CERPEN : UNA

Beginne am Anfang
                                    

"Gue kira lo yang bareng Mas Banyu tadi."

"Emang lo lihat Mas Banyu di mana?" tanya Una.

Arsen tersenyum kecil di balik gelas kaca yang berada di depan bibirnya. Lalu menaruh gelas tersebut di atas meja.

"Mau gue anterin ke sana, gak? Biar lo bisa labrak Mas Banyu dan sugar baby-nya."

"Ngaco lo!" Una tidak mengacuhkan Arsen. Memilih berdiri. Beranjak menuju ke dapur. Sedangkan Arsen tertawa puas dan kembali menyeruput minuman tersebut hingga tandas. Kemudian beranjak kembali ke arah lemari minuman untuk mengisi gelasnya yang kosong.

"Inget! Jangan sampai lo mabok!" peringat Una lagi, seraya memakan salad sayurnya. Memilih duduk di stool bar. Arsen ikut bergabung dan menikmati minuman beralkohol tersebut.

Terjadi keheningan di antara mereka. Una yang fokus makan, sedangkan Arsen sibuk melamun.

Una melirik pria itu yang sepertinya tengah berpikir. Ia pun menyenggol lengannya membuat pria itu tersentak dan membalas tatapannya.

"Napa lo?" Meski Arsen lebih tua darinya, tapi Una menganggap Arsen seumuran dengannya. Apalagi pria itu calon adik iparnya.

"Gak pa-pa." Arsen kembali meneguk minumannya.

"Kayak orang galau lo."

"Siapa yang galau?!" sentak Arsen kesal seraya menaruh kembali gelasnya di meja. Una yang memasukkan sendok ke dalam mulutnya mengerjap pelan. Lalu mengeluarkan sendok dari mulutnya kemudian memukul kepala Arsen. Kesal karena pria itu membuatnya terkejut.

"Gak usah ngegas lo!"

"Ya lo nuduh gue galau. Gue kan gak galau."

Una menatap malas Arsen yang tetap ngotot. Padahal Una hanya berujar, sama sekali tak menuduh. Malah respon tersebut membuat Una tersenyum menggoda.

"Ah gue kira lo gak bisa galau. Galau kenapa lo? Masalah cinta? Apa masih soal Della, ya?"

"Ngapain gue galauin Della?"

"Ya kali aja. Lo gak punya pacar kan sejak putus dari Della?"

Arsen memicing menatap Una yang tersenyum mengejek ke arahnya.

"Gue gak mau lagi berkomitmen setelah putus dari Della. Percuma aja pacaran bertahun-tahun, kalau ujung-ujungnya gak nikah."

Una tertawa seraya. mengangguk-angguk.

"Tapi lo emang lagi galau, kan?" Una tentu akan menggoda Arsen hingga pria itu kesal. Siapa suruh datang ke sini dan menggangu waktu sendirinya. Ia menyenggol lengan pria itu. "Lo bisa curhat ke gue." Lalu diam sejenak. "Tapi, laki-laki kayak lo gak bakal galau deh. Apalagi kalau soal perempuan."

"Sok tau lo. Gue manusia biasa kali. Bisa galau juga."

Una menyembunyikan senyum gelinya, pria itu masuk ke dalam perangkapnya. Ia meneguk airnya kemudian menopang kepalanya dengan satu tangannya. Posisi duduknya menyerong menghadap ke arah Arsen.

"So?" Mengamati pria itu yang wajahnya memerah. Sepertinya Arsen mulai dipengaruhi alkohol. Buktinya pria itu mulai menceritakan sesuatu yang membuat Una sedikit tercengang. Tak menyangka jika Arsen yang ia kira seorang lady killer akan bersedih karena seorang wanita.

Dan wanita itu sekarang telah menjadi istri orang.

Una antara ingin ikut bersedih dan tertawa. Apalagi saat Arsen mulai mengeluh, jika pria itu telah dua kali ditinggal nikah.

"Salah lo sih. Ngapain juga coba main-main kalau ujung-ujungnya lo jadi suka?" ejeknya usai mendengarkan cerita Arsen. Pria itu awalnya hanya berniat main-main dengan wanita bernama Aurora. Seorang gadis yang begitu polos. Tapi, ternyata gadis itu tak sepolos wajahnya. Buktinya bisa membuat Arsen galau merana, menyesal karena menyia-nyiakan sosok Aurora.

CERPENWo Geschichten leben. Entdecke jetzt