Dua puluh tiga

13K 857 39
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa serba putih, lengkap dengan aroma obat-obatan yang begitu kuat. Seorang wanita dengan pakaian khas rumah sakit duduk di atas ranjang dengan wajah malas.

Kedua matanya tidak lepas memperhatikan seorang pria yang kini duduk di sisi ranjangnya dengan tangan memegang semangkuk bubur. Menatapnya ragu dan salah tingkah.

Belle, itu lah sang wanita berpakaian rumah sakit itu. Yang menatap Al dengan wajah malas yang begitu ketara. Dia terus memperhatikan pria berkemeja putih itu tanpa kata, membuat Al yang mendapatkan tatapan intens pun menjadi bingung harus bersikap bagaimana.

Semenjak Belle di rawat di rumah sakit--nyaris lima hari lamanya. Baru kali ini Al datang mengunjunginya secara langsung. Menampakkan batang hidungnya lantaran kondisi Belle yang sudah berangsur-angsur membaik.

Wanita itu sudah tidak pucat seperti kemarin-kemarin, dan dari yang dia dengar. Belle sudah mau berbicara dan juga mengobrol dengan Neta. Membuat dia pun memberanikan diri untuk datang.

"Kamu ... Mau sarapan sekarang?" Tanyanya lembut. Begitu lembut hingga Belle tidak yakin jika di depannya saat ini adalah Al, suaminya yang beberapa hari yang lalu bersikap kasar padanya.

"Jika kamu mau--"

"Aku bisa sarapan sendiri."

Tangan Belle sudah terulur, berniat menarik mangkuk dari tangan Al. Tapi langsung dijauhkan oleh Al.

"Biar aku suapi." Tawarnya masih dengan nada lembut.

"Al--"

"Maaf,"

Seketika Belle diam.

"Aku minta maaf karna bersikap keterlaluan tempo hari. Aku tahu aku sudah menyakiti mu, Be."

"Kau mencekik ku," Ucap Belle mengingatkan tentang apa yang pria itu lakukan padanya. "Dan membentak ku." Tambahnya tanpa jeda.  Yang diangguki setuju oleh Al.

"Ya, aku minta maaf untuk itu." Ucapnya terdengar bersalah. Begitu pun raut wajahnya yang terlihat menyesal. Lagi-lagi mampu membuat Belle diam.

Al belum pernah meminta maaf sebelumnya, bahkan kadang pria itu tidak peduli dengan apa yang telah dia lakukan. Dan sekarang, dengan mudah dia meminta maaf. Cukup mengejutkan sebenarnya.

"Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Al kembali bersuara begitu tak mendengar balasan Belle. Wanita itu hanya diam dengan wajah yang sulit diartikan.

"Benarkah?"

Al mengangguk yakin. Begitu tegas dan cepat.

"Lalu bagaimana setelah ini?"

"Hmm?"

Tangan Al terulur, mengangsurkan sendok di tangannya yang sudah terisi penuh dengan bubur. Memberi isyarat kepada Belle untuk membuka mulutnya.

"Apa yang akan kamu lakukan padaku?" tanya Belle sebelum memajukan mulutnya. Menerima suapan Al.

"Bisakah kita tidak membahas ini dulu?"

"Aku tidak mau menjadi wanita bodoh yang memiliki suami tukang selingkuh." Ucap Belle. Mengabaikan ucapan Al begitu saja.

Al mendesah pendek, kembali mengangsurkan sendok di tangannya.

"Bisakah kita membahas ini setelah kamu keluar dari sini?" Tawar Al, berharap Belle tidak akan memancingnya lebih banyak.

Kesabarannya begitu terbatas, dia takut kehilangan kontrol jika terus membahas masalah seperti ini. Sedang Belle tidak boleh stres dan tertekan.

Belle mengunyah, menelan bubur di mulutnya baru kembali bersuara. "Kenapa?"

"Kamu masih lemah, Be."

"Mumpung masih di rumah sakit, jika terjadi sesuatu padaku. Setidaknya ada dokter di sini."

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang