Four - 4

49 19 0
                                    

C H E M I S T E R Y
















(4)




.



Ketika gadis itu sampai tepat setelah membuka pintu cafe, dan membunyikan bel yang tergantung di atas sana, Dahyun menyapa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika gadis itu sampai tepat setelah membuka pintu cafe, dan membunyikan bel yang tergantung di atas sana, Dahyun menyapa.

"Selamat datang di cafe YIX- loh, Yumi?" Setelah sadar itu adalah rekannya sendiri, Dahyun menghampiri Yumi. "Inikan hari liburmu."

Yumi mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang kosong. Sebelum itu ia memastikan tidak ada pelanggan yang akan duduk di sana. Setelah menghembuskan nafas dengan berat dan panjang, Yumi mendangak untuk melihat Dahyun. "Iya aku tau. Cuma males di rumah."

Meski lagi-lagi Yumi menganggap panti asuhan adalah rumahnya sendiri, ia tidak peduli. Baginya, rumah adalah tempat yang dipakai untuk mandi dan tidur selama beberapa tahun. Lagipula ia adalah anak angkat dari sang pemilik. Wajar jika Yumi berkata begitu.

Melihat ekspresi bosan dari Yumi, Dahyun jadi berpikir keras untuk menghiburnya, selain menyuruh Yumi untuk membantu melayani pelanggan datang.

Tiba-tiba, Dahyun teringat sesuatu.

"Aku dengar ada sekolah bagus yang membuka jalur perpindahan mitra. Gimana ka-"

"Tadi aku udah kesana. Nggak jadi deh, mentalku menciut. Pasti lebih banyak cogan kaya dia."

Sudah tentu Dahyun sontak membuka mulut karena terkejut. Rupanya Yumi sudah lebih dulu tau sebelum ia beri tau. Dari air muka Yumi, sangat tampak bahwa ia sangat putus asa. Jadi, ternyata dia sedih karena itu? Dahyun membatin.

Ditambah lagi alasan Yumi yang telah tercantum pada jawabannya. Dahyun tak dapat lagi berkutip, hal itu masih membuatnya membisu. Mungkin memang sekolah bagus, memiliki sumber daya manusia yang bagus. Bukan hanya atitut, tapi juga goodlooking.

"Kenapa? Bukannya bagus? Selain Bangchan, ada lagi yang lebih cakep. Siapa tau dapet pacar dari sana? Lumayan kalo orang kaya, kamu nggak perlu lagi diadopsi sama orang tua yang punya kekayaan. Kamu bisa punya suami yang udah jelas ekonominya." Dahyun mencoba mengalihkan perhatian Yumi pada lelaki yang dimaksud itu. Meski Dahyun tak tau siapa.

Yumi berdecak. Di pikirannya, hal seperti itu jelas saja mustahil. "Halah! Mana mungkin kaya gitu. Orang yang cakep, dapetnya yang cakep. Yang kaya, dapet yang kaya. Di dunia ini nggak ada ceritanya orang miskin dapet orang kaya. Orang jelek dapet orang cakep. Dunia itu memang nggak pernah adil. Yang adil, cuma Tuhan."

"Lagipula, seganteng itu pasti udah taken."

Jujur saja. Topik ini sedikit membuat Yumi lebih sensitif. Matanya berkaca-kaca seolah akan mengeluarkan air. Hidupnya tidak pernah sekali saja memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Keinginannya memiliki orang tua kandung saja sudah terlihat tak mungkin. Apalagi hal sepele yang lain?

Chemistery || Lee Know Where stories live. Discover now