kali lagi?." Sudah kedua kalinya Alex mengucapkan kata-kata yang sangat percumah untuk di tanyakan pada Arin .

Sedang di sisi lain.

" Dasar b****s*k, Alex b**ing** , belom puas Lo bikin adek gue sakit " seorang pria meremat mous computer dengan kuat hingga retak ,rahanganya mengeras ,manik matanya menyiratkan sebuah perasaan dendam teramat dalam

" Papa tenapa?" Seorang bocah laki-laki menatap bingung ayahnya , setelah melihat sebuah layar bergerak ayahnya menjadi terlihat marah.

Pria itu menengok dan mengubah ekspresi nya dengan cepat ia tak mau anaknya akan terkena imbas atas emosinya.

" Memang kenapa hn?" Alis laki-laki itu menukik penasaran oh lebih tepatnya pura pura penasaran.

" Tadi papa gang yang bulat bulat itu tampe pecah" bocah laki-laki itu menjelaskan dengan rinci yang membuat kesan menggemaskan pada wajahnya.

" Ndak papa sayang,dery mau ke Tante nas?"

Bocah laki-laki itu terpekik atas ucapan sang ayah

" Mau papa mau hole ayo let go" bocah laki-laki itu berlari dengan riang untuk pergi ketempat orang yang paling ia sayang setalah ayahnya .

Pria itu hanya menggelengkan. Kepalanya dengan senyum kecil terpatri pada bibirnya.

Next side.

Kepala Alex sudah diobati jika di tanya siapa yang mengobatinya .

Jawabannya ia sendiri.

Sangat strong bukan.

Arin masih terlelap di bawah obat bius , dengan badan mungilnya berada pada pelukan Alex.

Sebenarnya hari sudah malam waktu pulang Arin sudah terlewat 3 jam dimana jam pulang normalnya adalah tepat pukul 4 sore, namun karena keegoisan Alex Arin kini masih di rumah sakit di jam 7 malam .

Perlahan manik mata Arin terbuka , harum vanila begitu ketara .

Arin menghela nafas kesal ia tau ia dimana , bagaimana tidak hal yang pertama ia dapatkan adalah wajah Alex yang terlelap damai pada tidurnya.

"giving a second chance is not easy Lex"
(memberikan kesempatan kedua tidak mudah Lex)

"If it's hard for you, give me permission to give my best, to get a second chance"
(Jika sulit bagimu, beri aku izin untuk memberikan yang terbaik, untuk mendapatkan kesempatan kedua)

" I can't" Arin menuduk dengan perasaan kesal .

Memberikan kesempatan kedua adalah bukan hal yang mudah.

Bahagia jika tidak mengulangi lagi.

Namun jika sebaliknya? Ia akan menderita lagi.

Alex mengangkat dagu Arin dengan telunjuk nya.

" Ririn look at me" Alex meraih dagu Arin.

" Alex akan berusaha bagaimana cara pun buat Arin jadi milik Alex lagi" Alex menatap Atin dengan teduh .

" Ya gk boleh gitu dong gk adil"
Arin menggeram marah .

Dengan tarikan cepat Alex memegang kepala
Arin dan mendarat kan tepat di bibir Arin.

" bajingan kau Alex!!!!"

this all comes from youOù les histoires vivent. Découvrez maintenant