CH. 05

22.8K 2K 20
                                    

Seorang gadis yang memiliki rambut berwarna putih macaroon sedang berdiri di depan lemari bajunya seraya meneliti semua gaun yang ada di sana satu persatu.

Ya, Ivy memutuskan untuk menukar atau menyumbangkan kebanyakan gaunnya dan membeli yang baru. Ia juga ingin tau bagaimana rasanya memilih dan membeli baju yang cocok untuknya.

Terlalu banyak warna yang tidak cocok untuk Ivy, rerata warna gaunnya terlalu kuat dan gelap. Sedangkan Ivy sendiri memiliki tampilan yang lembut dan kalem. Jadi kalau tidak segera diganti, maka akan menyebabkan bentrokan.

Tapi ada hal yang membuat Ivy sedikit khawatir, apakah uangnya ada untuk membeli gaun baru? Selama ini Ivy hanya melakukan siklus hidup yang sama seperti mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, baca buku, makan siang atau minum teh, baca buku lagi, makan malam, lalu tidur. Itu sudah ia lakukan selama 2 minggu lamanya sejak bertemu Erland.

Jadi Ivy tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun.

"Aaa... Aku butuh gaun baru tapi kalau tidak punya uang ya sama saja... Terus aku tidak jadi beli gaunnya? Yah..." Ucap Ivy pada dirinya sendiri.

Ivy menampilkan raut sedih dan itu membuat Myra yang baru saja membuka pintu kamar nona-nya langsung terkejut dan menghampiri Ivy.

"Nona! Apakah anda tidak apa-apa? Kenapa anda terlihat sedih? Apakah ada masalah? Apa anda terluka?" Tanya Myra beruntut.

Sungguh, Myra tidak mau lagi melihat majikannya terluka atau sedih. Sudah cukup terakhir kali nona-nya itu terluka hingga melupakan dirinya. Dia tidak mau Ivy mengalami luka lagi.

Sedangkan di sisi lain Ivy memiringkan kepalanya sedikit dan menatap polos Myra. Dengan ekspresi heran Ivy berkata, "Ivy baik-baik saja, ada apa kak?"

Myra menjadi tidak tenang dengan pernyataan Ivy, ia belum yakin jika nona-nya itu baik-baik saja.

"Lalu kenapa anda terlihat sedih tadi? Tolong beritahu saya, saya khawatir pada anda nona. Jika ada sesuatu yang buruk tolong jangan disembunyikan." Ungkap Myra pada Ivy, Myra tidak peduli lagi jika dirinya hanyalah seorang pelayan. Myra sangat menyayangi Ivy seperti adiknya sendiri, tidak mungkin ia tidak khawatir jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Ivy.

Ivy mencerna perkataan Myra dengan baik, lalu ia tersenyum lembut dan memegang tangan Myra.

"Ivy hanya berpikir apakah Ivy punya uang untuk membeli gaun yang baru kak. Ivy ingin mengganti koleksi gaun Ivy."

Mendengar penuturan nona-nya, Myra menghela napas lega dan melempar senyuman kembali pada Ivy. Myra sempat berpikiran buruk, ternyata... Untunglah tidak terjadi sesuatu yang yang tidak diinginkan.

"Anda tidak perlu khawatir nona. Nona memiliki uang yang sangat banyak, bahkan saya rasa nona mampu untuk membeli satu toko butik."

Ivy yang mendengar pernyataan itu tak bisa lagi menahan gejolak bahagianya. Tanpa Ivy sadari matanya sudah membulat besar dan terlihat dengan jelas adanya binaran-binaran indah di matanya.

Sontak Ivy segera mengganti gaunnya dengan cepat. Myra sedikit terkejut dengan tingkah laku Ivy, tak urung ia juga merasa bahagia karena melihat nona-nya bahagia.

"Sudah! Ayo berangkat!" Seru Ivy dengan polos seraya tersenyum hingga menampilkan deretan giginya yang rapi.

Myra menganggukkan kepalanya dan menuntun Ivy menuju kereta kuda yang akan mereka gunakan untuk pergi ke butik sekarang.

Erland yang berjaga di luar kamar Ivy sedikit terkejut dengan tampilan rapi nona-nya.

"Nona akan pergi kemana? Saya akan mengawal anda." Ucap Erland hormat sembari mengagumi betapa cantiknya seorang Ivy Ivory dengan balutan gaun sederhana berwarna baby blue itu.

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Where stories live. Discover now