12. Salah paham

178 53 1
                                    

Mana nih, kok sepi ya? Ayo dong, komentarnya juga jangan lupa. Masih pada baca di sini kan?

Vote+komen kalian sangat berarti 💜

_____
Airin membukakan pintu rumahnya. Dan tentu saja tepat seperti apa yang dia perkirakan sebelumnya, seorang pria kini tengah berdiri dengan senyuman kotak yang dia tunjukan begitu melihat Airin yang membukakan pintu. Senyuman yang terlihat begitu lebar.

"Sudah aku katakan tak perlu datang hari ini, Vee," ucap Airin.

Alih-alih mengucapkan sapaan atau bahkan sambutan untuk Vee, nyatanya wanita itu malah segera mencecar Vee dengan kekesalannya. Menjelaskan kesalahan Vee yang tidak dia harapan kehadirannya di sana pada waktu seperti ini.

Vee menekuk bibirnya. Seolah dia baru saja menunjukan kalau dirinya sedang merajuk. "Apa aku akan segera diusir juga? Lihat, langitnya mendung. Memangnya kau tega kalau aku kehujanan di perjalanan pulang?"

Airin memutar bola matanya malas. "Kau memakai mobil, Vee. Tidak mungkin juga kehujanan!"

Bukannya merasa salah dan semacamnya, kini Vee justru malah menunjukan senyuman lebarnya kembali dengan tanpa merasa salah sedikit pun. "Benar juga, ya. Memang tidak akan kehujanan. Tapi, tetap saja. Aku sudah membawakan ini untuk kalian!"

Vee mengangkat kedua tangannya. Dimana dia sedang memegang dua kotak pizza di tangan kirinya, dan satu kantung plastik yang cukup besar di tangan kanannya. Menunjukan pada Airin kalau dia tak mungkin pergi begitu saja setelah membawa semua makanan itu untuk Airin dan kedua putranya.

Airin hanya bisa menghela nafasnya saat melihat semua itu. Dia tidak mungkin mengusir Vee saat pria itu sudah seperti itu. Tapi, dia juga sempat ragu dan menoleh ke tempat Arsen dan Aster berada.

"Masuklah," ucap Airin pada akhirnya.

Akhirnya dia membiarkan Vee masuk. Tak enak juga kalau tetap harus memaksa Vee pergi. Meski mereka bersikap seolah tak ada kata formal sama sekali dan malah seperti teman, tetap tak menghapus fakta jika Vee memang CEO di tempat Airin bekerja.

Vee juga sudah banyak membantunya. Bagaimana mungkin dia mengusir pria yang sudah berbaik hati padanya dan juga Arsen selama ini.

"Hai, boys! Camilan untuk kalian!" Seru Vee bersemangat saat dia mendapati Arsen dan Aster yang masih terduduk, saling berdampingan.

Arsen sudah terlebih dahulu mengalihkan pandangannya dari Vee, dengan raut wajah yang begitu jelas menunjukan ketidaksukaannya pada Vee. Berbeda dengan Aster yang menatap Vee dengan raut wajah yang terlihat aneh. Apalagi saat Vee terlihat mencoba 'sok akrab'.

"Vee—"

"Mami! Bukankah aku sudah katakan kalau aku tak setuju kau dengannya?!" ucap Arsen begitu dia melihat Airin sudah mendekat pada mereka.

"Ars, bukan begitu," ucap Airin.

Arsen menggelengkan kepalanya. "Aku tetap tak mau pria itu menikah denganmu, Mami!" seru Arsen sekali lagi dengan pernyataan tak sukanya pada Vee.

"Ya! Arsen benar. Aku juga tak setuju kalau Mami menggantikan Daddy dengan pria aneh ini," ujar Aster ikut bersuara. Kedua tangannya bahkan sudah terlipat di depan dada menatap Vee yang menatap ke arah Arsen dan Aster bergantian.

"Airin? Memangnya kau mengatakan pada mereka akan menikah denganku, ya? Astaga, Airin. Aku bahkan belum mempersiapkan apapun," ujar Vee yang kini sudah menatap Airin dengan mata yang mengerjap dan bibir yang menunjukan garis lurus.

"Hentikan! Aku bisa semakin pening kalau kesalahpahaman ini terus berlanjut!" Airin menggelengkan kepalanya.

Dia akui, dia sudah benar-benar pening sekarang dengan tiga pria di hadapannya. Tak mengerti lagi dengan mereka sampai menyimpulkan sendiri.

"Vee, aku tidak pernah mengucapkan seperti itu. Mereka berdua salah paham," jelas Airin pada Vee.

"Sayang sekali," gumam Vee kecewa.

"Lalu kalian, Arsen, Aster. Kapan Mami mengatakan akan menikahinya? Mami bahkan belum selesai bicara sebelumnya tapi kalian sudah memotong!" Kali ini giliran Airin berbicara pada kedua anaknya.

"Mami hanya ingin menjelaskan kalau dia yang akan membantu mencarikan seseorang yang bisa membantu membangun kamar Aster di rumah ini. Dia juga yang akan membantu Mami untuk mengurus kepindahan Aster dan beberapa berkas yang dibutuhkan selama Aster tinggal bersama kita di sini," jelas Airin.

Airin hanya mencoba untuk menjelaskan semua itu agar kedua putranya tak salah paham. Siapa sangka, kalau kedua putranya malah salah paham terlebih dahulu bahkan sebelum semuanya terjadi.

"Baik, bagus!" Seru Aster tersenyum lebar. Merasa puas dengan penjelasan Airin.

Bersamaan dengan Arsen yang berusaha menahan senyumnya.

Berbeda dengan Vee yang kini menekuk bibirnya kecewa. Satu-satunya yang kecewa terhadap penjelasan Airin. Padahal, dia siap membeli cincin hari ini juga untuk melamar Airin secara resmi kalau memang Airin mau menikah dengannya.

Sayangnya, hanya kesalahpahaman.

"Jadi, masih belum bisa menerima aku, ya?" tanya Vee pada Arsen dan Aster bergantian.

"Tidak!"

"Tidak!"

Jawaban mengecewakan yang bahkan dilontarkan secara bersamaan. Sekali lagi, membuat Vee harus bisa merasakan sakitnya diberi penolakan.

Tapi tentu saja dia tetap akan berusaha sebaik mungkin untuk bisa meluluhkan Airin dan kedua putranya. Mendapatkan dia hingga akhirnya bersama dengan ketiganya!

"Masih tidak kalau aku berikan kalian pc gaming masing-masing satu?"

Aster antusias mendengar apa yang dikatakan Vee. "Aku setuju!" ujar Aster yang berhasil membuat Airin dan Arsen menoleh secara bersamaan pada Aster dengan terkejut.

Semudah itu?!

TO(GET)HERWhere stories live. Discover now