Bele mengulum bibirnya, "Apa aku membuatmu repot?" tanya Bele menatap gerak-gerik pria itu,

"Tentu tidak! Aku matemu. Kewajiban ku adalah menjaga dan bersamamu sampai kapanpun,"

"Lantas kenapa kau tak menepati itu? Kenapa Pangeran malah bersama wanita lain?"

Pertanyaan Bele membuat Agno memejamkan mata, rasa takut menyeruak dalam dirinya. Jangan sampai Bele mengucapkan kata terlarang itu lagi.

"Jangan menangis, kumohon!" pinta Agno mengusap air mata Bele,

"Aku bingung Pangeran, apa masih pantas aku disini?" tanya Bele parau,

Agno mendekap tubuh rapuh itu. Memberikan kekuatan lewat pelukannya. Agno begitu ingin menghancurkan sesuatu. Merasakan tangan Bele membalas pelukannya membuat Agno semakin mengeratkan rengkuhannya.

Detik berikutnya perkataan Bele membuatnya bersumpah tidak akan melepaskan gadis ini.

"Aku mencintaimu Pangeran."

«««««

"Suamiku?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Suamiku?"

Panggilan itu membuat Agno mengurungkan niatnya, dia mendekat kearah gadis berambut blonde itu

"Jangan panggil aku seperti itu Gita!" marah Agno pada perempuan yang sedang membawa secangkir minuman,

"Kenapa? Itu kan kenyataan," Bela Gita,

"Karena aku membenci itu!" tekan Agno pada Gita, melihat wajah keruh Agno, Gita menjadi gemetar, takut melawannya.

"Pernikahah itu hanya omong kosong, benarkan Putri Gita? Kita bukan manusia biasa yang menganggap pernikahan adalah hal yang penting untuk menyatukan dua jiwa. Karena kita werewolf takdir kita telah ditentukan oleh Dewi bulan. Pernikahan hanya formalitas, benar begitu?"

Gita terdiam seribu kata, tangannya mengepal dan Agno menyadarinya. Pria itu menghela napas pelan,

Dia memegang bahu Gita, menghadapkannya untuk lurus melihatnya, "Kau memang teman kecilku, mungkin bahkan dulu kita terlampau jauh," Agno menjeda ucapannya,

"Tetapi aku tidak bisa menjadi pasanganmu, kau tahu kan? Sesuai dengan perjanjian kita. Jangan membuatku marah!"

Gita mengangguk, matanya berkaca-kaca, melihat itu Agno membawa Gita kepelukannya.  Andai dia waktu itu bisa melawan mereka, pasti semua ini tidak terjadi.

Mata Agno menatap sepasang mata yang sedari tadi sudah memperhatikannya dan Gita,  Agno langsung melepaskan pelukan Gita, berlari menghampiri gadis yang berdiri kaku disana,

"Kenapa disini? Kau belum sembuh," ujarnya khawatir. Bele mengedipkan matanya menahan cairan agar tidak keluar,

"Kau meninggalkan ini," kata Bele menyerahkan kunci ruangan kerja Agno. Bele pikir Agno sibuk mencarinya, ternyata mungkin tidak.

ALPHA'S DESTINY [ END ]Where stories live. Discover now