12. Glad To Have You

5.2K 706 27
                                    

Entah sudah berapa lembar tisu yang Lisa berikan pada Jennie. Karena kekasihnya itu sedari tadi menangis dan tidak ingin berhenti. Mata kucingnya bahkan sudah sangat sembab dan make up naturalnya sudah tidak terlihat lagi, yang ada hanya wajah bare face kesukaan Lisa saat ini.

Kekasihnya itu juga tidak ingin melepas genggaman tangannya, barang sedetik pun. Kini Lisa membawa tangan kanan Jennie untuk dikecupnya, cukup lama. Sampai-sampai tangis Jennie dibuat berhenti dan Lisa tersenyum karena itu.

"Sudah ya, aku baik-baik saja sayang. Tubuhku memang sangat sakit dan terdapat banyak luka, tapi itu tidak separah yang kamu bayangkan. Aku bahkan masih bisa memelukmu, seperti ini"

Lisa memajukan tubuhnya untuk bisa memeluk tubuh Jennie, meski ia harus menahan rasa sakit disekujur tubuhnya. Kecelakaan yang ia alami ini sebenarnya, sudah di ketahui olehnya.

Karena ia sempat menguping pembicaraan supir pribadi barunya, Bams dengan salah seorang pria bertubuh besar, berkepala plontos yang tak di kenalnya. Mereka membicarakan mobil yang sebenarnya akan di pakai untuk menjemput Jennie, sore ini dan akan membuat Jennie dalam bahaya.

Namun Lisa dengan cepat meminta pada Bams untuk memakai mobil tersebut seorang diri. Karena ia ingin memastikan, apakah pembicaraan kedua orang itu benar, atau tidak. Dan ternyata, benar. Mobil yang di bawanya, mengalami rem blong sehingga ia harus menabrakkan mobil tersebut kearah pembatas jalan.

Untung saja ia berhasil keluar terlebih dahulu, sebelum akhirnya mobil tersebut menabrak kencang pembatas jalan dan hancur tak berbentuk.

Setidaknya ia terluka untuk sang kekasih, ia bersyukur karena mengetahui hal jahat Bams terlebih dahulu. Kalau tidak, mungkin saja nanti sore Jennie lah yang akan berbaring lemah di ranjang rumah sakit ini.

Reghan, Daddy Jennie juga sudah mendengar cerita Lisa itu. Pria setengah abad itu pun segera menghubungi polisi dan meminta bantuan Marco, Papahnya untuk mengurus masalah ini.

"I love you, sayang. Sudah jangan menangis. Nanti wajah cantikmu ini penuh dengan air mata. Aku tidak suka melihatmu seperti ini" lembut Lisa sambil menahan rasa sakit ditubuhnya.

"Bagaimana bisa aku tidak menangis, melihat kondisimu yang seperti ini boooo~" rengek Jennie di ceruk leher Lisa.

"Baiklah, terserahmu saja ingin menangis terus seperti ini atau tidak. Tapi, aku ingin beristirahat, badanku rasanya sakit semua" ujar Lisa pada Jennie yang langsung melepas pelukannya.

"Jangan dulu beristirahat, ada satu hal penting yang ingin aku tanyakan padamu, boo" pinta Jennie sedikit memohon.

"Apa itu?"

Lisa mengusap sayang pucuk kepala juga pipi mandu Jennie, ia tersenyum kala Jennie mengerucutkan bibirnya.

"Tentang artikel berita yang mengakatan kalau kamu positif menggunakan narkoba, apa tes urine mu itu benar-benar positif?" tanya Jennie sambil menundukkan kepalanya.

"Dokter Han memalsukan hasil urine ku, sayang. Kamu tahu kan jika dia bekerja di rumah sakit milik keluargamu ini?" bisik Lisa dan itu sukses membuat Jennie membulatkan kedua bola matanya, tak percaya.

"Apa kecelakaan yang kamu alami, juga ada sangkut pautnya dengan dokter Han? Apa aku harus memecatnya sekarang? Karena sudah berani-beraninya memberikan hasil yang salah dan tidak konkret?!" marah Jennie.

"Daddy mu dan Papah ku akan mengurus ini semua, kita hanya perlu menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya. Karena sekarang, dokter Han sedang berada di ujung tanduknya, dia bisa saja di pecat kapanpun oleh Daddy mu" kata Lisa dengan smirknya.

"Hye Jin dan Timothée juga ikut andil dalam kecelakaanmu ini, kan? Mereka bertiga pasti masih menyimpan dendam dengan kita, boo. Nama mereka sudah jelek di depan publik dan sekarang mereka ingin membalaskan dendam mereka dengan, menghancurkan karier kita" ucap Jennie sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

My Beloved Model Where stories live. Discover now