03 - Misunderstand

Start from the beginning
                                    

"B-baiklah, terima kasih Dokter. Maaf jika merepotkanmu."

Dokter Kim mengangguk dan tersenyum. Setelah itu dia membantu Rosé untuk berjalan. "Tidak sama sekali. Mari, Nyonya."

Selama perjalanan suasana tampak hening. Mereka hanya mengobrol sesekali. Hingga mobil itu berhenti tepat di depan apotek. Dengan baik hati Dokter Kim menawarkan dirinya untuk sekalian mengantar Rosé ke apotek guna menebus obatnya.

Dokter Kim kembali membantu Rosé berjalan. Lagi-lagi Rosé harus merepotkan pria itu. Mereka masuk ke dalam apotek dan menunggu sebentar sesuai nomor antrian. Hingga kemudian giliran Rosé dipanggil untuk  menebus beberapa obat dan resep dari Dokter.

Setelah selesai mereka kembali masuk ke dalam mobil. Rosé berkali-kali mengucap terima kasih pada Dokter Kim yang sudah sangat baik padanya.

Sampai-sampai Rosé tidak sadar jika sejak tadi  ada seseorang yang memperhatikan mereka di balik mobil hitam di ujung jalan sana.

***

Rosé mendengar suara mobil masuk ke dalam perkarangan rumahnya. Wanita itu sudah bersiap untuk menyambut suaminya yang baru saja pulang.

"Jungkook, kau udah pulang?" sapa Rosé tersenyum manis pada suaminya.

Rosé menghampiri Jungkook dan tersenyum manis. Dengan telaten Rosé membawa tas kerja milik Jungkook lalu beralih membuka jas kerjanya.

"Bagaimana hari ini?" tanya Rosé merangkul lengan Jungkook.

"Seperti biasa," jawab Jungkook singkat.

"Kau tidak lupa makan siang kan?"

Jungkook hanya bergumam.

"Oh ya, Bagaimana rapatnya? Semuanya lancar?"

Jungkook menghela napasnya lalu melepas rangkulan Rosé dan menatap istrinya tanpa ekspresi. "Aku lelah, tolong jangan bertanya," ujar Jungkook terkesan dingin.

Seketika Rosé mengatupkan bibirnya. Dia menatap aneh suaminya yang sedikit berbeda. Apa mungkin karena efek dari lelah?

"Baiklah. Maafkan aku. Kalau begitu aku akan menyiapkan makan malam untukmu. Kau bisa membersihkan dirimu terlebih dahulu," ucap Rosé mengusap bahu suaminya pelan.

Rosé bergerak satu langkah kemudian memberikan satu kecupan di pipi Jungkook. Namun justru respon Jungkook biasa saja. Pria itu langsung berlalu pergi tanpa membalas kecupan atau bahkan memberikan pelukan seperti biasanya. Jungkook tampak acuh dan tidak peduli.

Rosé menatap suaminya sedikit bingung. Namun segera ia enyahkan pikiran buruknya. Rosé tidak mau memiliki prasangka buruk terhadap suaminya. Lantas Rosé pun bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Jungkook.

***

Saat malam harinya setelah makan malam usai, Rosé berdiam di kamarnya dengan terus mencuri pandang ke arah pintu kamar yang tertutup seolah tengah menunggu kedatangan seseorang dari sana. Namun lama dia menunggu Rosé hanya mendesah pelan.

Ekor matanya melirik jam dan menunjukkan pukul 10 malam. Ini tidak biasanya. Setelah makan malam usai, Jungkook pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang belum usai, tapi biasanya Jungkook menghabiskan waktu di ruang kerjanya hanya sebentar saja setelah itu pria itu akan langsung ke kamar. Ini sudah pukul 10 malam, tapi Jungkook tidak kunjung datang. Padahal biasanya Jungkook tidak pernah melewati pukul 9 malam berada di ruang kerjanya. Seharusnya kini mereka tengah berbincang seperti apa yang selalu mereka lakukan.

Rosé menghela napasnya lalu beranjak dari kasur. Niatnya Rosé akan menghampiri Jungkook ke ruang kerjanya. Sebelum masuk, Rosé mengetuk pintu itu dua kali kemudian melangkah masuk ke dalam. Setelah menutup kembali pintunya, Rosé mendekati Jungkook yang tengah duduk di kursi kerjanya sambil memeriksa beberapa berkas di sana. Suaminya itu terlihat fokus seolah memang tidak menyadari kedatangannya ke sini. 

Sampai kemudian Jungkook yang mulai menyadari kehadiran seseorang lantas melirik Rosé yang kini sudah berdiri di sampingnya.

Tangan Rosé menyentuh bahu Jungkook dan mengusapnya pelan. "Kenapa kau masih bekerja?"

"Aku lembur," jawab Jungkook singkat, setelah itu mengalihkan kembali pandangannya ke berkas yang ada di tangannya.

Rosé mendengus pelan. Jemarinya yang berada di bahu Jungkook beralih mengusap rambut pria itu.

"Jangan memaksakan dirimu, Sayang. Aku tidak ingin kau sakit," ucap Rosé penuh perhatian.

Jungkook terdiam. Kemudian setelahnya pria itu meraih tangan sang istri yang ada di kepalanya. Jungkook sedikit mencengkram pergelangan tangan Rosé lalu menatap wajah istrinya dengan serius. Melihat perlakuan tiba-tiba dari Jungkook jelas membuat Rosé tersentak kaget. Rosé balas menatap Jungkook dengan bingung.

"Katakan padaku dengan jujur," seru Jungkook tiba-tiba.

Semakin bingung Rosé menatap suaminya. Apalagi nada suara suaminya terdengar berbeda dari biasanya. Begitu tegas dan terkesan dingin.

"Apa?"

Rahang Jungkook mengeras. "Apa yang kau lakukan selama aku tidak ada?"

Rosé semakin dibuat bingung mendengar pertanyaan aneh yang Jungkook lontarkan.

"Apa maksudmu?"

"Katakan Rosé!" Intonasi Jungkook mendadak meninggi hingga membuat Rosé tersentak.

Rosé tidak pernah melihat suaminya seperti ini. Pria itu tampak marah, tapi kenapa? Rosé sungguh tidak mengerti. Dia juga merasa tidak melakukan hal-hal yang membuat Jungkook marah hari ini.

"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya berdiam diri di rumah bersama Bibi Eli. Kenapa kau bertanya seperti itu?" balas Rosé dengan tubuh yang sedikit bergetar takut. Ini kali pertama Jungkook berucap dengan nada tinggi padanya. Tentu saja Rosé takut, karena sebelumnya Jungkook tidak pernah marah seperti ini.

Mendengar jawaban yang tidak puas dari Rosé, Jungkook pun menggeratakkan giginya. Tatapan mata Jungkook berubah semakin tajam.

"Rosé, aku tidak suka kau berbohong!" seru Jungkook menekankan ucapannya.

Rosé melepaskan cengkraman tangan Jungkook pada pergelangan tangannya, kemudian meraih wajah suaminya dan  mengusapnya penuh kelembutan. Rosé tahu kini Jungkook tengah dalam hati yang buruk, jadi sebisa mungkin dia menenangkan amarah suaminya itu.

"Jungkook, katakan padaku dengan jelas. Aku sungguh tidak mengerti." Rosé menatap lembut wajah suaminya.

Sedikit kasar Jungkook menyingkirkan tangan sang istri dari wajahnya dan mendengus kasar. "Lupakan!"

Jungkook memalingkan wajahnya. Tanpa menatap Rosé sedikitpun, Jungkook kembali berucap. Ucapannya membuat Rosé sedikit tidak terduga.

"Pergilah dari sini. Aku membutuhkan waktuku sendiri," usir Jungkook dengan nada dingin.

Walaupun cukup menyinggung hatinya, tapi Rosé tetap mengangguk. Sebelum pergi Rosé mengecup singkat pelipis Jungkook seraya tersenyum. Mungkin suaminya memang membutuhkan waktu sendiri dan tidak ingin diganggu. Rosé memaklumi itu.

"Segera pergi tidur. Jangan paksakan dirimu!" kata Rosé  berpesan sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang kerja suaminya.

Setelah kepergian Rosé, suasana menjadi hening. Jungkook menyandarkan punggungnya pada kursi. Meraup kasar wajahnya disertai decakan keras dari bibirnya. Satu tangannya tampak mengepal kuat hingga menonjolkan urat-urat tangannya.

Sial!


...

PAIN[✓]Where stories live. Discover now