20. Pria yang kejam

200 40 0
                                    

Hari-hari terus berlalu. Kehidupan Airin memang benar-benar berbeda setelah kehadiran Aster di antara dirinya dan juga Arsen. Mungkin untuk beberapa hal masih ada sedikit rasa tak terbiasa untuk Airin apalagi Arsen. Meski begitu, Airin tetap mengusahakan yang terbaik demi kedua putranya.

Baik Arsen atau pun Aster, Airin jelas akan memastikan keduanya sama-sama nyaman tanpa ada yang merasa tersisihkan atau semacamnya. Airin akan tetap berusaha menjadi ibu yang baik untuk merek berdua.

Sama seperti sekarang, dimana Airin lebih memilih untuk menyingkirkan lembur dari pekerjaan, demi menghabiskan waktunya bersama Arsen dan Aster.

"Sudah siap? Mami tak masalah tetap menunggu kalau kalian masih perlu merapikan diri," ucap Airin yang kini terduduk di sofa rumahnya.

Dia dapat melihat kedua putranya sudah keluar dari kamarnya masing-masing. Ya, sebagai informasi tambahan, Aster juga sudah memiliki kamarnya sendiri. Itu berkat bantuan Vee yang membuat segalanya lebih cepat.

"Memangnya kita mau kemana, Mi? Sampai kita berdua harus berdandan rapi seperti ini," ucap Aster yang sudah merentangkan kedua tangannya.

Dia tengah menunjukan penampilannya di depan Airin. Dimana dia sudah mengenakan jeans hitam dengan kaus putih dan jas casual berwarna hitam di luarnya. Begitu juga dengan Arsen yang mengenakan pakaian yang sama dengan Aster.

Membuat keduanya terlihat benar-benar sebagai anak kembar yang akan memakai pakaian yang sama. Yang membedakan hanyalah gaya rambutnya.

"Didn't like it?" tanya Airin pada Arsen dan Aster bergantian.

Sebenarnya, Arsen hendak mengangguk sebagai jawaban. Dia tidak menyukai hal-hal seperti ini. Akan tetapi, saat menatap Airin yang sebelumnya tersenyum lebar saay mendapati keduanya keluar dengan pakaian yang sama, membuat Arsen tak tega untuk mengecewakan Maminya sendiri.

"Tak masalah," ucap Arsen kemudian.

Dimana Aster juga ikut mengangguk untuk menyetujuinya. "Aku suka-suka saja. Sepertinya Mami memiliki selera yang bagus juga," tambah Aster dengan acungan jempol yang sudah dia tunjukan pada Airin.

Mendapat respon dari keduanya jelas Airin merasa senang dengan hal itu. Suatu kebanggaan untuknya mendapat respon yang bagus. Apalagi dengan Arsen yang juga terlihat tersenyum dengan tipis diam-diam.

"Baiklah, kita berangkat sekarang. Mami akan membawa kalian untuk makan malam bersama!" Seru Airin yang kini sudah bangkit dari duduknya.

Mendengar makan malam bersama Arsen nampak mengernyitkan dahinya. "Hanya kita bertiga bukan? Tidak dengan—"

"Tidak, Ars. Tenang saja, hanya kita bertiga!" ucap Airin lembut. Dia berusaha meyakinkan Arsen di sana.

Pada akhirnya, Arsen pun menghela nafasnya lega. Sudah cukup dia berjuang membiasakan diri dengan kehadiran Aster. Rasanya tak bisa kalau dia harus terbiasa akan hal lain atau bahkan seseorang yang lain.

"Ayo berangkat, sebelum jalanan ramai dan menjadi macet," ucap Airin yang kini sudah berjalan keluar mendahului kedua putranya.

Dimana akhirnya, Arsen dan Aster pun mengekor di belakang Airin.

"Mau di depan?" tanya Aster pada Arsen saat Airin sudah dahulu masuk ke dalam mobil.

Arsen cukup terkejut. Karena selama ini siapa cepat dia yang akan mendapatkan posisi duduk di samping Airin.

"Ayo, jawab. Sebelum Mami memburu-buru kita untuk segera masuk," ucap Aster kemudian.

Hingga pada akhirnya, Arsen pun sudah berjalan masuk dan duduk di kursi depan tanpa menjawab pertanyaan Aster.

TO(GET)HERWhere stories live. Discover now