Bag 42. Deep talk

Start from the beginning
                                    

"Oliv tahu kelakuan gue, dong!" tebak Jaxen terlihat sangat frustasi.

"Emang kenapa?"

"Gue 'kan lagi ngebentuk image baik di depan Oliv, kalau sampai tahu kelakuan buruk gue yang ada dia malah semakin menjauh."

"Oke, babe!" seru Janu secara tiba-tiba lalu menutup panggilan di handphone-nya, sejak tadi dia sedang menelepon kekasihnya—Winona.

Hal itu tentunya langsung membuka dua manusia tampan itu kompak memberikan lirikan heran, dan iri karena Janu punya kekasih yang selalu mengerti dirinya. Andai dua manusia pintar itu sama, pasti menyenangkan.

"Cewek lo tahu kalau tadi malam kita mabuk?" tanya Harvey penasaran.

Janu menaikkan pundaknya. "Gue rasa ngga tahu."

"Wino ngga marah tahu lo mabuk?" gantian Jaxen yang bertanya.

Janu menggelengkan kepalanya, lalu duduk di sekitar pinggiran ranjang dengan matanya yang tersenyum singkat.

"Dia fleksibel, ngga terlalu banyak ngelarang gue ngelakuin apa aja kecuali selingkuh." Janu menjawabnya.

"Sebenarnya Cleo juga sama, dia ngga akan marah gue ngelakuin apa aja kecuali di depannya. Seperti merokok, asal ngga di depannya dia santai," tukas Harvey.

Jaxen merasa obrolan mereka mulai menarik untuk dilanjutkan, dia berpindah posisi duduk di sebelah Janu sedangkan Harvey masih berdiri menyandar di nakas.

"Tapi, tadi malam yang ngantar kita pulang itu Cleo sama Oliv, kita emang ngga mabuk di depan mereka. Tapi ... ," ucapannya terjeda cukup lama memikirkan kekasihnya yang mungkin saja sedang marah.

"Oh, jadi yang nganterin kita bertiga pulang itu mereka?" tanya Janu memastikan.

Pertanyaan itu hanya dijawab anggukan kepala oleh Jaxen. "Gue pun sama takutnya tentang Oliv."

"Lo jangan khawatir Oliv menjauh, dia itu cewek pintar ngga mudah terhasut karena suatu sikap buruk seseorang. Pasti dia cari tahu dulu, nah parahnya kalau memang dia ngga suka—"

"Jangan dilanjutin!" potong Jaxen sangat frustasi, ia menghela napas beratnya.

"Jadi, kita bertiga sama-sama bolos kelas hari ini?" tanya Janu. "Udah jam dua siang, gila juga."

"Gue mau lanjut kelas selanjutnya juga bingung, karena cuma satu mata kuliah," tukas Jaxen.

"Gue setelah ini kosong sih," timpal Harvey.

"Gue ... Masih ada kelas, but whatever no one care lagian cuma sekali." Janu menyahuti.

Suasana tiba-tiba menjadi hening dengan diamnya mereka yang kompak, kehabisan obrolan dan topik pembicaraan. Tapi, semuanya seakan enggan pergi karena masih penasaran dan juga tertarik dengan cerita salah satunya.

"Lo beneran sayang sama Winona?" tanya Jaxen secara tiba-tiba.

"Pakai ditanya! Ingat ngga perjuangan dia dapatin Winona? Mau seburuk apa pun sifatnya, dia ngga peduli sama omongan orang lain dan tetap mencintai Winona." Harvey menjelaskan pertanyaan yang semestinya tidak ditanya Jaxen.

Belenggu | Haruto ✔Where stories live. Discover now