05 - Without Me

807 133 29
                                    

...

'Hal tersulit yang aku rasakan adalah ketika melihat orang yang kita cintai, bersama dengan orang lain.'

*

*




Sesuai yang dikatakan oleh Dokter Kim dalam pesan kemarin, hari ini Rosé datang ke rumh sakit untuk mengambil hasil check up-nya. Dengan diantar oleh taxi, Rosé akhirnya tiba di gedung berbau obat-obatan ini.

Rosé menyempatkan diri mengatur napasnya sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan Dokter Kim. Sepanjang lorong rumah sakit menuju ke ruangan Dokter Kim, Rosé merasakan jantungnya berdegup begitu kencang. Ada perasaan gugup, takut dan cemas yang hinggap di hatinya. Semua itu Rosé rasakan seiring ia melangkahkan kakinya.

"Oh, Nyonya Jeon?" sapa seorang Suster memberikan senyuman ramah pada Rosé.

Rosé membalas senyuman itu. "Apa Dokter Kim ada di ruangannya?"

"Iya, kebetulan Dokter sudah menunggu anda. Silakan masuk, Nyonya." Suster itu menunjuk pintu ruangan bermaksud mempersilakan Rosé untuk masuk ke dalam.

"Terima kasih, Suster."

Setelah menarik napas dalam, Rosé pun melangkah masuk ke dalam. Seulas senyum Rosé berikan ketika Dokter Kim memusatkan pandangannya padanya.

"Nyonya, anda sudah datang."

"Maaf, Dokter, aku sedikit terlambat." Rosé meringis tidak enak hati pada Dokter Kim. Rosé terlalu lama menghabiskan waktunya di kamar mandi saat rasa mual itu kembali menyerangnya, alhasil dia jadi terlambat untuk bersiap-siap pergi.

"Tidak masalah, Nyonya."

"Jadi, bagaimana dengan hasilnya?" tanya Rosé kemudian.

Sejenak Dokter Kim terdiam menatap Rosé cukup lama. Melihat tidak adanya respon apapun yang diberikan Dokter Kim, Rosé pun menarik napas panjang.

"Tidak apa-apa, Dokter. Aku akan menerima apapun hasilnya," seru Rosé mencoba untuk tersenyum meski hatinya bergetar takut.

Dokter Kim menghela napas, kemudian mengambil sebuah amplop berlogo rumah sakit di samping mejanya dan menyerahkannya pada Rosé.

"Anda bisa melihat hasilnya sendiri, Nyonya."

Sedikit ragu Rosé mengambil apa yang Dokter Kim sodorkan padanya. Amplop itu kini berada di genggaman Rosé. Tanpa sadar Rosé mencengkram erat amplop itu disertai tatapan yang sulit diartikan.

Rosé menggeleng tersadar lalu menatap Dokter Kim dengan memaksakan senyum.

"Terima kasih, Dokter. Kalau begitu aku pamit pergi," ucap Rosé beranjak dari duduknya.

Dokter Kim ikut berdiri mengikuti Rosé. "Nyonya, apapun hasilnya jangan pernah berkecil hati."

Mendengar apa yang Dokter Kim ucapkan membuat Rosé terdiam sejenak sebelum kemudian mengangguk pelan. Satu kali lagi Rosé berpamitan pada Dokter Kim dan melangkah keluar dari ruangan itu.

Sesaat setelah berdiri di luar, tatapan Rosé berubah kosong. Tidak ada raut apapun yang terpancar di wajahnya. Rosé melangkah pergi, namun dia tidak tahu hendak pergi ke mana. Wanita itu hanya mengikuti ke mana kakinya berlalu. Sampai langkah kaki Rosé membawanya ke sebuah taman rumah sakit. Dengan lemah Rosé mendudukkan dirinya di kursi taman. Amplop itu masih Rosé genggam di tangannya. Butuh keberanian untuk Rosé membuka amplop itu sebelum pada akhirnya ia membukanya dan menampilkan satu lembar kertas lain di sana.

PAIN[✓]Where stories live. Discover now