Bag 34. A day with you

Start from the beginning
                                    

"Hm," balas Cleobee sembari memakan buah anggur, ia menoleh karena panggilan itu. Tak ada jawaban, dia kembali memalingkan wajahnya dan fokus pada potongan buahnya.

"Ngomong aja, aku dengerin kok."

Harvey tak bergeming, sebuah senyuman yang amat manis mengukir indah di wajahnya. Matanya yang teduh memperhatikan wanita itu dengan fokus tanpa lengah, dia senang sekali memandangi wajahnya yang sangat cantik.

Ndrrrttttt

Perhatian keduanya buyar ketika melihat handphone Cleobee yang bergetar. Ternyata itu panggilan dari Bundanya, ketika melirik jam dinding siapa sangka sudah cukup malam.

"Iya, Bun. Sebentar lagi aku pergi ke tempat les," balas Cleobee lalu mematikan panggilan itu.

Cleobee menghela napas panjang, buahnya selesai ia potong kecil-kecil, dan siap meninggalkan lelaki itu untuk urusan belajarnya.

"Buahnya tinggal kamu makan, aku pulang du––"

Ucapannya tiba-tiba terpotong ketika lelaki itu menarik tengkuk lehernya dan menyatukan bibirnya. Cleobee tersenyum manis lalu memejamkan matanya dan membalas ciuman itu dengan gerak yang menuntun.

Ingin rasanya waktu berhenti sebentar, menikmati momen kebersamaan ini. Pada akhirnya, salah satunya terpaksa menyudahi ciuman itu karena diburu waktu.

"Har, besok aku masih bisa ke sini," ucap Cleobee.

"Jangan tinggalin aku lagi ya, Ay."

Cleobee menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis, dengan berat hati ia melangkah keluar dari bangsal itu. Dengan terpaksa Harvey melepaskan wanita itu pergi meninggalkan dirinya.

Biasanya, jika sudah malam hari anak-anak Dandelion akan mengunjungi dirinya. Tepat pukul delapan malam, dan dugaannya benar, enam lelaki tampan dengan jaket kulit itu masuk ke bangsalnya.

"Udah mendingan, lo?" seru Jay bertanya.

Harvey hanya mengangkat alisnya, dengan mulutnya yang fokus mengunyah potongan buah dari Cleobee.

"Ya jelas, lah! Hampir setiap hari ceweknya ke sini!" tukas Jaxen lalu duduk di sebelahnya.

"Hahaha ... Beruntung dia gak ninggalin lo, Har!" timpal Jeremy setelah tertawa cukup puas.

"Kalian gak ml di kasur ini, 'kan?" tanya Jake iseng setelah meniduri ranjang Harvey.

Tuk

Harvey sengaja melempar sisa potongan buahnya ke wajah lelaki itu. "Sialan lo! Jangankan mikirin ml, gue mau kencing aja butuh perjuangan!"

Jake terkekeh pelan setelah berhasil menjahili lelaki itu, lalu memperhatikan tubuhnya yang masih terpasang infus. Memang Jake ini senang sekali menggoda teman-temannya.

"Apa gunanya ada istilah woman on top kalau gak bisa lo akalin, haha." Aksa melanjutkan.

"Anjing! Bahas yang lain aja, bangsat!" tukas Harvey.

Spontan semua orang langsung tertawa kompak karena berhasil menjahili lelaki tak berdaya itu.

"Eh, Har. Gimana sekolah lo nanti?" tanya Janu penasaran.

Sebelum menjawab, lelaki itu menghela napas beratnya. "Homeschooling, tetap aja gue diberatkan banyak pilihan."

Semua langsung terdiam hening, memikirkan nasib malangnya yang tiada henti dan terus bertambah bersama akibat dari kecanduannya pada obat-obatan.

"Makanya jangan narkoba!" seru Aksa.

"Berita baiknya gue berhenti jualan narkoba, karena lo!" tukas Jeremy.

Belenggu | Haruto ✔Where stories live. Discover now