BAGIAN SEMBILAN BELAS

3.8K 343 116
                                    

SEAN berdiri bergeming di depan pintu kamar Sabrina. Istrinya itu sudah mengabaikan pesan darinya sejak beberapa hari lalu dia berada di luar kota bersama Milka untuk keperluan bisnis. Dia juga mendengar dari supirnya bahwa Sabrina belakangan sibuk dengan kantor barunya.

Kerutan di dahinya menandakan perasaan tidak senang.

"Xaisar Corp, kenapa dia harus bekerja di sana!" Rahangnya mengeras hanya dengan memikirkan siapa itu Kaisar Hadinata yang terkenal suka bergonta-ganti pasangan.

Tangannya langsung memutar gagang pintu kamar istrinya yang tetap menolak untuk kembali sekamar dengannya. Sean sudah cukup bersabar menuruti semua keinginan Sabrina. Termasuk membiarkan istrinya itu bekerja meski tidak dikantornya.

"Tidak Xaisar Corp, Baby, tidak di sana!"

Sabrina sayup-sayup mendengar suara langkah kaki berjalan, dia pun menyipitkan mata sambil mengucek nya beberapa kali. Tak lama lampu menyala, Sean sudah berdiri di hadapannya dengan mata berkilat dan pembuluh darah tampak tegang di lehernya.

"Mas Sean?"

"Maaf saya membuat kamu bangun, Sabrina," ucap Sean memberikan setengah senyuman.

"Ti-tidak apa-apa, Mas, tapi kapan Mas pulang? Kenapa tidak memberi kabar dulu?" jawab Sabrina gelagapan, dia mengambil ponsel dan melihat layarnya gelap, rupanya baterai nya habis.

"Astaga, maafkan saya, Mas. Baterai nya habis," imbuhnya, ketakutan melintas di wajahnya melihat Sean tidak ramah seperti biasa. Wajahnya dipenuhi amarah yang dia sendiri tidak tau sebabnya.

"Saya ingin bicara dengan kamu," kata Sean kemudian duduk di sebelah Sabrina.

Sabrina berusaha tenang, mana mungkin Sean marah tanpa sebab. Tapi dia juga sedikit merasa bersalah karena terlalu sibuk sampai lupa memberi kabar pada Sean selama suaminya itu di luar kota.

"Boleh, Mas."

"Kenapa kamu tegang? Apa saya tampak menakuti kamu?" tanya Sean melihat wajah Sabrina pucat tanpa senyuman sama sekali. Dia menyentuh pipi Sabrina, mengelus nya kemudian mengecup satu kali sambil tersenyum.

"Saya merindukan kamu."

Seketika tubuh Sabrina membatu di tempatnya duduk, di atas ranjang bersama Sean yang masih menyentuh pipinya, menatap matanya sangat dekat.
Aneh, kali ini Sabrina agak takut berada di dekat Sean, dia merasa suaminya itu sedang dalam keadaan emosional.

"Maafkan saya jika saya salah, Mas Sean," ucap Sabrina dengan bibir terkatup.

Sean menggeleng meraih dua pipi Sabrina dengan telapak tangannya. "Memangnya kamu merasa memiliki salah?"

"Tidak tahu, mungkin saja diluar kesadaran saya," jawabnya sambil meneguk saliva.

Saking gugupnya Sabrina menggigit bibir bawahnya tak tenang. Sean menyentuh permukaan bibir Sabrina yang basah sambil mendekatkan wajahnya.

"Jangan digigit begitu, itu tugas saya."

Melihat seringaian di bibir Sean membuat tubuh Sabrina gemetar. Rasanya dia makin yakin itu bukan diri Sean yang biasanya. Tapi kenapa? Apa mungkin suaminya sedang kerasukan setan sepulang dari urusan bisnis? Pikiran Sabrina mulai kacau.

Sean membelai puncak kepala Sabrina, beralih ke bibir kemudian dagu dengan perlahan.

"Who last kissed you, baby?"

Sabrina tidak mengerti kenapa Sean bertanya hal itu. "Of course, you," jawabnya yakin, meski dia tidak mengerti apa maksud Sean bertanya padanya.

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang